Assalamu’alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh,
Salam
dan bahagia,
Esok hari
adalah hari Rabu tanggal 3 Juli tahun 2013
Tanggal 3 Juli merupakan hari jadi berdirinya salah
satu Yayasan pendidikan di Indonesia yaitu Yayasan Persatuan Perguruan Tamansiswa
yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 Juli 1922.
Ki
Hajar Dewantara adalah salah seorang tokoh pahlawan pendidikan di Indonesia
yang bergerak di bidang pendidikan. Beliau adalah Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan yang pertama di Indonesia. Beliau adalah salah seorang putra bangsawan Kraton Paku Alaman di Yogyakarta.
Nama asli beliau adalah Raden Mas Suwardi Suryaningrat, putra dari Pangeran
Suryaningrat.
Gelar
Raden Mas rela beliau lepaskan ( tidak dipakai lagi ), dan diganti oleh beliau
dengan gelar KI bagi orang Tamansiswa lelaki sedangkan Nyi untuk anggota wanita
yang sudah berkeluarga dan NI untuk anggota wanita yang belum berkeluarga. Dengan harapan siapapun orangnya yang
memiliki gelar KI, NYI atau NI berwawasan luas, bisa dituakan, bisa memberikan
contoh tontonan sekaligus tuntunan kepada siapapaun dimana mereka berada dan kemanapun
mereka pergi. Disinilah secara filosofi beliau itu orang yang sangat sederhana,
beliau tidak perlu gelar dipasang, yang penting kerjanya. Apalah artinya
gelarnya hebat-hebat sementara cara kerjanya tidak sesuai dengan profesinya,
yang penting itu adalah mutu keberhasilannya.
Oleh
karena itu mengapa beliau mendirikan Tamansiswa pada tanggal 3 Juli. Ini juga
mengandung filosofi yang sungguh sangat luar biasa. Hampir setiap petuah atau
ajaran beliau selalu berpedoman kepada yang tiga diantaranya :
1.
Secara
Islami yaitu Iman, Islam dan Ikhsan ;
2.
Trilogi
kepemimpinan atau Tiga pedoman menjadi pemimpin yaitu
a.
Ing
Ngarso Sung Tulodo artinya apabila berada di depan jadilah pemimpin yang bisa
menjadi contoh bawahannya ;
b.
Ing
Madyo Mangun Karso artinya kalau di tengah atau berbaur dengan yang di bawahnya
bisa memberikan inovasi dan motivasi, membangkitkan semangat ;
c.
Tut
Wuri Handayani yaitu apabila di belakang
bisa mengawasi, memonitor, mengoreksi
3.
Tri
pusat system pendidikan
a.
Pendidikan
di keluarga. Ini merupakan modal dasar yang paling utama dan tertutama. Ibarat
kita mau bikin rumah adalah fondasinya. Kita
salah bikin fondasi maka rummahpun akan cepat ambruk ;
b.
Pendidikan
formal yaitu di sekolah, tempat sang
anak menerima berbagai macam ilmu pengetahuan baik fisik maupun mental oleh
para pamong atau guru ;
c.
Pendidikan
non formal yaitu di masyarakat yaitu situasi kehidupan bagaimanakah cara hidup
bermasyarakat
Dan hal ini akan terwujud apabila
ketiga konponen ini bisa berjalam berdampingan, saling mengisi, saling
membantu, saling memanfaatkan, dan saling melestarikan.
4.
Tri
pantangan. Di dalam Tamansiswa di dalam
menjani kehidupandan menjalankan roda organisasi dikenal dengan Tri Pantangan
atau Tiga Yang Dilarang yaitu
a.
Penyalah
gunaan kekuasaan atau penyalah gunaan wewenang. Jadi siapapun yang menduduki
jabatan di Tamansiswa dilarang menyalah gunakan kekuasaan yang dipangkunya,
bukan jabatan yang didudukinya. Kalau dipangku berarti menerima amanat,
memeliharanya, menjaganya (agar jangan cacat), dan mengembangkannya
(disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat itu). Kalau ada salah seorang
Orang Tamansiswa menyalah gunakan ini berarti bukan Orang Tamansiswa.
b.
Penyalah
gunaan keuangan. Siapapun yang menjabat atau menangani keuangan apabila disalah
gunakan, juga sama bukan orang Tamansiswa
;
c.
Pager
ayu, kalau di pemerintah PP No 10. Seorang lelaki di lingkungan Tamansiswa
tidak bolah ( dilarang keras) berpolygami. Dan baik Orang Tamansiswa lelaki maupun wanita
dilarang keras melanggar susila, atau mezalimi sesamanya, karena di Tamansiswa
berasaskan kekeluargaan, URIP KEPENAK BARENG.
3
Juli 1922 dan sekarang 3 Juli 2013. Wahai Wong Tamansiswa tanpa sadar usia
Tamansiswa sudah menginjak usia yang ke 91. Sudah hampir satu abad, dan
tentunya telah memakan berbagai macam asam garam tentang pendidikan. Mari kita
rmerenung sejenak kenapa Cabang-Cabang Perguruan Tamansiswa yang banyak tersebar
hamper di seluruh peloksok Tanah Air Indonesia diakhir-akhir inibanyak
mengalami kemunduran. Yang seharusnya menjadi peolor nomor 1 di bidang
pendidikan, apakah salah manegemen, atgau salah niat.
Adapun
Juli artinya bulan yang ke tujuh. Maksudnya Wong Tamansiswa dalam mengabdi di
Tamansiswa itu bukan mengabdi kepada Ki Hajar Dewantara, akan tetapi mengabdi
kepada Tuhan yang sebelumnya menitipkan Tamansiswa itu kepada Ki Hajar
Dewantara unttuk diteruskan oleh generasi berikutnya, yang harus dilaksanakan
selama tujuh hari ( untuk urusan dunia ), sedangkan untuk bekal akhiratnya
yaitu mensujudkan tujuh titik kehidupan dari anggota tubuh kita yaitu muka
mewakili seluruh yang ada di kepala, kedua telapak tangan yaitu tentang
perbuatan, kedua lutut mewakili kaki dan kesepuluh ibu jari kaki mewakili
langkah atau perbuatan. Yng kesemuanya bersujud di hadapan Tuhan sebagai
makhluk yang paling hina.
Kalau
zamannya Ki Hajar Dewantara berfikirnya fokus hanya satu yaitu bagaimanakah
agar rakyat Indonesia ini berubah dari belum tahu menjadi tahu, dari tahu
menjadi lebih tahu, dari bodoh menjadi pandai, dari pandai menjadi lebih
pandai, dari belum bisa berfikir, menjadi bisa berfikir, yang sudah terbuka
fikirannya menjadi tambah terbuka wawasannya yang kesemuanya didasarkan ibadah
kepada Tuhan Yang maha Esa, Penguasa seluruh alam semesta ,tidak pernah
terfikirkan saya harus dibayar berapa kalau mengabdikan diri di tamansiswa.
Sekarang pola berfikirnya sudah banyak bernah, Tamansiswa sudah bukan lagi
sebagai lahan ibadah, akan tetapi sebagai lahan kerja, karena ujung-ujungnya
materi. Mau masuk mengabdikan diri di Tamansiswa, belum mulai melaksanakan
sudah bertanya berapa gajihnya, terus uang transportnya berapa. Sungguh niat
yang diawali oleh pendirinya sudah sangat jauh jaraknya antara bumi dan langit.
Semoga
hal-hal yang demikian agar bisa dihindari oleh Wong Tamansiswa, Tuhan itu Maha
adil. Adilnya Tuhan itu tidak akan merugikan siapapun, apalagi menzalimi,
semuanya pasti dikasih rezki. Binatang melata saja Tuhan kasih rezki, apalagi
manusia. Jadi kalau Wong Tamansiswa ingin kesejahteraannya naik, maka
hidupkanlah Tamansiswa, kembangkan Tamansiswa. Lebarkan sayap Tamansiswa dengan
sekuat tenaga sesuai kadar kesanggupan masing-masing. Tamansiswa sehat maka
penghuninya ikut sehat. Tamansiswa gemuk maka penghuninya ikut gemuk. Tamansiswa
sakit maka penghuninya ikut sakit.
Tamansiswa
semakin terkenal, maka penghuninya semakin dihormati dan disegani.
Selamat
Hari Jadi Tamansiswa yang ke 91.
Semoga
Tamansiswa bisa bangkit kembali, Tamansiswa Tetap Jaya, Tamansiswa Tetap
Lestari di negeri Indonesia tercinta ini
Ditulis
oleh : Ki kartawijaya
Pekerjaan : Anggota Perguruan Tamansiswa Cabang
Cirebon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar