Allah swt berfirman di dalam Q.S Al Baqarah 2 : 80 yaitu :
وَقَالُوا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ إِلَّا أَيَّامًا
مَعْدُودَةً ۚ قُلْ أَتَّخَذْتُمْ عِنْدَ اللَّهِ
عَهْدًا فَلَنْ يُخْلِفَ اللَّهُ عَهْدَهُ ۖ أَمْ
تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ [٢:٨٠]
Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak
akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja". Katakanlah:
"Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri
janji-Nya, ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu
ketahui?"
Dan Allah swt berfirman di dalam Q.S Ali Imran 3 : 24 yaitu :
ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ
إِلَّا أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ ۖ وَغَرَّهُمْ فِي
دِينِهِمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ [٣:٢٤]
Hal itu adalah karena mereka mengaku: "Kami
tidak akan disentuh oleh api neraka kecuali beberapa hari yang dapat dihitung".
Mereka diperdayakan dalam agama mereka oleh apa yang selalu mereka ada-adakan.
Melalui kedua ayat di atas Allah swt memberitahukan kepada kita semua yaitu orang-orang kafir dan musyrik serta fasik berhata bahwa mereka tidak akan tersentuh oleh api neraka, andaikan masuk ke neraka juga tidak lama, paling hanya beberapa hari. Mari kita renungkan apakah pendapat mereka itu bisa dijamin kebenarannya ? Siapakah yang lebih tahu dan lebih kuasa , Allah atau mereka ?
Allah telah memberikan Kitab Al Qur'an bagi mereka yang beragama Islam untuk petunjuk dan tuntunan sekaligus pedoman hidup manusia. Namun kebanyakan manusia mengaku bergama Islam hanya di bibir saja. Al Qur'an tidak mau dibaca,dikaji, dipahami artinya. Shalat tidak pernah dikerjakan. Bahkan yang terjadi lebih banyak yang mempelajari atau mencari petunjuk itu di buku primbon atau buku mujarobat yang bikinan manusia. Hal ini sama saja mencari tandingan kepada selain Allah.
Boleh saja kita melakukan apa yang pernah dilakukan oleh orang tua kita asalkan tidak menyimpang dari aturan agama sebagai pelestarian budaya dan penghormatan kepada mereka, akan tetapi bukan sebagai pemujaan. Rasulullah saw saja tidak mau dipuja, karena beliau menyadari dirinya hanyalah sebagai manusia biasa, hanya beliau ada tugas tambahan untuk menyampaikan pesan dari Allah kepada umatnya, termasuk kepada kita semua.
Hati hati di dalam membaca solawatpun untuk disampaikan kepada beliau itu bukan sebagai pemujaan, akan tetapi sebagai penghormatan kita kepada beliau, Boleh saja dilagu-lagu, tujuannya hanya agar supaya dengan membaca solawat itu merasa hati kita lebih dekat lagi kepada beliau, bukan ingin dipuji oleh orang lain. Hati-hati Allah tidak ingin melihat penampilan kita, bentuk dan rupa kita, atau merdunya dan indahnya suara kita, akan tetapi Dia melihatnya kepada hati kita, apakah ibadahnya itu ikhlas hanya untuk-Nya dan hanya kepada-Nya atau hanya sekadar mencari pujian atau ingin tenar, dikenal olah orang lain. Oleh karena itu kita semua tidak bisa menilai baik atau buruknya ibadah seseorang, yang berhak menilai adalah hanya Allah swt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar