Begitu mendengar rakyat pribumi mendirikan kelompok Selasa Kliwonan dan kelompok Pendidikan. Maka masyarakat terpecah menjadi dua kelompok, ada yang setuju dan ada yang tidak.
Bagi yang setuju, karena mereka ingin mengadakan atau merubah nasib bangsanya. Karena yang namanya dijajah , segala sesuatunya serba dibatasi, ruang geraknya bahkan semakin dipersempit, tidak boleh mengami kemajuan. Namun karena hati mereka sudah yakin dan tekad mereka sudah bulat, resiko apapun siap menanggungnya. Semangat mereka bukan semakin mengendor, justru yang terjadi sebaliknya, semakin kuat dan semakin nekat.
Bagi yang tidak setuju dengan kelompok Selasa Kliwonan dan kelompok Pendidikan mencemooh, hati mereka sudah memihak kepada Pemerintah Kolonial Belanda mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh kedua kelompok itu tidak akan mungkin bisa tercapai, suatu usaha yang sia-sia saja. Hal ini jelas bahwa kelompok ini sudah tidak punya kepercayaan terhadap kemampuan bangsanya sendiri.
Hal itu tidak lolos dari pengamatan kaum cendekiawan dan intelektual yang tergolong dalam kaum pergerakkan sangat mendukung sekali. Mreka turut membantu dengan cara apa saja dengan yang dimilikinya. Ada yang turut mengajar, ada yang meminjamkan ruang-ruang untuk kelas belajar, ada juga yang membantu dengan keuangan seadanya. Yang penting kelompok kegiatan bisa berjalan dengan baik dan lancar, dan ini merupakan salah satu partisipasi masyarakat yang sangat membanggakan.
Badi kelompok yang tidak setuju atau yang menentang Suwardi Suryaningrat dan kawan-kawan tidak melayani mereka, dan kepada yang setuju dengan programny dipersilahkan turut membantu kelangsungan hidup Tamansiswa. Dan bagi yang tidak setuju, jangan menghalangi atau mempengaruhi kegiatan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar