Sabtu, 25 Januari 2014

TANDA TANDA LELAKI ( ORANG ) SALEH KE VII - VIII



TANDA TANDA LELAKI ( ORANG ) SALEH KE VII

 Dermawan dan Bicaranya santun dengan kalimat pilihan. 

Setiap berbicara dengan siapapun selalu difirkan terlebih dahulu, tidak asal keluar saja. Walaupun lidah dikatakan tidak bertilang berarti bisa berbicara semaunya sendiri. Kata-kata yang keluar darinya itu bisa menenangkan orang yang hatinya sedang resah dan gelisah, bisa melerai amarah yang sedang membara, bisa membantu dari kesulitan sehingga menemukan jalan kelapangan.

Selain itu dia demawan. Dia merasa bahwa apapun yang dimilikinya itu, semuanya bukan miliknya, akan tetapi milik Allah yang sementara dititipkan kepadanya. Dan semua itu boleh dikeluarkan asalkan sesuai dengan apapun yang dikehendaki Allah. Dia jauh dari sifat kikir dan bakhil. Apabila dia membantupun tidak mengharapkan imbalan darinya, dia hanya mengharapkan ridonya Allah. 

Andaikata ada orang yang ditolong atau dibantu olehnya, kemudian yang ditolongnya membalasnya dengan perbuatan buruk, atau kata peribahasa yaitu “ Air susu dibalas dengan air tuba “. Dia gak marah, dia hanya senyum simpul saja. Dia yakin bahwa perbuatan orang yang dianggap buruk itu, siapa lagi kalau yang menggerakkannya itu kalau bukan Allah. Berarti Allah sedang mengujinya. Maka dia tidak membalas dengan keburukan, bahkan memberikan balasannya dengan perbuatan yang lebih baik lagi kepadanya.

TANDA TANDA LELAKI ( ORANG ) SALEH KE VIII

Tidak menatap bukan mahramnya.  Dan Lebih banyak menunduk saat bicara.

Yang dimaksud dengan tidk menatap bukan mahramnya adalah matanya hanya digunakan untuk menatap, untuk melihat hal-hal yang diridoi Allah bukan untuk menatap atau melihat hal-hal yang tidak diridoi Allah, atau menatap sesuatu atau apapun yang bukan menjadi haknya. Terlebih-lebih lagi terhadap lawan jenisnya atau melihat aurat lawan jenisnya.


Kemudian lebih banyak menunduk saat bicara maksudnya adalah dia selalu merendah. Siapapun yang menjadi lawan bicaranya, dianggapnya pengetahuannya lebih tinggi darinya, walaupun dia tahu bahwa yang dihadapinya itu hanyalah seorang tukan becak atau kuli kasar, atau tukang sapu,a atau pembantu rumah tangga  dsb. 

Sehingga setiap kali dia bicara itu lawan bicaranya merasa selalu dihargai dan dihormati. Apabila ada yang cerita tentang urusan keduniawian, maka dia segera menengok kepada yang ekonominya lebih rendah dan lebih susah darinya, agar dia langsung berucap rasa syukur kepada Allah. Dan apabila lawan bicanya membicarakan tentang ilmu atau pengalamannya maka dia langsung bahwa yang di hadapannya itu lebih tinggi darinya, agar dia bisa mengambil manfaat dari apa yang diceritakannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar