TANDA TANDA LELAKI ( ORANG ) SALEH
KE VII
Dermawan dan Bicaranya santun dengan kalimat
pilihan.
Setiap
berbicara dengan siapapun selalu difirkan terlebih dahulu, tidak asal keluar
saja. Walaupun lidah dikatakan tidak bertilang berarti bisa berbicara semaunya
sendiri. Kata-kata yang keluar darinya itu bisa menenangkan orang yang hatinya
sedang resah dan gelisah, bisa melerai amarah yang sedang membara, bisa
membantu dari kesulitan sehingga menemukan jalan kelapangan.
Selain itu
dia demawan. Dia merasa bahwa apapun yang dimilikinya itu, semuanya bukan
miliknya, akan tetapi milik Allah yang sementara dititipkan kepadanya. Dan semua
itu boleh dikeluarkan asalkan sesuai dengan apapun yang dikehendaki Allah. Dia
jauh dari sifat kikir dan bakhil. Apabila dia membantupun tidak mengharapkan
imbalan darinya, dia hanya mengharapkan ridonya Allah.
Andaikata ada orang yang
ditolong atau dibantu olehnya, kemudian yang ditolongnya membalasnya dengan
perbuatan buruk, atau kata peribahasa yaitu “ Air susu dibalas dengan air tuba “.
Dia gak marah, dia hanya senyum simpul saja. Dia yakin bahwa perbuatan orang
yang dianggap buruk itu, siapa lagi kalau yang menggerakkannya itu kalau bukan
Allah. Berarti Allah sedang mengujinya. Maka dia tidak membalas dengan
keburukan, bahkan memberikan balasannya dengan perbuatan yang lebih baik lagi
kepadanya.
TANDA TANDA LELAKI ( ORANG ) SALEH
KE VIII
Tidak menatap bukan
mahramnya. Dan Lebih banyak menunduk saat
bicara.
Yang dimaksud dengan tidk
menatap bukan mahramnya adalah matanya hanya digunakan untuk menatap, untuk
melihat hal-hal yang diridoi Allah bukan untuk menatap atau melihat hal-hal
yang tidak diridoi Allah, atau menatap sesuatu atau apapun yang bukan menjadi
haknya. Terlebih-lebih lagi terhadap lawan jenisnya atau melihat aurat lawan
jenisnya.
Kemudian lebih banyak
menunduk saat bicara maksudnya adalah dia selalu merendah. Siapapun yang
menjadi lawan bicaranya, dianggapnya pengetahuannya lebih tinggi darinya,
walaupun dia tahu bahwa yang dihadapinya itu hanyalah seorang tukan becak atau
kuli kasar, atau tukang sapu,a atau pembantu rumah tangga dsb.
Sehingga setiap kali dia bicara itu
lawan bicaranya merasa selalu dihargai dan dihormati. Apabila ada yang cerita
tentang urusan keduniawian, maka dia segera menengok kepada yang ekonominya
lebih rendah dan lebih susah darinya, agar dia langsung berucap rasa syukur
kepada Allah. Dan apabila lawan bicanya membicarakan tentang ilmu atau
pengalamannya maka dia langsung bahwa yang di hadapannya itu lebih tinggi
darinya, agar dia bisa mengambil manfaat dari apa yang diceritakannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar