Pada asalnya hawa nafsu itu adalah kecondongan jiwa
kepada sesuatu yang disukainya,
lalu jika condongnya kepada sesuatu yang sesuai
dengan syari’at, maka terpuji,
namun sebaliknya, jika kecondongannya kepada
sesuatu yang bertentangan dengan syari’at,
maka tercela.
Dalam
menjalani kehidupan, hawa nafsu yang terpuji ibarat teman perjalanan bagi Anda,
sedangkan hawa nafsu yang tercela adalah musuh Anda.
Celaan Terhadap Mengikuti
Hawa Nafsu dalam Kitabullah, Allah mencela ittiba’ul hawa
(mengikuti hawa
nafsu) di beberapa ayat yang banyak dalam Al-Qur`an, diantaranya adalah
firman
Allah Ta'ala:
"Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya.
Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?," [QS.
Al-Furqan: Ayat 43]
Maka pernahkah kamu melihat orang yang
menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran
dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan
memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak
mengambil pelajaran?" [QS. Al-Jasiyah: Ayat 23]
“Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu) ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka
hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada
orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim."
[QS. Al-Qasas: Ayat 50]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar