Sabtu, 23 Januari 2016

DUA KALIMAT SYAHADAT DAN KONSEKUENSINYA



Sebagai umat Islam kita sudah mengetahui semuanya bahwa siapapun orangnya bila masuk agama Islam pasti yang pertama kali adalah mengucapkan Dua Kalimat Syahadat yaitu

Pertama Asyhadu anlaa ilaaha illallah … Aku bersaksi tidak ada Tuhan ( yang berhak disembah ) kecuali Allah. Jadi kita tidak boleh menyembah apapun, kita tidak boleh mengikuti ajaran apapun kecuali kepada Allah, kepada ajaranNya yaitu Al Qur’an. Sudahkah kita mengikutinya apa yang sudah diikrarkan oleh kita ?

Kedua mengucapkan Wa Asyhadu anna Muhammadar rasulullah … Aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah utusan Allah. Diutus apakah Muhammad itu ? Mengapa Allah mengutus Muhammad ? Sudahkah kita mengikuti apa yang disampaikannya ? Karena apa yang disampaikan itu tentunya dari Allah .

Dua pertanyaan itu amat ringan tapi yang jelas jawabannya pasti akan berbeda-beda, karena tergantung daripada wawasan masing-masing. Kalau kedua kalimat itu hanya diucapkan di bibir saja . lalu Islamnya Islam apaan ?

Bukankah sebagai ummatnya kita telah berikrar untuk menjadikan segala perilaku beliau sebagai contoh teladan (uswatun hasanah).  Untuk menguatkan bahwa Islam sangat menonjolkan kepedulian sosial, mari kita buka Al-Qur'an. Bukankah Al-Qur'an adalah rujukan kita yang pertama dalam hidup ini.

Allah berfirman di dalam Qur’an Surat al-Balad [90] ayat 10 -18   yaitu :

"Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan Maka tidakkah sebaiknya (dengan hartanya itu) ia menempuh jalan yang mendaki lagi sukar? Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, atau memberi MAKAN pada hari kelaparan (kepada) anak YATIM yang ada hubungan kerabat, atau orang MISKIN yang sangat fakir. Dan dia termasuk orang-orang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayangMereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan"

Ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa ada dua jalan yang bisa kita pakai dalam memanfaatkan harta kita. Al-Qur'an menyarankan kita untuk mengambil jalan yang sukar dan mendaki, yaitu
 
memerdekakan budak atau memberi makan pada anak yatim atau orang miskin. Allah tidak menjelaskan tentang jalan yang mudah, melainkan memberi contoh jalan yang sukar.

Mengapa disebut jalan yang sukar? karena kebanyakan manusia enggan atau merasa berat atau merasa sukar untuk melakukannya. 

Bila kita mampu mengalahkan rasa berat dan rasa sukar pada diri kita dalam beramal, maka Allah menjanjikan kita termasuk golongan yang kanan; ahli surga. 

Bukalah cermin hati kita sekali lagi. Apakah kita merasa sukar untuk beramal pada orang miskin dan anak yatim? Hanya cermin hati yang teramat dalam yang mampu menjawabnya dengan jujur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar