7 LANGIT & 7 MALAIKAT PENJAGANYA
Bismillaah... Walaupun panjang, Semoga banyak manfaat, untuk Mengingatkan saya dan yang membacanya,
InsyaAlloh bisa lebih menjaga hati dan sikap dlm setiap amal ibadah kita,
Astaghfirullooh.. aamiin
========================
7 LANGIT &
7 MALAIKAT PENJAGANYA
========================
7 LANGIT &
7 MALAIKAT PENJAGANYA
========================
Telah diceritakan oleh Ibnu al-Mubarak tentang seorang
laki-laki yang bernama Khalid bin Ma’dan, dimana ia pernah bertanya kepada
Mu’adz bin Jabal ra., salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW.
“Wahai Mu’adz! Ceritakanlah kepadaku suatu hadits yang
telah engkau dengar langsung dari Rasulullah saw., suatu hadits yang engkau
hafal dan selalu engkau ingat setiap harinya disebabkan oleh sangat kerasnya
hadits tersebut, sangat halus dan mendalamnya hadits tersebut. Hadits yang manakah yang menurut engkau
yang paling penting?”
Kemudian, Khalid bin Ma’dan menggambarkan keadaan Mu’adz
sesaat setelah ia mendengar permintaan tersebut, “Mu’adz tiba-tiba saja
menangis sedemikian rupa sehingga aku menduga bahwa beliau tidak akan pernah
berhenti dari menangisnya. Kemudian, setelah beliau berhenti dari menangis,
berkatalah Mu’adz:
Baiklah aku akan
menceritakannya, aduh betapa rinduku kepada Rasulullah, ingin rasanya aku
segera bersua dengan beliau”.
Selanjutnya Mu’adz bin Jabal ra. mengisahkan sebagai
berikut, “Ketika aku mendatangi Rasulullah saw., beliau sedang menunggangi unta
dan beliau menyuruhku untuk naik di belakang beliau. Maka berangkatlah aku
bersama beliau dengan mengendarai unta tersebut. Sesaat kemudian beliau
menengadahkan wajahnya ke langit, kemudian bersabdalah Rasulullah SAW”:
“Alhamdulillah, segala
puji hanya bagi Allah yang memberikan ketentuan (qadha) atas segenap
makhluk-Nya menurut kehendak-Nya, ya Mu’adz!”. Aku menjawab, “Labbaik yaa
Sayyidal Mursaliin”.
“Wahai Mu’adz! Sekarang akan aku beritakan kepadamu suatu
hadits yang jika engkau mengingat dan tetap menjaganya maka (hadits) ini akan memberi manfaat kepadamu
di hadhirat Allah, dan jika engkau melalaikan dan tidak menjaga (hadits) ini
maka kelak di Hari Qiyamah hujjahmu akan terputus di hadhirat Allah Ta’ala!”
“Wahai Mu’adz! Sesungguhnya
Allah Tabaraka wa Ta’ala telah menciptakan tujuh Malaikat sebelum Dia
menciptakan tujuh lapis langit dan bumi. Pada setiap langit tersebut ada satu
Malaikat yang menjaga khazanah, dan setiap pintu dari pintu-pintu lelangit
tersebut dijaga oleh seorang Malaikat penjaga, sesuai dengan kadar dan
keagungan (jalaalah) pintu tersebut.
Sesungguhnya
Allah Tabaraka wa Ta’ala telah menciptakan tujuh Malaikat sebelum Dia menciptakan
tujuh lapis langit dan bumi. Pada setiap langit tersebut ada satu Malaikat yang
menjaga khazanah, dan setiap pintu dari pintu-pintu lelangit tersebut dijaga
oleh seorang Malaikat penjaga, sesuai dengan kadar dan keagungan (jalaalah)
pintu tersebut.
Sesungguhnya
Allah Tabaraka wa Ta’ala telah menciptakan tujuh Malaikat sebelum Dia
menciptakan tujuh lapis langit dan bumi. Pada setiap langit tersebut ada satu
Malaikat yang menjaga khazanah, dan setiap pintu dari pintu-pintu lelangit
tersebut dijaga oleh seorang Malaikat penjaga, sesuai dengan kadar dan
keagungan (jalaalah) pintu tersebut.
1. Langit pertama di jaga malaikat ‘Shaahibul Ghiibah’, yang mengawasi perbuatan ghiibah (menggunjing orang). Kemudian naiklah pula malaikat al-Hafadzah yang lain dengan membawa berbagai macam amal kebajikan shalat, puasa, zakat, sadaqah. amal shalih diantara amal-amal perbuatan seorang hamba, Amal shalih itu bersinar sehingga mereka melipat-gandakan dan mensucikannya . Sehingga ketika amal tersebut sampai di pintu Langit Pertama, berkatalah Malaikat penjaga pintu kepada al-Hafadzah/pembawa amal: “Berhentilah kalian ! Pukulkanlah amal perbuatan ini ke wajah pemiliknya, karena ia senang berbuat ghibah ( senang menggunjing orang lain )
2. Langit ke dua di jaga malaikat ‘Malakal Fakhr’ , malaikat pengawas kemegahan. Kemudian naiklah pula malaikat al-Hafadzah yang lain dengan membawa amal shalih diantara amal-amal perbuatan seorang hamba, yang berhasil melewati pintu langit pertama, Amal shalih itu bersinar sehingga mereka melipat-gandakan dan mensucikannya. Sehingga ketika amal tersebut sampai di pintu Langit Kedua, berkatalah Malaikat penjaga pintu kepada al-Hafadzah/pembawa amal: “Berhentilah kalian! Pukulkanlah amal perbuatan ini ke wajah pemiliknya, karena ia dengan amalannya ini hanyalah menghendaki kemanfaatan duniawi belaka! Akulah ‘Malakal Fakhr’, malaikat pengawas kemegahan, aku telah diperintah Rabb-ku untuk tidak membiarkan amal perbuatan ini melewatiku menuju ke langit berikutnya, sesungguhnya orang tersebut senantiasa memegahkan dirinya terhadap manusia sesamanya di lingkungan mereka!”. Malaikat al-Hafadzah pun melemparkan kembali amal itu kepada sang hamba. Maka seluruh malaikat mela’nat orang tersebut hingga petang hari.
3. Langit ke tiga di jaga malaikat ‘Shaahibil Kibr’, malaikat pengawas kesombongan. Dan naiklah al-Hafadzah dengan membawa amal seorang hamba yang lain. Amal tersebut demikian memuaskan dan memancarkan cahaya yang jernih, berupa amal-amal shadaqah, shalat, shaum, dan berbagai amal bakti (al-birr) yang lainnya.
Kecemerlangan amal tersebut telah membuat al-Hafadzah takjub melihatnya, mereka pun melipat-gandakan amal tersebut dan mensucikannya, mereka diizinkan untuk membawanya. Hingga sampailah mereka di pintu Langit Ketiga, maka berkatalah Malaikat penjaga pintu kepada al-Hafadzah: “Berhentilah kalian! Pukulkanlah amal ini ke wajah pemiliknya! Akulah ‘Shaahibil Kibr’, malaikat pengawas kesombongan, aku telah diperintah oleh Rabb-ku untuk tidak membiarkan amal perbuatan seperti ini melewati pintu yang ku jaga menuju ke langit berikutnya! Sesungguhnya pemilik amal ini telah berbuat takabbur di hadapan manusia di lingkungan (majelis) mereka!” Malaikat al-Hafadzah pun melemparkan kembali amal itu kepada sang hamba.
4. Langit ke empat di jaga malaikat ‘Shaahibul Ujbi’ malaikat pengawas ‘ujub (mentakjubi diri sendiri). Kemudian naiklah al-Hafadzah yang lainnya dengan membawa amal seorang hamba yang sedemikian cemerlang dan terang benderang bagaikan bintang-bintang yang gemerlapan, bagaikan kaukab yang diterpa cahaya. Kegemerlapan amal tersebut berasal dari tasbih, shalat, shaum, haji dan umrah. Diangkatlah amalan tersebut hingga ke pintu Langit Keempat , dan berkatalah Malaikat penjaga pintu langit kepada al-Hafadzah: “Berhentilah kalian! Pukulkanlah amal ini ke wajah, punggung, dan perut dari si pemiliknya! Akulah ‘Shaahibul Ujbi’ malaikat pengawas ‘ujub (mentakjubi diri sendiri), aku telah diperintah oleh Rabb-ku untuk tidak membiarkan amalan seperti ini melewatiku menuju ke langit berikutnya! Sesungguhnya si pemilik amal ini jika mengerjakan suatu amal perbuatan maka terdapat ‘ujub (takjub diri) didalam hatinya! Malaikat al-Hafadzah pun melemparkan kembali amal itu kepada sang hamba.
5. Langit ke lima di jaga malaikat ‘Shaahibul Hasad’, malaikat pengawas hasad (dengki.). Kemudian naiklah al-Hafadzah berikutnya dengan membawa amal seorang hamba yang lain hingga mencapai ke Langit Kelima, amalan tersebut bagaikan pengantin putri yang sedang diiring diboyong menuju ke suaminya. Begitu sampai ke pintu Langit Kelima, amalan yang demikian baik berupa jihad, haji dan umrah yang cahayanya menyala-nyala bagaikan sinar matahari. Maka berkatalah malaikat penjaga pintu kepada al- Hafadzah: “Berhentilah kalian! Pukulkanlah amal perbuatan ini ke wajah pemiliknya dan pikulkanlah pada pundaknya! Akulah ‘Shaahibul Hasad’, malaikat pengawas hasad (dengki), sesungguhnya pemilik amal ini senantiasa menaruh rasa dengki (hasad) dan iri hati terhadap sesama yang sedang menuntut ilmu, dan terhadap sesama yang sedang beramal yang serupa dengan amalannya, dan ia pun juga senantiasa hasad kepada siapapun yang berhasil meraih fadhilah- fadhilah tertentu dari suatu ibadah dengan berusaha mencari-cari kesalahannya! Aku telah diperintah oleh Rabb-ku untuk tidak membiarkan amalan seperti ini melewatiku untuk menuju ke langit berikutnya!” Malaikat-malaikat pun melemparkan kembali amal itu kepada sang hamba.
6. Langit ke enam di jaga malaikat ‘Shaahibur-Rahmah’ , malaikat pengawas sifat rahmah (kasih sayang). Kemudian naiklah al-Hafadzah dengan membawa amal perbuatan seorang hamba yang lain, amalan itu memancarkan cahaya yang terang benderang seperti cahaya matahari, yang berasal dari amalan yang menyempurnakan wudhu, shalat yang banyak, zakat, haji, umrah, jihad, dan shaum. Amal perbuatan ini mereka angkat hingga mencapai pintu Langit Keenam . Maka berkatalah malaikat penjaga pintu ini kepada al-Hafadzah: “Berhentilah kalian! Pukulkanlah amal perbuatan ini ke wajah pemiliknya, sesungguhnya sedikitpun ia tidak berbelas kasih kepada hamba-hamba Allah yang sedang ditimpa musibah (balaa’) atau ditimpa sakit, bahkan ia merasa senang dengan hal tersebut! Akulah ‘Shaahibur-Rahmah’, malaikat pengawas sifat rahmah (kasih sayang), aku telah diperintahkan Rabb-ku untuk tidak membiarkan amal perbuatan seperti ini melewatiku menuju ke langit berikutnya!”
Malaikat al-Hafadzah pun melemparkan kembali amal itu kepada sang hamba.
7. Langit ke tujuh di jaga malaikat ‘Shaahibudz-Dzikr’ , malaikat pengawas perbuatan mencari nama diri (ingin disebut-sebut namanya). Dan naiklah al-Hafadzah dengan membawa amal perbuatan seorang hamba yang lain, amal-amal berupa shaum, shalat, nafaqah, jihad, dan wara’ (memelihara diri dari perkara-perkara yang haram dan subhat/meragukan). Amalan tersebut mendengung seperti dengungan suara lebah, dan bersinar seperti sinar matahari. Dengan diiringi oleh tiga ribu malaikat, diangkatlah amalan tersebut hingga mencapai pintu Langit Ketujuh. Maka berkatalah malaikat penjaga pintu kepada al-Hafadzah: “Berhentilah kalian! Pukulkanlah amalan ini ke wajah pemiliknya, pukullah anggota badannya dan siksalah hatinya dengan amal perbuatannya ini! Akulah ‘Shaahibudz-Dzikr’, malaikat pengawas perbuatan mencari nama-diri (ingin disebut-sebut namanya), yakni sum’ah (ingin termashur). Akulah yang akan menghijab dari Rabb-ku segala amal perbuatan yang dikerjakan tidak demi mengharap Wajah Rabb-ku! Sesungguhnya orang itu dengan amal perbuatannya ini lebih mengharapkan yang selain Allah Ta’ala, ia dengan amalannya ini lebih mengharapkan ketinggian posisi (status) di kalangan para fuqaha (para ahli), lebih mengharapkan penyebutan-penyebutan (pujian-pujian) di kalangan para ulama, dan lebih mengharapkan nama baik di masyarakat umum! Aku telah diperintah oleh Rabb-ku untuk tidak membiarkan amalan seperti ini lewat dihadapanku! Setiap amal perbuatan yang tidak dilakukan dengan ikhlash karena Allah Ta’ala adalah suatu perbuatan riya’, dan Allah tidak akan menerima segala amal perbuatan orang yang riya’! Malaikat al-Hafadzah pun melemparkan kembali amal itu kepada sang hamba.
Kemudian naiklah al-Hafadzah dengan membawa amal
perbuatan seorang hamba dan berhasil melewati ke tujuh pintu langit, amal itu
berupa shalat, zakat, shaum, haji,
umrah, berakhlak baik, diam, dan dzikrullah Ta’ala. Seluruh
malaikat langit yang tujuh mengumandang-kumandangkan pujian atas amal perbuatan
tersebut, dan diangkatlah amalan tersebut dengan melampaui seluruh hijab menuju
ke hadhirat Allah Ta’ala. Hingga
sampailah dihadhirat-Nya, dan para malaikat memberi kesaksian kepada-Nya bahwa
ini merupakan amal shalih yang dikerjakan secara ikhlash karena Allah Ta’ala.
Maka berkatalah Allah Ta’ala kepada malaikat al-Hafadzah, “Kalian adalah para penjaga atas segala amal
perbuatan hamba-Ku, sedangkan Aku adalah Ar-Raqiib,
Yang Maha Mengawasi atas segenap lapisan
hati sanubarinya! "Sesungguhnya
ia dengan amalannya ini tidaklah
menginginkan Aku dan tidaklah mengikhlashkannya untuk-Ku! Amal perbuatan ini ia
kerjakan semata-mata demi mengharap sesuatu yang selain Aku! Aku yang lebih
mengetahui ihwal apa yang diharapkan dengan amalannya ini! Maka
baginya laknat-Ku, karena ini telah menipu orang lain dan telah menipu kalian,
tapi tidakklah ini dapat menipu Aku! Akulah Yang Maha Mengetahui
perkara-perkara yang ghaib, Maha Melihat segala apa yang ada di dalam hati,
tidak akan samar bagi-Ku setiap apa pun yang tersamar, tidak akan tersembunyi
bagi-Ku setiap apa pun yang bersembunyi! Pengetahuan-Ku atas segala apa yang
akan terjadi adalah sama dengan Pengetahuan-Ku atas segala yang baqa
(kekal), Pengetahuan-Ku tentang yang
awal adalah sama dengan Pengetahuan-Ku tentang yang akhir! Aku lebih mengetahui
perkara-perkara yang rahasia dan lebih halus, maka bagaimana Aku dapat tertipu
oleh hamba-Ku dengan ilmunya? sedang Akulah yang memberinya ilmu dan hanya
setetes saja di banding ilmu-ilmu yang Ku miliki. Bisa saja ia menipu segenap makhluk-Ku
yang tidak mengetahui, tetapi Aku Maha Mengetahui Yang Ghaib, maka baginya
laknat-Ku!”. Maka berkatalah malaikat
yang tujuh dan juga 3000 malaikat yang mengiringi, “Yaa Rabbana, tetaplah
laknat-Mu baginya dan laknat kami semua atasnya!”, maka langit yang tujuh beserta seluruh penghuninya menjatuhkan la’nat
kepadanya.
Setelah mendengar semua itu dari lisan Rasulullah SAW.
maka menagislah Mu’adz dengan terisak-isak, dan berkata, “Wahai Rasulullah! Engkau adalah utusan Allah
sedangkan aku hanyalah seorang Mu’adz, bagaimana
aku dapat selamat dan terhindar dari apa yang telah engkau sampaikan ini?”
Berkatalah Rasulullah saw., “Wahai Mu’adz! Ikutilah
Nabi-mu ini dalam soal keyakinan sekalipun dalam amal perbuatanmu terdapat
kekurangan. Wahai Mu’adz! Jagalah lisanmu dari kebinasaan dengan meng-ghiibah manusia dan
meng-ghiibah saudara-saudaramu para pemikul Al-Qur’aan.
Tahanlah dirimu dari keinginan menjatuhkan manusia dengan apa-apa
yang kamu ketahui ihwal/mengenai aibnya!
Janganlah
engkau mensucikan dirimu dengan jalan menjelek-jelekan saudara-saudaramu!
Janganlah engkau meninggikan dirimu
dengan cara merendahkan saudara-saudaramu!
Pikullah
sendiri aib-aibmu dan jangan engkau bebankan kepada orang lain”.
“Wahai Mu’adz! Janganlah engkau masuk kedalam perkara duniamu dengan mengorbankan
urusan akhiratmu!
Janganlah berbuat
riya’ dengan amal-amalmu agar diketahui oleh orang lain dan
janganlah engkau bersikap takabbur di
majelismu sehingga manusia takut dengan sikap burukmu!”
“Janganlah
engkau berbisik-bisik dengan seseorang sementara di hadapanmu ada orang lain!
Janganlah engkau mengagung-agungkan
dirimu dihadapan manusia, karena akibatnya
engkau akan terputus dari semua kebaikan
dunia dan akhirat!
Janganlah engkau
berkata kasar di majelismu dan janganlah
engkau merobek-robek manusia dengan lisanmu, sebab akibatnya di Hari
Qiyamah kelak tubuhmu akan dirobek-robek oleh anjing-anjing neraka Jahannam!”
“Wahai Mu’adz! Apakah engkau memahami makna
Firman Allah Ta’ala: ‘Wa naasyithaati
nasythan!’ (‘Demi yang mencabut/menguraikan dengan sehalus- halusnya!’,
An-Naazi’aat [79]:2)?
Rasulullah saw. bersabda,
“Anjing-anjing di dalam Neraka yang mengunyah-ngunyah daging manusia
hingga terlepas dari tulangnya!”
Aku Mu’adz berkata, “Demi bapakku, engkau, dan ibuku! Ya
Rasulullah, siapakah manusia yang bisa
memenuhi seruanmu ini sehingga terhindar dari kebinasaan?”
Rasulullah saw. menjawab, “Wahai Mu’adz, sesungguhnya hal
demikian itu sangat mudah bagi siapa
saja yang diberi kemudahan oleh Allah Ta’ala!
Dan untuk memenuhi hal
tersebut, maka cukuplah engkau
senantiasa berharap agar orang lain dapat meraih sesuatu yang engkau sendiri
mendambakan untuk dapat meraihnya bagi dirimu,
dan membenci sesuatu menimpa
orang lain sebagaimana engkau benci jika hal itu menimpa dirimu sendiri! Maka dengan ini wahai Mu’adz engkau akan selamat, dan pasti dirimu akan terhindar!”
Khalid bin Ma’dan berkata,“Sayyidina Mu’adz bin Jabal ra.
sangat sering membaca hadits ini sebagaimana seringnya beliau membaca
Al-Qur’aan, dan sering mempelajari hadits ini sebagaimana seringnya beliau
mempelajari Al-Qur’aan di dalam majelisnya”.