Senin, 16 Juli 2018

LIMA MACAM NAFSU


Assalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.
Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Wahai saudaraku ada lima macam nafsu yang tercantum di dalam Al-Qur*an yaitu,

Nafsu Amamarah bissu; yang selalu mendorong kepada pelang­garan dan kejahatan.


Nafsu Lawwamah’, yang mengingatkan, menggugah, mengorek­si, dan menyalahkan perbuatan buruk.


Nafsu Muthmaninah; yang tenang dan tenteram.


Nafsu Radhiyah; yang selalu ridha dan puas.


Nafsu Mardhiyah’, yang memperoleh keridhaan Allah.

Nafsu-nafsu amarah, lawwamah, dan muthmainnah ber­kaitan dengan ajaran Allah

dalam kehidupan dunia, sedangkan radhiyah dan mardhiyah berkaitan dengan kehidupan di akhi­rat.

Jadi, fisik atau jasad manusia tidak berdiri sendiri dalam mengemban tugas perintah dan larangan-Nya, tetapi ditentu­kan pula oleh faktor nafsu.

Dia juga tidak punya pilihan. Dia di­ciptakan untuk patuh, taat, dan selalu penurut.

Embrio dalam kandungan sebelum datangnya ruh, begitu pula ruh sebelum menyentuh tubuh, selalu bersyukur, beriman, dan tunduk ke­pada Allah.

Jadi, nafsu adalah gabungan ruh jasad. 

Salah dan keliru sekali bila ada yang berkata, “Ruhnya baik hanya jasadnya yang jahat” 


Tidak ada ruh yang baik dan ruh yang jahat atau jasad (fisik) yang baik dan buruk.


Bila ruh bergabung dengan jasad, itulah nafsu dan lahirlah kehidupan yang diliputi kebaikan dan keburukan.

Jasad tidak dapat hidup tanpa ruh, dan ruh tidak akan tampak kecuali dalam jasad.
Jasad memerlukan ruh dan ruh memerlukan jasad. 

Nafsu yang tunduk patuh kepada ajaran dan bimbingan Allah Yang Maha Pencipta,

itulah nafsu muthmainnah.

Nafsu yang sesekali patuh, sesekali melanggar, dan menentang,ke­mudian sadar lagi dan menyesal, bertobat dan kembali kepada tuntunan dan ajaran Allah, itulah nafsu lawwamah. 

Pada dasarnya setiap nafsu bersifat ammarah bissu, terutama mereka yang membangkang dan menentang petun­juk dan ajaran Allah SWT. 

Adanya pengertian bahwa ruh pada dasarnya selalu baik dan jasad pada dasarnya selalu buruk adalah pemahaman yang salah.

Baik dan buruknya karena pilihan nafsu, yaitu gabungan ruh dan jasad.  Ini dapat diumpamakan dengan lampu dan listrik.

Badan ibarat lampu dan ruh ibarat listrik yang menyebabkan lampu menyala. Bila lampu dipecah, tidak akan ada nyala listrik. 

Begitu pula bila jasad manusia dirusak (terpotong-potong misalnya), jasad itu tidak akan mampu menampung fungsinya ruh dan itu dinamakan mati karena pembunuhan atau peng­aniayaan. 

Berbeda antara mati akibat pembunuhan dengan mati yang wajar karena mati secara wajar ialah berpisahnya ruh dan jasad tanpa merusak jasadnya 

Sumber: 
Anda Bertanya Islam Menjawab Karya Prof. Dr. M. Mutawalli asy-Sya’rawi


Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar