Assalamu’alaikum
Warahmatullaahi Wabarakaatuh.
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Subhanallah walhamdulillah . Segala puji adalah milik Allah Yang Maha Suci
Alloohumma sholli 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala aalii sayyidina Muhammad
khootamin nabiyyin .
Solawat dan salam tersampaikan kepada Nabi Muhammad saw sebagai nabi yang terakhir .
Firman Allah swt di di dalam Qur'an yang artinya ,
“ (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu
jangan
berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu,
dan supaya kamu jangan terlalu
gembira
terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu.
Dan Allah tidak menyukai
setiap orang
yang sombong lagi membanggakan diri “.
QS Al Hadiid [ 57 ] : 23
Suka cita terhadap
kesulitan adalah didasarkan pada keyakinan bahwa adanya kedekatan dan
perhatian serta kasih sayang Allah kepada dirinya .
Dan adanya kesempatan naik
tingkat bagi dirinya yang tidak pernah berpuas
diri dalam berilmu bila dapat melalui cobaan
kesulitan tsb.
Dalam kesulitan itu, dia juga yakin akan ada kelapangan bagi dirinya.
Dengan itu dirinya akan
tiada gentar dan percaya diri kalau cobaan kesulitan
yang datang dari Allah telah sesuai kadarnya
sehingga pasti dapat dilaluinya.
Dari Mush’ab bin Sa’d dari ayahnya, ia mengatakan :
Wahai Rasulullah siapakah
yang berat cobaannya?.
Jawab Rasulullah saw:
Mereka adalah para nabi,
kemudian setelahnya lalu
setelahnya lagi.
Seorang manusia diuji atas
dasar agamanya,
jika agamanya keras
berdisiplin maka ujiannya bertambah,
namun jika agamanya ringan
atau sekedarnya maka
ia diuji setara dengan
agamanya.
Ujian itu tidak lepas dari
seseorang hingga ia leluasa
berjalan di muka bumi
tanpa ada kesalahan. (H.R Tirmidzi)
Suka citanya orang berilmu terhadap kesukaran atau cobaan itu ibarat hari raya yakni
(sebagai kesempatan untuk melatih diri untuk mendekatkan diri
atau taqarub kepada Allah) .
Namun demikian, bila diri memang masih belum dikaruniakan ilmunya untuk
demikian, maka sebaik-baik perkara
adalah ditengah-tengah.
Pengertiannya manusia
sebagai hamba Allah hendaknya bersikap wajar
dan ditengah-tengahnya dalam menerima musibah, sebagai bentuk penerimaan
seorang hamba atas ketetapan Allah.
Bila diri mendapat
kemulian juga harus diyakini bahwa kemuliaan hanya milik
Allah dan tidak pantas seoarang
hamba menyandangnya.
Semoga uraian ini bermanfaat untuk kita semua .
Insya Allah .
Aaaaamiin.
Wassalamu’alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar