Assalamu’alaikum
Warahmatullaahi Wabarakaatuh.
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Wahai saudaraku keikhlasan dituntut dari setiap orang yang beramal, maka menurut Dr. Ali Abdul
Halim Mahmud, keikhlasan bagi seorang da’i merupakan
keniscayaan yang harus senantiasa menyertainya karena ia
akan berhadapan dengan berbagai keadaan dan
beragam manusia dalam perjalanan dakwahnya.
Jika tidak,
maka binasa dan sia-sialah amalnya. Bahkan sifat yang mendasar
bagi seorang da’i yang harus senantiasa melaziminya
adalah ikhlas.
Oleh karena itu, para
ulama hadits menjadikan bab Niat berada di awal kitab
hadits susunan mereka, agar karya tulis mereka selalu
diawali dengan keikhlasan dan tidak
luput dari sifat ini.
Bisa
dibayangkan para ulama yang merupakan teladan dalam
beramal mencontohkan kita agar senantiasa mengukur
setiap amal yang kita lakukan dengan ukuran ikhlas.
Para nabi Allah dalam
kapasitas mereka sebagai da’i senantiasa menjadikan
keikhlasan sebagai jargon dan prinsip dakwah mereka.
Sebagai contoh Nabi Muhammad saw sebagai teladan utama
dalam hal ini mengemukakan tentang motifasinya dalam
berdakwah,
“Katakanlah: “Aku tidak
meminta upah sedikitpun kepada kamu dalam menyampaikan risalah
itu, melainkan (mengharapkan kepatuhan) orang-orang yang mau
mengambil jalan kepada Tuhan nya“.
(Al-Furqan: 57)
Seluruh nabi Allah
menekankan prinsip keikhlasan dalam dakwah mereka yang ideal, mulai
dari nabi Nuh, Hud, Shalih, Luth dan Syu’aib as.
“Dan aku sekali-kali tidak
minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu upahku tidak lain hanyalah
dari Tuhan semesta alam“.
(Asy-Syu’ara’: 109, 127,
145, 164, 180).
Inilah bangunan keikhlasan
yang pernah ditunjukkan dan dicontohkan dalam dakwah para nabi
Allah swt, sehingga mereka meraih kesuksesan dan diabadikan namanya
oleh Allah swt sebagai cerminan bagi para da’i setelah
mereka.
Semoga uraian ini bermanfaat untuk kita semua. Insya Allah .
Aaaaamiin.
Wassalamu’alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar