Jumat, 21 Desember 2018

AL MUKHLASHIN [ KEIKHLASAN ]

Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh .
Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Wahai saudaraku ditinjau dari ilmu qira’at, para ulama qira’at berbeda dalam membaca kata “Al-Mukhlashin” .
 
Sebagian qari’ membaca Al-Mukhlashin dengan ism maf’ul dan sebagian lainnya
membaca dengan isim fi’il Al-Mukhlishin. 

Imam Ibnu Katsir, Abu Amr dan Ibnu Amir, membaca seluruh kalimat ini dalam Al-Qur’an dengan bacaan “Al-Mukhlishin”  .

“Al-Mukhlishin” artinya: Mereka mampu memurnikan agama dan ibadah mereka dari segala noda yang bertentangan dengan nilai tauhid.

Sedangkan ulama qira’at yang lain membaca Al-Mukhlashin yang artinya: Mereka yang dipelihara dan mendapat taufik dari Allah untuk memiliki sifat Ikhlas. 

Berdasarkan qira’at ini,  ikhlas dan iman adalah mutlak anugerah Allah swt kepada
hamba-hambaNya yang dikehendaki. 

Namun setiap hamba diperintahkan oleh Allah untuk senantiasa memperhatikan dan meningkatkan kadar dan tingkat keikhlasannya dalam beramal. 

Bahkan Allah menyuruh kita meneladani orang-orang yang mendapat petunjuk karena tidak pernah mengharapkan balasan dari amalnya kecuali dari Allah swt .

Allah swt berfirman yaitu  ,

“ Attabi’uu man laa yas a lukum ajron wahum muhtaduun “

Yang artinya adalah  ,

“Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka
adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”.

QS  Yaasin [ 36 ]  : 21 .

Secara prinsip, Islam memandang keikhlasan sebagai pondasi dan ruh sebuah amal, apapun bentuknya amal tersebut selama termasuk kategori amal sholih. 

Baik amal tersebut dilakukan dalam skala pribadi maupun secara kolektif
( bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ). 

Bahkan keikhlasan dalam ruang lingkup kolektif sosial ternyata sesuatu yang berat dan memerlukan lebih kesabaran.

Dalam konteks ini, keikhlasan harus dibangun secara timbal balik antara seluruh individu dalam masyarakat dan menghindari kecemburuan serta persepsi negatif terhadap masing-masing anggota. 

Demikian, semakin luas wilayah kerja seseorang, maka semakin dibutuhkan keikhlasan. 

Apalagi di tengah semakin beragam hambatan atau ujian  keikhlasan yang menghadangnya, yang pada umumnya adalah seperti yang dinyatakan oleh Syekh Hasan Al-Banna’ dalam Risalahnya, yaitu: 

harta, kedudukan, popularitas, gelar, ingin selalu tampil di depan dan diberi penghargaan dan pujian dan sebagainya.

Semoga uraian ini  bermanfaat untuk kita semua. Insya Allah . Aaaaamiin.

Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar