Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh .
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Wahai saudaraku ditinjau dari ilmu qira’at, para ulama qira’at berbeda dalam membaca kata “Al-Mukhlashin” .
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Wahai saudaraku ditinjau dari ilmu qira’at, para ulama qira’at berbeda dalam membaca kata “Al-Mukhlashin” .
Sebagian
qari’ membaca Al-Mukhlashin dengan ism maf’ul dan sebagian lainnya
membaca
dengan isim fi’il Al-Mukhlishin.
Imam
Ibnu Katsir, Abu Amr dan Ibnu Amir, membaca seluruh kalimat ini dalam Al-Qur’an
dengan bacaan “Al-Mukhlishin” .
“Al-Mukhlishin”
artinya: Mereka mampu memurnikan agama dan ibadah mereka dari segala noda yang
bertentangan dengan nilai tauhid.
Sedangkan
ulama qira’at yang lain membaca Al-Mukhlashin yang artinya: Mereka yang
dipelihara dan mendapat taufik dari Allah untuk memiliki sifat Ikhlas.
Berdasarkan qira’at ini, ikhlas dan iman
adalah mutlak anugerah Allah swt kepada
hamba-hambaNya
yang dikehendaki.
Namun
setiap hamba diperintahkan oleh Allah untuk senantiasa memperhatikan dan
meningkatkan kadar dan tingkat keikhlasannya dalam beramal.
Bahkan
Allah menyuruh kita meneladani orang-orang yang mendapat petunjuk karena tidak
pernah mengharapkan balasan dari amalnya kecuali dari Allah swt .
Allah
swt berfirman yaitu ,
“
Attabi’uu man laa yas a lukum ajron wahum muhtaduun “
Yang
artinya adalah ,
“Ikutilah
orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka
adalah
orang-orang yang mendapat petunjuk”.
QS Yaasin [ 36 ]
: 21 .
Secara
prinsip, Islam memandang keikhlasan sebagai pondasi dan ruh sebuah amal, apapun
bentuknya amal tersebut selama termasuk kategori amal sholih.
Baik amal
tersebut dilakukan dalam skala pribadi maupun secara kolektif
(
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ).
Bahkan
keikhlasan dalam ruang lingkup kolektif sosial ternyata sesuatu yang berat dan
memerlukan lebih kesabaran.
Dalam
konteks ini, keikhlasan harus dibangun secara timbal balik antara seluruh
individu dalam masyarakat dan menghindari kecemburuan serta persepsi negatif
terhadap masing-masing anggota.
Demikian,
semakin luas wilayah kerja seseorang, maka semakin dibutuhkan keikhlasan.
Apalagi
di tengah semakin beragam hambatan atau ujian keikhlasan yang menghadangnya, yang pada
umumnya adalah seperti yang dinyatakan oleh Syekh Hasan Al-Banna’ dalam
Risalahnya, yaitu:
harta,
kedudukan, popularitas, gelar, ingin selalu tampil di depan dan diberi
penghargaan dan pujian dan sebagainya.
Semoga
uraian ini bermanfaat untuk kita semua.
Insya Allah . Aaaaamiin.
Wassalamu’alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar