Assalamulaiakum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Wahai saudaraku semuanya
dimanapun kita berada dan kemanapun kita pergi kita akan selalu diikuti oleh
hokum dan aturan Allah .
Saat kita berada di
lingkungan keluarga, maka akan berlaku hokum rumah tangga dimana antara suami ,
istri dan anak-anaknya masing masing mempunyai hak dan kewajiban yang harus
dilaksanakan sesuai dengan ketetapan Allah swt .
Saat kita berada di
sekolah maka taatilah aturan dan hokum sekolah baik yang tertulis ataupun yang
tidak tertulis .
Saat kita berada di
masyarakat maka taatilah hokum dan aturan masyarakat, dimana di setiap daerah
sudah pasti aka nada aturan yang berbeda yaitu tentang adat dan budaya. Tapi
hokum Allah tetap berlaku sama .
Semuanya itu akan terikat
dengan hokum Allah , ada hak dan kewajiban . Termasuk juga kita kepada Allah
ada hak dan kewajiban .
Hak kita dengan Allah itu
apa ? Menerima apapun pemberian Allah
baik itu yang sesuai dengan selera kita ataupun yang tidak sesuai dengan selera
kita .
Kesemuanya itu harus
diterima , dihadapi , disikapi dan diatasi oleh kita semua dengan baik dan
benar . Baik dan benarnya itu bukan menurut pendapat kita tapi menurut aturan
Allah swt dan Rasul-Nya .
Allah berfirman yaitu ,
وَالْحَافِظُونَ لِحُدُودِ اللَّهِ
“Dan yang memelihara
hukum-hukum Allah.”
(QS.At-Taubah:112)
Melalui ayat ini Allah
memberitahukan kepada kita semua yaitu Dia senantiasa menjaga dan memelihara
hokum – hukumnya .
Hukum – hokum Allah itu
isinya tetap tidak berubah sejak diciptakan sampai akhir zaman. Betuk boleh
berubah termasuk system dan iramanya bisa berubah menyesuaikan situasi dan
kondisi saat itu. Akan tetapi sekali lagi isinya tetap tidak berubah .
Penggalan ayat ini adalah
penutup dari sifat orang-orang yang mempersembahkan dirinya di jalan Allah.
Jiwa, harta dan semua yang ia miliki terasa murah untuk dipersembahkan di jalan
perjuangan.
Sifat-sifat sebelumnya
menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang yang bertaubat, rajin beribadah,
berdzikir, melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar lalu kemudian Allah tutup
sifat-sifat mulia ini dengan satu sifat yaitu :
“Dan yang memelihara
hukum-hukum Allah.”
(QS.At-Taubah:112)
Ayat ini menarik untuk
kita renungkan sejenak. Seringkali orang rajin dalam ibadah dan rajin berbuat
kebaikan namun di waktu yang sama ia sering pula melanggar hukum-hukun Allah.
Banyak orang yang rutin
solat malam, namun maksiat tetap jalan. Banyak
orang yang rajin umrah, namun diwaktu yang sama ia melupakan batas-batas
ketentuan Allah.
Banyak orang yang
menjalankan ketaatan namun diwaktu yang sama mengesampingkan hukum Allah.
Sementara Allah dalam
beberapa ayat menyebutkan dengan tegas,
تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا
“Itulah ketentuan Allah, maka
janganlah kamu mendekatinya.” (QS.Al-Baqarah:187)
تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَعْتَدُوهَا ۚ وَمَنْ يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Itulah hukum-hukum Allah,
maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa melanggar hukum-hukum Allah,
mereka itulah orang-orang zhalim.”
(QS.Al-Baqarah:229)
Intinya, kita wajib
menjalankan ketaatan dan diwaktu yang sama kita juga harus menjaga hukum-hukum
Allah.
Sayyidina Ali bin Abi
tholib pernah ditanya,
“Apa yang wajib dan apa yang
lebih wajib?”
Beliau menjawab,
“Yang wajib adalah taat
kepada Allah dan yang lebih wajib adalah meninggalkan dosa.”
Jangan sampai kita terlena
dengan ibadah hingga menganggap enteng maksiat. Sering mengkhatamkan Al-Qur’an,
rutin solat tahajjud, sering umrah dan ziarah ke tempat-tempat suci tidak
lantas memberi jalan kepada kita untuk meremehkan hukum Allah.
Bagi kita yang telah
bertaubat dan mulai menabung kebaikan dan ibadah, jangan pernah lalai dengan
hukum Allah. Jaga dan hargai batas-batas yang telah Allah tentukan karena
sebesar apapun amal kita bisa terbakar habis dengan dosa-dosa.
Semoga bermanfaat.
Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar