Jumat, 15 Maret 2019

HUKUM – HUKUM ALLAH SWT .


Assalamulaiakum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Wahai saudaraku semuanya dimanapun kita berada dan kemanapun kita pergi kita akan selalu diikuti oleh hokum dan aturan Allah .

Saat kita berada di lingkungan keluarga, maka akan berlaku hokum rumah tangga dimana antara suami , istri dan anak-anaknya masing masing mempunyai hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan sesuai dengan ketetapan Allah swt .

Saat kita berada di sekolah maka taatilah aturan dan hokum sekolah baik yang tertulis ataupun yang tidak tertulis .

Saat kita berada di masyarakat maka taatilah hokum dan aturan masyarakat, dimana di setiap daerah sudah pasti aka nada aturan yang berbeda yaitu tentang adat dan budaya. Tapi hokum Allah tetap berlaku sama .

Semuanya itu akan terikat dengan hokum Allah , ada hak dan kewajiban . Termasuk juga kita kepada Allah ada hak dan kewajiban .

Hak kita dengan Allah itu apa ?  Menerima apapun pemberian Allah baik itu yang sesuai dengan selera kita ataupun yang tidak sesuai dengan selera kita .

Kesemuanya itu harus diterima , dihadapi , disikapi dan diatasi oleh kita semua dengan baik dan benar . Baik dan benarnya itu bukan menurut pendapat kita tapi menurut aturan Allah swt dan Rasul-Nya .

Allah berfirman yaitu ,

وَالْحَافِظُونَ لِحُدُودِ اللَّهِ

“Dan yang memelihara hukum-hukum Allah.”
(QS.At-Taubah:112)

Melalui ayat ini Allah memberitahukan kepada kita semua yaitu Dia senantiasa menjaga dan memelihara hokum – hukumnya .

Hukum – hokum Allah itu isinya tetap tidak berubah sejak diciptakan sampai akhir zaman. Betuk boleh berubah termasuk system dan iramanya bisa berubah menyesuaikan situasi dan kondisi saat itu. Akan tetapi sekali lagi isinya tetap tidak berubah .

Penggalan ayat ini adalah penutup dari sifat orang-orang yang mempersembahkan dirinya di jalan Allah. Jiwa, harta dan semua yang ia miliki terasa murah untuk dipersembahkan di jalan perjuangan.

Sifat-sifat sebelumnya menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang yang bertaubat, rajin beribadah, berdzikir, melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar lalu kemudian Allah tutup sifat-sifat mulia ini dengan satu sifat yaitu :

“Dan yang memelihara hukum-hukum Allah.”
(QS.At-Taubah:112)

Ayat ini menarik untuk kita renungkan sejenak. Seringkali orang rajin dalam ibadah dan rajin berbuat kebaikan namun di waktu yang sama ia sering pula melanggar hukum-hukun Allah.

Banyak orang yang rutin solat malam, namun maksiat tetap jalan.  Banyak orang yang rajin umrah, namun diwaktu yang sama ia melupakan batas-batas ketentuan Allah.

Banyak orang yang menjalankan ketaatan namun diwaktu yang sama mengesampingkan hukum Allah.

Sementara Allah dalam beberapa ayat menyebutkan dengan tegas,

تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا

“Itulah ketentuan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya.” (QS.Al-Baqarah:187)

تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَعْتَدُوهَا ۚ وَمَنْ يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

“Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah orang-orang zhalim.” 
(QS.Al-Baqarah:229)

Intinya, kita wajib menjalankan ketaatan dan diwaktu yang sama kita juga harus menjaga hukum-hukum Allah.

Sayyidina Ali bin Abi tholib pernah ditanya,

“Apa yang wajib dan apa yang lebih wajib?”

Beliau menjawab,

“Yang wajib adalah taat kepada Allah dan yang lebih wajib adalah meninggalkan dosa.”

Jangan sampai kita terlena dengan ibadah hingga menganggap enteng maksiat. Sering mengkhatamkan Al-Qur’an, rutin solat tahajjud, sering umrah dan ziarah ke tempat-tempat suci tidak lantas memberi jalan kepada kita untuk meremehkan hukum Allah.

Bagi kita yang telah bertaubat dan mulai menabung kebaikan dan ibadah, jangan pernah lalai dengan hukum Allah. Jaga dan hargai batas-batas yang telah Allah tentukan karena sebesar apapun amal kita bisa terbakar habis dengan dosa-dosa.

Semoga bermanfaat.

Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar