Sabtu, 11 Januari 2014

BAHAYANYA MEMENTINGKAN DIRI SENDIRI





MEMENTINGKAN DIRI SENDIRI

Diantara sekian banyak sifat manusia yang akan merusak amal ibadah, merusak keimanan dan keislaman kita adalah penyakit mementingkan diri sendiri, atau mengutamakan kepentingan golongannya sendiri, atau membuat scenario agar apa yang ditanganinya itu bisa dipegang sendiri atau untuk mengutamakan golongannya sendiri, dan yang paling utama adalah untuk mementingkan keluarganya sendiri, semacam membentuk dinasti keluarga atau dinasti kelompok atau golongannya sendiri.

Apa yang telah di uraikan tersebut sungguh amat dilarang keras dalam agama Islam, dan apabila hal ini banyak terjadi dimana-mana sampai ke daerah-daerah berarti secara tidak langsung sudah memberitahukan kepada kita bahwa yang sedang dialami ini merupakan akhir zaman.

Agama Islam sebenarnya telah menganjurkan agar setiap muslim itu selain harus memperhatikan dirinya sendiri, juga harus memperhatikan kepentingan orang lain juga. Kenapa demikian ? Karena kita hidup di dunia itu harus bermasyarakat, harus berkumpul dengan orang banyak untuk hidup bersama dan saling tolong menolong, hormat menghormati, saling menghargai, saling mengingatkan dan menyempurnakan, atau saling melengkapi.

Tujuan melakukan hal ini adalah untuk menghilangan rasa egoisme, rasa sombong, kikir dan bakhil yang nantinya mengaharah kepada pribadi atau golongan yang tidak akan mempedulikan kepentingan orang lain. Asalkan dirinya sudah baik, berkecukupan, selamat dan berbahagia dianggapnya sudah selesai.

Orang lain masa bodoh, dianggap bukan urusannya. Biarlah mereka berusaha sendiri, hidup sendiri, menghadapi kesulitan sendiri. Apa perlunya kita menolong mereka, toh mereka belum tentu membalas budi kepada apa yang telah kita kerjakan. Begitulah gambaran sekilas orang yang hidupnya hanya untuk diri dan kepentingan sendiri.

Terjadinya perobahan sikap dan sifat dimana orang-orang hanya mementingan dirinya sendiri adalah akibat banyaknya beban dan kesibukkan yang memang mereka sengaja. Kenapa tidak ? Habis semua itu bisa dilakukan sendiri, kenapa harus minta bantan orang lain. Andaikan orang lain membantu kan mesti dibayar, jadi sayang-sayang kalau rezki itu diberikan ke orang lain.

Atau bisa terjadi karena memaksakan diri untuk mencapai sesuatu yang belum tarafnya. Mereka sehari-hari sibuk bergumul dengan pekerjaan yang kelewat berat. Akibatnya segala yang terjadi di sekitarnya mereka tidak tahu. Atau bisa saja terjadi sebenarnya mereka itu tahu, hanya berpura-pura tidak tahu.

Mereka sudah tidak peduli apa faedahnya menengok orang sakit, melayat orang mati , menghadiri walimah pernikahan, memberi nasehat orang yang baru tertimpa bencana dll. Semuanya itu dianggapnya sudah tidak penting. Sedangkan yang penting dan terpenting adalah hanya mengurus segala sesuatu yang sekiranya akan mendatangkan keuntungan bagi dirinya.

Apabila kita merasa sebagai umat Islam, maka sifat seperti ini harus dibuang juh-jauh dan diganti dengan sifat yang mulai, seperti suka tolong menolong, memberikan petunjuk kepada orang yang baru sesat iman, memberikan nasehat kepada orang yang tertimpa kemalangan dsb

Rasulullah saw bersabda, “ Laa yu’minu ahadukum hattaa yuhibbu liakhihi maa yuhibbu linafsih “ yang artinya Belumlah sempurna iman seseorang dari kalian hingga kalian mencintai saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya “ ( HR Bukhari )

Untuk mementingkan diri sendiri ini Rasulullah pun sudah mengingatkan sejak jamannya dia hidup bahwa di akhir zaman akan banyak orang yang di dalam kehidupan keseharianya selalu hanya mementingan dirinya sendiri. Oleh karena itu Allah menurunkan agama Islam adalah untuk memperbaiki akhlaq manusia.

Rasulullah saw bersabda, “ Innaha sakatuunu ba’dii atsarotun wa amuurun tunki: tu adduunal haqqaruu nahaa. Qaaluu yaa rasulullah kaifa ta’muru man adroka min dzalika ? Qaalal ladzii ‘alaikum watas a luunallaahal ladzii lakum “  yang artinya , “ Sesungguhnya akan terjadi sesudahku sifat mementingkan diri sendiri ( mengenyampingkan orang lain ) dan berbagai perkara yang kalian mengingkarinya. Mereka ( para sahabat ) berkata, “ Wahai Rasulullah, lantas apa yang engkau perintahkan kepada kami ? “ Beliau bersabda, “ Kalian tunaikan haq yang wajib atas kalian dan kalian minta kepada Allah apa yang menjadi hak kalian  “. ( HR Bukhari dan Muslim )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar