Minggu, 19 Januari 2014

KERUKUNAN HIDUP BERTETANGGA BAGIAN KE V



Apabila kita tinggal di lingkungan yang orangnya baik-baik, saling memperhatikan dan mencintai, rukun, tenang dan damai , maka akan merasa betah, hidup penuh dengan keharmonisan.

Sebaliknya apabila kita tinggal di lingkungan yang orang-orangnya berperangai buruk, gemar mengacau ketentraman tetangganya,berusaha merugikannya, baik terhadap materinya, kehormatan atau jiwanya dll, maka hal ini termasuk hal yang akan menyengsarakan. Prilaku seperti ini bukan prilaku seorang mukmin.

Oleh karena itu Rasulullah saw dalam menjelaskannya sungguh- sungguh bersumpah tiga kali, bahwa bukan seorang mukmin yang tetangganya tidak akan lari dari keburukan-keburukan atau hal-ahal yang menyebabkan tetangganya mendapat bencana yang ditimbulkan akibat perbuatannya.

Rasulullah saw bersabda, “ Wallahu yu’minu wallahu yu’minu wallaahu yu’minu qiila man yaa rasuulallah ? Qaala alladzii laa ya’manu jaa ruhu bawaa i qahu “. Yang artinya, “ Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman. Ditanyakan oleh seseorang: “ Siapakah wahai rasulullah ? “ Beliau bersabda, “ Orang yang tetangganya tidak aman dari bencana-bencana “ ( HR Bukhari Muslim )

Adapun yang dikategorikan menyakiti hati tetangga disini adalah segala prilaku yang dapat mengusik ketentramannya seperti cara mengintai rahasianya, mengganggu hak miliknya, menyebar luaskan keburukannya dll.

Tentang hubungan adanya dosa besar bagi orang-orang yang menyakiti hati tetangga ini Rasulullah saw bersabda, “ Laa yad khulul jan nata man laa ya’manu jaa ruhu biwaa i qahu “ yang artinya, “ Tidak dapat masuk sorga orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya”. ( HR Muslim )

Dari Abullah bin Mas’ud, Rasulullah saw pernah ditanya tentang dosa yang paling besar di sisi Allah swt maka beliau menyebutnya tiga macam ( perkara ), “ Menyekutukan Allah padahal Dia yang menciptakannya , membunuh anak karena takut memberi makan kepada dia, dan berzina dengan isteri tetangga “ ( HR Bukhari Muslim, Tirmidzi dan Nasa’i )

Dari Abu Hurairah ra ada seorang lelaki datang kepada rasulullah saw seraya bertanya, “ Ya Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku suatu amalan yang apabila aku menepatinya aku akan masuk surga ?” Maka beliau menjawab, “ Jadilah kamu seorang yang baik “. Lalu dia bertanya lagi, “ Wahai Rasulullah, bagaimanakah caranya mengetahui bahwa aku menjadi orang yang baik ? “ Beliau menjawab’ “ Tanyakanlah kepada tetanggamu, jika mereka berkata bahwa kamu itu seorang yang baik maka sesungguhnya kamu itu baik dan jikalau mereka berkata bahwa kamu itu jelek, maka sesungguhnya kamu itu jelek “.

Oleh karena itu baik buruknya kita itu bukan kita sendiri yang menilainya, akan tetapi berdasarkan penilaian orang lain. Tunjukkan prilaku kita sesuai dengan yang kita tahu, lalu tidak usah bertanya apakah yang aku lakukan tadi baik menurut kamu ? Tidak usah nanti juga mereka akan bicara sendiri bahwa si fulan itu orangnya baik, sopan, menyenangkan, simpatik.


Orang yang paling baik itu adalah pada saat di ada di tempat itu bisa-biasa saja tidak nampak istimewa, namun begitu dia tidak ada mereka pada menanyakan, mencari, merindukan, karena mereka sangat membutuhkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar