Minggu, 23 Maret 2014

KECIL KALAU DIBIARKAN AKAN MENJADI BESAR


Sebagian HUKAMA berkata, " Jangan meremehkan dosa-dosa kecil, karena dosa dosa kecil itu akan bercabang cabang dan menjadi dosa besar "

Dari kalimat di atas adalah yang dikatakan besar itu awalnya kecil. Manusia itu tempatnya salah dan dosa. Baru bangun tidur saja, begitu langsung memikirkan dunia, bukan mengucap rasa syukur , sudak termasuk dosa.

Perbuatan buruk itu awalnya coba-coba dulu, atau bisa jadi karena adanya kesempatan. Padahal ruang gerak yang ada itu sungguh amat sempit.

Banyak kejadian sekarang, segala program dibuat dengan sebaik mungking untuk peningkatan sumber daya manusia, dengan anggaran yang cukup besar. Setelah program disepakati, namun di dalam pelaksanaannya dana tersebut sampai ke setiap pos itu berkurang, sehingga yang sampai kepada pelaksana tinggal ampasnya saja. Apakah tidak kasihan kepada badan pelaksana yang telah bekerja untuk melaksanakan program tersebut.

Program harus sesuai dengan target, dan dimintai pertanggung jawaban. Yang bertanggung jawab dalah hal ini adalah pimpinan setempat, dan harus melaporkan pertanggung jawaban itu sesuai dengan dana yang telah dikocorkan dari pusat. Jadi pimpinan setempat dipaksa untuk berdusta. Kalau ditelusuri, jelas tidak akan ditemukan, kebocoran-kebocoran itu karena semuanya tanpa kwitansi.

Yang pimpinan sebagai badan pelaksana untuk menuntaskan program pusat juga bingung, diterima , tapi harus membuat laporan dengan cara dusta. Diterima pun bingung untuk pelaksanaannya, seperti makan buah simalakama.

Kalau hal ini merebak ke lingkungan didikan, maka akan fatal akibatnya, hasil dari pelaksanaannya karena dibarengi dengan kedustaan, maka akan menjadi petaka. Hukum alampun berlaku, siapa yang menanam ,dia yang menuai. , Kalau yang ditanamkan berupa kedustaan apakah bisa menghasilkan kebenaran ?

Kalaupun disurvei tetap saja tidak akan ketahuan, karena di dalam pelaksanannya , secara pembukuan akan rapih dan bersih. Sehingga dianggapnya telah dilaksanakan dengan baik. Namun hasil yang terlihat amatlah tidak sesuai dengan yang diharapkan. Silahkan lihat moralitas para pelajar sekarang jauh merosot tajam. Orang tuapun ikut terbawa acuh tak acuh ,kurang rasa peduli terhadap anak-anaknya di bidang pendidikan. Yang penting anaknya berangkat ke sekolah dengan berseragam, dianggapnya sudah sekolah.

Apabila ada tindakan yang keras sebagai pelajaran buat anaknya, orang tua langsung tidak menerimakan hal ini, lalu ....... tidak sesuai dengan Hak Asasi Manusi. Apakah mereka juga tahu benar batas tentang Hak Asasi manusia itu ?

Ini adalah Pekerjaan Rumah Kita bersama antara pihak orang tua, pihak sekolah dan pihak pemerintah dan dalam hal ini juga pihak masyarakat, lingungan dimana dan kemana anak ( sang pelajar ) itu bergaul. Kalau hal ini dibiarkan berlarut larut lalu generasi mendatang bisa dibayangkan akan seperti apa ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar