Lanjutan .............yang lalu
QS Al Mulk ayat 15 yang artinya , “Dialah Yang
menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan
makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali
setelah) dibangkitkan “
Jadi Allah menciptakan alam semesta seiisinya ini
untuk kebutuhan manusia dan dapat diperoleh dengan mudah. Diharapkan sambil
berjalan mencari rezki itu Allah meminta kita untuk banyak-banyak memperhatikan
keindahan alam, memperhatikan tanda-tanda kebesaran dan kekuasaanNya, lalu
mengolah alam tersebut sesuai dengan keahlian di bidangnya masing-masing,
apakah dengan cara bertani, berdagang, beternak, bekerja di kantor, jadi
pegawai negeri atau sipil, yang kesemuanya itu harus dilakukan dengan cara yang
halal, bukan dengan cara yang haram, demi keperluan hidupnya.
Dengan memahami dan menghayati ayat ini maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1.
Allah
memerintahkan kita semua agar mau berusaha dan mengolah alam ini untuk
kepentingannya kita sendiri. Adapun alat2nya sudah disiapkan oleh Allah yaitu
seluruh anggota tubuh kita. Jadi bagi yang pemalas bukan salah Allah akan
tetapi salah kita sendiri kenapa malas ;
2.
Orang yang
mau berusaha mencari rezeki adalah termasuk ibadah, termasuk salah satu
perintah Allah, Hal ini bisa untuk menambah atau memperbanyak lahan ibadah itu
sendiri.
Salah satu Hadits yang diriwayatkan oleh imam Ahmad
dari sayyidina Umar bin Khattab ra, dia pernah mendengar Rasulullah saw
bersabda, “ Jika kalian benar-benar bertawakala kepada Allah, niscaya kalian
akan diberi rezeki sebagaimana Allah memberikan rezekiNya kepada burung. Pergi
mencari rezeki dengan perut yang kosong, dan petang hari ia kembali ke
sarangnya dengan perut yang berisi penuh “ ( HR Tirmidzi, Ahmad, Baihaqi dan
Abu Dawud )
Dari Hadits ini dapatlah kita fahami Allah tidak akan
memberikan rezeki kepada siapapun tanpa melalui usaha terlebih dahulu.
Pada riwayat lain Umar bin Kattab ra lewat di salam
satu perkampungan, dan menghampiri orang-orang yang sedang berkerumun, berbincang-bincang
sambil bercanda ria, tertawa-tawa. Lalu Umar bertanya siapakah kalian ini
semuanya ? Di siang hari begini masih bergerombol, di tempat ini seperti tidak
merasa punya beban kewajiban . Merekapun menjawab bahwa mereka adalah penduduk
kampung ini dan kesemuanya itu sedang bertawakal kepada Allah. Mendengar ucapan
itu muka Umar bin Kahttab ra merah padam, lalu sambil menghunus pedangnya dia
berkata “Kalian semua ini bukan sedang bertawakal kepada Allah, akan tetapi
kalian adalah orang-orang yang telah dimakan karat kemalasan. Apakah kalian
tahu apakah yang dimaksud dengan tawakal itu ? . Mereka terdiam sejenak penuh
ketakutan, karena melihat pedang sayyidina Umar telah terhunus, cahayanya
berkilat-kilat, bisa dibayangkan tajamnya pedang itu seperti apa ? Ternyata
kalian belum tahu apakah tawakal itu ?. Sekarang aku terangkan yang dimaksud
dengan tawakal kepada Allah itu orang yang menanam benih atau biji ke dalam
tanah, lalu dia bertawakal kepada Allah dengan cara menyiraminya dengan air,
memberinya pupuk, lalu berdoa agar apa yang ditanam itu bisa berbuah untuk
dinikmati sebagai rezeki dariNya dan setelah itu sambil menunggu dengan sabar ,
berserah diri kepadaNya keputusan apa yang akan diberikan ki kepadanya yang
menanam benih atau biji itu . Itulah yang dinamakan tawakal. Apabila kalian
sekarang tidak membubarkan diri dari sini untuk mencari karunia Allah, maka
kalian akan kupenggal batang leher kalian semua, tidak akan ada yang disisakan
satu orangpun. Akhirnya mereka meminta maaf keda Umar ra dan menyadari akan
kesalahannya, lalu mereka membubarkan diri untuk bekerja sesuai dengan
keahliannya masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar