Melalui ayat 22 surat Al Mukl ini Allah memberitahukan
kepada kita dengan memberikan gambaran antara orang yang beriman dan orang
kafir,musyrik, dan munafik dalam bentuk pertanyaan yaitu apakah orang-orang
yang berjalan dan kakinya banyak tersandung bahkan jatuh tersungkur melewati
jalan yang penuh dengan bebatuan dan banyak lubang-lubang serta cuacanya dalam
keadaan gelap bisa lebih cepat mencapai tujuan dibandingkan dengan orang-orang
yang berjalan dalam suana baik dan aman, yang jalannya datar, mulus tidak ada
lubang-lubang serta cuacanya baik atau cerah
Allah swt berfirman di dalam QS Al Mulk ayat 22 yaitu :
أَفَمَنْ يَمْشِي مُكِبًّا عَلَىٰ وَجْهِهِ أَهْدَىٰ أَمَّنْ يَمْشِي سَوِيًّا
عَلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ [٦٧:٢٢]
Maka apakah orang yang berjalan terjungkal di atas
mukanya itu lebih banyak mendapatkan petunjuk ataukah orang yang berjalan tegap
di atas jalan yang lurus?
Jadi kalimat pertanyaan pada ayat ini bukan untuk
menanyakan sesuatu yang tidak diketahui, akan tetapi untuk menyatakan suatu
tujuan yang sama akan tetapi dengan menempuh jalan yang berbeda. Mengapa
dikatakan demikian ?
Karena perjalanan orang-orang kafir merupakan
perjalanan yang menuju kesengsaraan dan penderitaan serta penuh dengan
kesulitan, makanya digambarkan dengan berjalan terjungkal atau tertelungkup
artinya tersandung sandung, mukanya otomatis sering mencium tanah artinya di
dalam mengarungi samudra kehidupan ini tersesat, dan kelak di akhirat akan
mendapatkan tempat yang paling buruk yang sudah disediakan oleh Allah yaitu
neraka jahanam.
Sedangkan orang-orang yang beriman dan bertaqwa kepada
Allah digambarkannya dengan orang-orang yang berjalan di atas jalan yang baik,
jalan yang lurus, sehingga di dalam menempuh jalan samudra kehidupan itu
lancar, tidak akan tersesat, dan pasti akan cepat mencapai tujuan yang
diinginkan Allah, karena jalan yang ditempuhnya itu jalan yang diridoi Allah.
Dan Allah pun sudah menyediakan tempat yang terbaik yang penuh dengan berbagai
kenikmatan yaitu surgaNya.
Oleh karena itu kalau kita ingin menjalani usaha,
ingin melaksanakan pekerjaan dan ingin menunaikan kewajiban harus berdasarkan
ketentuan agama Islam. Dengan mengikuti petunjuk yang ada di dalam Al Qur’an
dan mengikuti tuntunan Nabi Muhammad saw ( Hadits ), agar dicapai hasil yang
baik.
Janganlah kita kerja dengan cara membabi buta,
memperturutkan hawa nafsu, dengan cara menipu, atau berdusta. Misalnya
mengerjakan satu proyek yang sudah dihitung di dalam perencanaan sebesar tiga
ratus lima puluh juta rupiah. Begitu rencana itu disetujui , dan langsung dikerjakan,
di dalam pelaksanaannya semuanya dikurangi , bahan-bahan yang seharusnya
berkualitas nomor 1 digantikan dengan kualitas nomor 2 bahkan yang nomor tiga,
dengan tujuan agar mendapatkan kelebihan. Sekarang coba tanya sendiri dan jawab
sendiri misalnya dari dana yang sudah disediakan itu terdapat kelebihan sebesar
dua puluh tujuh juta rupiah, menurut anda uang itu halal atau haram ?
Yang jelas uang itu adalah uang haram. Kalau uang itu
diberikan kepada keluarga dan dibelikan sembilan pokok bahan makanan, lalu
dimakan . Dan makanan itu akan hancur menjadi sel sel darah, dan akan mengalir
ke seluruh tubuh dan akan menjadi racun. Jadi sel-sel darah tersebut beracun
atau mengandung virus, akibatnya akan menimbulkan suatu penyakit yang akan
susah disembuhkan. Disamping tubuhnya harus berobat ke dokter ( lahirnya ) ,
dan batinnya harus memohon ampunan Allah dan bertobat kepadaNya. Itu pun kalau
Allah berkehendak mengabulkan, kalau tidak mau mengabulkan lalu akan berbuat
apa ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar