Sabtu, 03 Mei 2014

SURAT AL MULK AYAT 22



Melalui ayat 22 surat Al Mukl ini Allah memberitahukan kepada kita dengan memberikan gambaran antara orang yang beriman dan orang kafir,musyrik, dan munafik dalam bentuk pertanyaan yaitu apakah orang-orang yang berjalan dan kakinya banyak tersandung bahkan jatuh tersungkur melewati jalan yang penuh dengan bebatuan dan banyak lubang-lubang serta cuacanya dalam keadaan gelap bisa lebih cepat mencapai tujuan dibandingkan dengan orang-orang yang berjalan dalam suana baik dan aman, yang jalannya datar, mulus tidak ada lubang-lubang serta cuacanya baik atau cerah

Allah swt berfirman di dalam QS Al Mulk ayat 22  yaitu :
أَفَمَنْ يَمْشِي مُكِبًّا عَلَىٰ وَجْهِهِ أَهْدَىٰ أَمَّنْ يَمْشِي سَوِيًّا عَلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ [٦٧:٢٢]
Maka apakah orang yang berjalan terjungkal di atas mukanya itu lebih banyak mendapatkan petunjuk ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus?

Jadi kalimat pertanyaan pada ayat ini bukan untuk menanyakan sesuatu yang tidak diketahui, akan tetapi untuk menyatakan suatu tujuan yang sama akan tetapi dengan menempuh jalan yang berbeda. Mengapa dikatakan demikian ?

Karena perjalanan orang-orang kafir merupakan perjalanan yang menuju kesengsaraan dan penderitaan serta penuh dengan kesulitan, makanya digambarkan dengan berjalan terjungkal atau tertelungkup artinya tersandung sandung, mukanya otomatis sering mencium tanah artinya di dalam mengarungi samudra kehidupan ini tersesat, dan kelak di akhirat akan mendapatkan tempat yang paling buruk yang sudah disediakan oleh Allah yaitu neraka jahanam.

Sedangkan orang-orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah digambarkannya dengan orang-orang yang berjalan di atas jalan yang baik, jalan yang lurus, sehingga di dalam menempuh jalan samudra kehidupan itu lancar, tidak akan tersesat, dan pasti akan cepat mencapai tujuan yang diinginkan Allah, karena jalan yang ditempuhnya itu jalan yang diridoi Allah. Dan Allah pun sudah menyediakan tempat yang terbaik yang penuh dengan berbagai kenikmatan yaitu surgaNya.

Oleh karena itu kalau kita ingin menjalani usaha, ingin melaksanakan pekerjaan dan ingin menunaikan kewajiban harus berdasarkan ketentuan agama Islam. Dengan mengikuti petunjuk yang ada di dalam Al Qur’an dan mengikuti tuntunan Nabi Muhammad saw ( Hadits ), agar dicapai hasil yang baik.

Janganlah kita kerja dengan cara membabi buta, memperturutkan hawa nafsu, dengan cara menipu, atau berdusta. Misalnya mengerjakan satu proyek yang sudah dihitung di dalam perencanaan sebesar tiga ratus lima puluh juta rupiah. Begitu rencana itu disetujui , dan langsung dikerjakan, di dalam pelaksanaannya semuanya dikurangi , bahan-bahan yang seharusnya berkualitas nomor 1 digantikan dengan kualitas nomor 2 bahkan yang nomor tiga, dengan tujuan agar mendapatkan kelebihan. Sekarang coba tanya sendiri dan jawab sendiri misalnya dari dana yang sudah disediakan itu terdapat kelebihan sebesar dua puluh tujuh juta rupiah, menurut anda uang itu halal atau haram ?


Yang jelas uang itu adalah uang haram. Kalau uang itu diberikan kepada keluarga dan dibelikan sembilan pokok bahan makanan, lalu dimakan . Dan makanan itu akan hancur menjadi sel sel darah, dan akan mengalir ke seluruh tubuh dan akan menjadi racun. Jadi sel-sel darah tersebut beracun atau mengandung virus, akibatnya akan menimbulkan suatu penyakit yang akan susah disembuhkan. Disamping tubuhnya harus berobat ke dokter ( lahirnya ) , dan batinnya harus memohon ampunan Allah dan bertobat kepadaNya. Itu pun kalau Allah berkehendak mengabulkan, kalau tidak mau mengabulkan lalu akan berbuat apa ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar