Rabu, 13 Mei 2015

ISRA’ DAN MI’RAJD



Di setiap tanggal 27 Rajab para umat Islam di dunia selalu memperingati peristiwa yang amat besar dari salah seorang hamba Allah yang sudah merupakan pilihanNya yaitu peristiwa Isra’ dan Mi’rajd. 

Isra’ adalah perjalanan malam Nabi Muhammad saw di awali dari Masjidil Haram di Mekah  menuju ke Masjidil Aqsha Jerussalem, Palestina. Dan diteruskan dengan Mi’raj yaitu perjalanan beliau dari Masjidil Aqsha naik dari langit ke satu sampai langit ke tujuh dan dilanjut  hingga ke Sidratul Muntaha, dilanjutkan ke Mustawa yaitu sebuah tempat yang tidak bisa dijangkau oleh kecanggihan teknologi manapun. Suatu tempat yang tidak diketahui hakekatnya oleh siapapun kecuali oleh Nabi saw bersama Allah. Kemudian setelah selesai beliau kembali  ke Masjidil Haram pada malam itu juga. Artinya perlajalanan tersebut hanya berlangsung hanya semalam.

Sebagaimana firman Allh di dalam QS Al Isra ayat 1 yang berbunyi sebagai berikut :
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya  agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Maksud dari sekelilingnya itu adalah: Al Masjidil Aqsha dan daerah-daerah sekitarnya dapat berkat dari Allah dengan diturunkan nabi-nabi di negeri itu dan kesuburan tanahnya.

Isra’ dan Mi’rajd merupakan peristiwa yang amat mengagumkan yang luar biasa dan harus dipercaya kebenarannya. Bila dilakukan hanya dengan Rasio maka tidak akan mampu menjangkau terjadinya peritiwa tersebut, kecuali dengan mengimani apa yang dialami oleh nabi Muhammad saw.

Allah telah memilih Nabi Muhammad saw sebagai seorang Rasul yang paling agung di antara para Rasul yang sebelumnya. Dan umatnya pun dijadikan oleh Allah sebagai umat yang terbaik di antara umat-umat sebelumnya.

Di dalam perjalanan beliau selama melakukan perjalanan Isra’ dan Mi’rajd tersebut mengalami berbagai peristiwa yang luar biasa yaitu

--Sebelum berangkat Hati beliau dicuci oleh Malaikat dan diisi dengan keimanan
--Diberinya kendaraan untuk membantu perjalannya yang dinamakan Buraq yaitu seekor binatang yang  lebih kecil dari Bighal` dan lebih besar dari keledai, berwara putih
--Perjalanan di dampingi oleh malaikat Jibril dan sampai di langit pertama bertemu dengan dengan Nabi Adam as
--Perjalanan dilanjutkan menuju langit ke dua dan bertemu dengan Nabi Yahya as dan Nabi Isa as
--Perjalanan dilanjutkan kembali menuju langit yang ke tiga dan bertemu dengan Nabi Yusuf as
--Perjalanan dilanjutkan kembali menuju langit yang ke empat dan bertemu dengan Nabi Idris as
-- Perjalanan diteruskan menuju langit yang ke lima dan bertemu dengan Nabi Harun as
-- Perjalanan dilanjutkan kembali menuju langit yang ke enam bertemu dengan nabi Musa
-- Perjalanan dilanjutkan kembali menuju langit yang ke tujuh dan bertemu dengan nabi Ibrahim as
-- Perjalanan diteruskan menuju ke Sidratul Muntaha, di tempat ini ada dua buah sungai lahir dan dua buah sungai batin. Malaikat Jibril pun lalu menjelaskan bahwa dua sungai batin itu adalah dua sungai yang ada di surga dan dua sungai lahir itu adalah sungai Nil dan sungai Efrat
-- Kemudian perjalanan dilanjutkan kembali  ka Baitul Makmur. Di tempat ini ada 70.000 malaikat yang memasukinya. Nabi saw lalu ditawari tiga macam minuman yaitu berupa khamar, susu dan madu. Dan nabi saw memilih minuman susu. Jibril pun berkata “ Dia adalah fithrah, kamu dan umatmu berada padanya “
-- Lalu barulah Nabi saw menuju ke puncak yang tertinggi dalam melakukan perjalanan Isra’ dan Mi’rajd tersebut yaitu menghadap Allah subhanahuwata’ala.

Sungguh perjalanan Nabi saw yang begitu misterius dan monumental yang amat tinggi nilainya. Dan pada peristiwa itu diakhiri dengan peristiwa puncak dari segalanya yaitu menghadap langsung kepada Allah swt Yang maha Tinggi lagi Maha Agung. Yaitu di suatu tempat yang yang paling luhur yang dinamakan dengan Sidratul Muntaha, di dalam selubung suasana suci dalam lautan cahaya keagungan Ilahi yang tidak diketahui tempat dan waktunya. Suatu pertemuan yang sakral dan penuh syahdu antara Rasul terkasih Muhammad saw bersama Tuhannya , Rabull Izzati.

Nabi Muhammad saw diberi kesempatan melihat Allah secara langsung di suatu tempat yang tidak bisa digambarkan oleh manusia yang hanya diketahui oleh beliau dan bersama Allah. Kemudian beliau berdialog dengan Allah, dan dalam dialognya itu beliau menerima perintah solat lima waktu dalam sehari semalam.

Perintah solat ini berbeda dengan perintah ibadah-ibadah lainnya, karena solat diterima oleh beliau langsung dari Allah swt dalam suasana suci dan sakral dan sangat agung.

Solat ini merupakan tiang agama. Sebagaimana sabda beliau , “…… sesungguhnya Allah memerintahkan kamu solat. Oleh sebab kamu solat, janganlah kamu menoleh. Sesungguhnya Allah menghadapkan wajah-Nya pada wajah hamba-hamba-Nya yang sedang solat, selama ia tidak memalingkan wajahnya “ ( HR Ahmad dan Tirmidzi )

Peristiwa Isra’ dan Mi’rajd ini merupakan ujian bagi orang-orang yang telah beriman antara percaya atau tidak. Karena perjalanan tersebut diluar jangkauan akal pemikiran manusia. Jadi bila tidak didasari keimanan yang penuh pasti akan meragukannya antara ya dan tidak.

Bagi orang kafir peristiwa Isra’ dan Mi’rajd tersebut menjadikan mereka semakin durhaka, semakin tersesat jauh, dianggapnya peristiwa itu adalah sebuah kedustaan yang dikarang oleh nabi Muhammad saw. Perjalanan dari masjidil Haram ke masjidil Aqsha saja memerlukan bebarapa hari, jadi jelas tidak mausk di akal.

Dari peristiwa Isra’ dan Mi’raj ini mari kita ambil hikmahnya yaitu Allah itu Maha berkehendak. Jadi bila Dia menghendaki sesuatu , maka tidak ada seorangpun yang mampu menolakNya atau menghalangiNya.

Selain dari itu mari kita renungkan besrsama dari Isra’ dan Mi’rajd tahun lalu dan sekarang ketemu lagi peristiwa tersebut. Bagaimanakah solat kita apakah setiap harinya sudah lengkap lima waktu belum ?  Kalau masih bolong-bolong terkadang hanya tiga, atau empat atau mungkin hanya sekali atau bisa jadi belum sama sekali, maka marilah kita mulai sejak dini untuk melakukannya sesuai dengan kehendakNya. Bila sudah lengkap lima kali sehari semalam, sudahkita tepat waktu melaksanakannya ? Bila belum marilah kita belajar disiplin agar tepat waktu .  Bila sudah bisa tepat waktu, apakah dalam pelaksaannya sudah ikhlas hanya untuk Alah dan karena Allah atau belum ? Bila masih tercampur dengan urusan duniawi, maka mari kita bersihkan dalam pelaksanaan solat itu hanya untukNya dan karenaNya.  Terakhir apakah saat kita solat itu sudah bisa khusyu’ ? Bila belum marilah kita melatih diri agar setiap melaksanakan solat itu berusaha untuk khusyu.

Semoga saja untuk tahun-tahun mendatang bila kita masih diberi kesempatan hidup dapat melaksanakan solat wajib itu dengan baik dan benar sesuai dengan kehendakNya. 

Aaamin Ya Rabbal’aalamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar