ASAL
USUL QURAISY
Asal usul Quraisy yang banyak berperan
dalam sejarah masyarakat kota itu dimulai dari abad ke – 5. Qusai ( 480 M ),
salah seorang cucu Fihr, menjadi penguasa di Mekah dan daerah2 di sekitar Hijaz.
Sebagai pimpinan yang arisf Qusai mampu manyatukan kabilah Quraisy. Usahanya
dilanjutkan dengan membangun balai pertemuan ( Daarun – Nadwah ) yaitu tempat
untuk menyelesaikan perselisihan yang timbul dalam kabilah2 Quraisy, setelah
dikonsultasikan dengan pimpinan2 mereka.
Qusai juga dipercaya untuk mengurus
Ka’bah, suatu jabatan yang paling terhormat di Semenanjung Arab. Dia juga yang
menyediakan air ( siqayaah ) dan persediaan makanan ( rifaadah ) bagi para tamu
yang datang berziarah ke sana.
Sebelum Qusai meninggal, tanggung
jawab kepengurusan Ka’bah diserahkan kepada anknya yang tertua ‘Abdud-Daar (
Kabilah Mus’ab bin Umair ). Tetapi sesudah Qusai meninggal, kepemimpinan
Quraisy berada di tangan adiknya ‘Abdu-manaaf dan dari Badu Manaaf turun kepada
anaknya Hasyim, sebagai penerus. Anak-anak Abdu-daar memang tidak mampu
menjalankan segala pekerjaan yang ditinggalkan para pendahulunya. Oleh karena
itu pekerjaan penyediaan air dan makanan dipegang oleh anak-anak Abdu-Manaaf.
Awalnya kepengurusan Ka’bah diserahkan
kepada ‘Andu-Syams bin Andu-Manaaf, kakak hasyim, tetapi karena kesibukannya
dalam bisnis, tidak lama kemudian tugas itu diserahkan kepada adiknya yaitu
Hasyim.
Mereka tiga bersaudara kandung; Abdu-Syams , Haasyim dan Muthallib dan
satu lagi saudara tiri, Naufal ( kabilah Mut’im bi ‘Aadi ). Sayangnya Haasyim
ditadirkan hidupnya amat pendek, dalam perjalanan berniaga di musim panas, ia
jatuh sakit di Gaza, Palestia dan meninggal di kota tersebut.
Maka kedudukannya
digantikan oleh Muthallib yaitu masih adik akndung Abdu-Syams. Karena Abdi-Syams terlalu sibuk mengurus perdagangan di yaman dan Syria
sementara Naufal sibuk di Irak maka kepengurusan Ka’ bah di Mekah menjadi
terlantar .
Kemudian kepengurusannya diserahkan kepada Muthallib. Muthallib ini
memang sangat dihormati, beliau memiliki sifat tenggang rasa dan lapang dada,
pemurah dan murah hati dan oleh kabilah Quraisy beliau dijuluki al-Faid ( yang
banyak jasanya, pemurah ).
Sumber : Tafsir Al Qur’an – Departemen
Agama RI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar