SURAT
QURAISY
Surat Quraisy ini mengandung pedoman
yang singkat tapi padat dalam bidang ekonomi.
Jika pedoman ini diikuti dengan
seksama, maka dapat membawa kemakmuran bagi perorangan, masyarakat dan Negara
serta menyebabkan sukses dalam bidang pembangunan. Syarat-syaratnya secara
garis besar ada empat yaitu :
1. Membiasakan dagang hasil dari latihan,
didikan, tradisi secara turun temurun yang menghasilkan pengalaman. Karena
pengalaman merupakan guru terbaik. Syarat pertama diambil dari kalimat li iilaaf
yang artinya karena kebiasaan .
2. Memelihara
nama baik diambil dari kata Quraisy sebab suku atau kabilah
Quraisy itu termasuk kabilah yang paling mulia yang nantinya melahirkan Nabi
Muhammad. Maka setiap pedagang harus mampu selalu memelihara nama baiknya
sehingga dapat kepercayaan yang penuh dari sekalian langganannya, tidak pernah
berdusta atau menipu, tidak pernah ingkar janji atau menimbun barang-barang
yang dibutuhkan oleh rakyat dll.
3. Misi
mengadakan perniagaan ke luar daerah, bahkan ke luar negeri untuk melebar
luaskan daerah lingkungan perniagaannya dan syarat ini diambil dari kalimat riihlah
yang artinya bepergian. Seorang pedagang tidak akan maju jika tidak mengadakan
misi perniagaan ke luar daerahnya .
4. Memperhatikan
situasi keadaan yang menguntungkan. Ia harus memperhatikan iklim, situasi, dan
kondisi setempat di sekitarnya. Syarat ini diambil dari kalimat asy
syitaa’I wash shaiif yang artinya
: pada musim dingin dan musim panas. Orang-orang Quraisy pun mengatur
arah perniagaan yaitu di musim dingin pergi se sebelah selatan yaitu Yaman, dan
di musim panas ke utara yaitu negeri Syam.
Jika
keempat syarat ini diperhatikan dengan seksama niscaya akan mendatangkan
kemakmuran yang merata dan kemakmuran itu jangan sekali-kali hanya untuk
memuaskan hawa nafsu. Akan tetapi harus dijadikan bekal untuk beribadah kepada
Allah, pemilik
Baitullah dan digunakan untuk mensyukuri nikmat pemberianNya,
agar menghasilkan kesejahteraan, cukup sandang – pangan dan keamanan dari
ketakutan seperti diisyaratkan dalam kalimat “ Yang telah member makanan untuk
menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan ….”
Jadi
yang harus disyukuri dan disembah itu adalah Allah, pemilik Ka’bah sebab di
dekat Ka.bah itu ada suatu ibadah yang tidak dapat di luar kota Mekah yaitu
tawaf di Baitullah .
Bila
diperhatikan cara tawaf itu memang aneh sekali, sebab menurut hokum alam,
setiap benda yang mengelilingi benda lain, lama kelamaan akan bertambah jauh
dari markasnya atau titik putarnya sesuai dengan daya sentrivical atau daya
lompatan ke luar.
Contoh sebuah batu diikat dengan tali lalu diputarkan maka
bila batu itu terlepas dari tali, mesti terlempar jauh ke luar.
Demikian pula dalam bidang kerohanian,
seorang pedagang yang tadinya rajin shalat berjama’ah dan menghadiri pengajian
pada ulama di kampungnya setelah sering bepergian ke luar daerah maka ia
bertambah jauh dari masjid dan ulamanya .
Jika ia bepergian ke luar negeri tentu akan bertambah jauh lagi dari
sumber agamanya.
Memang tidak bisa dipungkiri kebanyakan manusia bila semakin banyak harta yang dimilikinya, semakin luas kekuasaannya, kebanyakan tidak kuat dalam hal agamanya. Banyak yang semakin jauh karena terlalu sibuk dengan urusan dunianya .
Padahal harusnya yang terjadi sebaliknya, semakin banyak harta yang dimiliki, maka bisa semakin bertambah pula lahan untuk berbuat kebajikan yang Allah ridoi.
Kenapa yang Allah ridoi ? Bisa jadi kebajikan yang kita lakukan hanya sekedar untuk menutupi keburukan kita sendiri, agar kita disebut sebagai dermawan, sebagai orang yang rasa ssosialnya tinggi dan sejenisnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar