Selasa, 12 April 2016

SIKAP ORANG 'ARIF KETIKA KHILAF.

SIKAP ORANG 'ARIF KETIKA KHILAF.

"Diantara tanda sikap mengandalkan amal ialah berkurangnya harap kepada ALLAH tatkala khilaf."

Amal yang dimaksud disini ialah amal ibadah, seperti shalat dan dzikir. ada dua kelompok orang yang mengandalkan amal mereka atau menggantungkan keselamatan diri mereka pada amal ibadah mereka (bukan pada Allah secara murni). 

Mereka itu adalah pada 'abid (orang yang tekun beribadah) dan para murid (orang yang menghendaki kedekatan dengan Allah). 

Golongan pertama menganggap amal ibadah sebagai satu-satunya sarana untuk meraih surga dan menghindari siksa Allah. 

Sementara itu, golongan kedua menganggap amal ibadah sebagai satu-satunya cara yang bisa mendekatkan diri mereka kepada Allah, menyingkap tirai penghalang hati, membersihkan keadaan batin, mendalami hakikat ilahiah (mukasyafah), dan mengetahui rahasia ketuhanan lainnya.

Kedua golongan ini sama-sama tercela, karena tindakan dan keinginan mereka itu terlahir dari dorongan nafsu dan sikap percaya diri berlebih. 

Mereka menganggap amal ibadah sebagai perbuatan diri mereka sendiri dan yakin bahwa amal ibadah itu pasti akan membuahkan hasil yang mereka inginkan.

Berbeda halnya dengan orang-orang yang mengenal Tuhan dengan baik ('arif). Mereka tidak bergantung sedikitpun pada amal ibadah yang mereka lakukan. 

Menurut mereka, pelaku hakiki dari semua amal ibadah itu ialah Allah Ta'ala semata, sedangkan mereka hanyalah objek penampakan dari semua tindakan dan ketentuan Allah Ta'ala.

Dalam hikmah diatas, Ibnu Atha'illah menyebut salah satu tanda orang-orang yang menggantungkan keselamatan diri mereka pada amal ibadah yang mereka lakukan, bukan pada Allah secara murni. Tujuannya, supaya setiap hamba bisa mengenali siapa dirinya dan termasuk golongan mana ia. 

Apabila, disaat melakukan maksiat dan dosa, ia kehilangan harapan pada Allah Yang Maha Rahmat yang akan memasukkannya ke surga, menyelamatkannya dari azab, dan mewujudkan semua keinginannya, ia dianggap termasuk golongan 'abid atau murid. 

Namun, apabila merasa dirinya nihil dan tidak berdaya, ia termasuk golongan 'arif. Jika melakukan kesalahan atau maksiat dan lalai, seseorang yang termasuk golongan 'arif akan melihat perbuatannya itu sebagai ketetapan dan takdir Allah atas dirinya.

Demikian pula saat melakukan ketaatan atau mengalami musyahadah (merasa melihat Tuhan), golongan 'arif tidak memandang bahwa segala daya dan upayanya yang melakukan ketaatan dan kebajikan itu. 

Baginya, tak ada beda saat benar ataupun salah, saat taat maupun khilaf, karena ia telah tenggelam dalam lautan tauhid. 

Rasa takut dan harapnya dalam kondisi tetap seimbang, Maksiat tak pernah mengurangi rasa takutnya kepada Allah, dan ketaatanpun tidak menambah rasa harapannya kepada-Nya.

Maka dari itu, siapa yang tidak mendapati tanda seperti ini dalam dirinya, hendaknya ia berusaha mencapai maqam (kedudukan) 'arif dengan banyak melakukan olah batin (riyadhah) dan wirid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar