KEBOHONGAN
Seorang IBU... (repost)
Ibuku
Seorang Pembohong ??? Sukar untuk orang lain percaya, tapi itulah yang terjadi, ibu saya memang
seorang pembohong!! Sepanjang
ingatan saya sekurang - kurangnya sudah 8 kali ibu membohongi saya…
Saya
perlu catatkan segala pembohongan itu untuk dijadikan renungan anda sekalian. Cerita
ini bermula ketika saya masih kecil. Saya lahir sebagai seorang anak lelaki dalam
sebuah keluarga sederhana. Makan minum serba kekurangan.
PEMBOHONGAN
IBU YANG PERTAMA.
Kami sering kelaparan. Adakalanya, selama beberapa hari kami terpaksa makan ikan asin satu keluarga.. Sebagai anak yang masih kecil, saya sering merengut. Saya menangis, ingin nasi dan lauk yang banyak. Tapi ibu pintar berbohong. Ketika makan, ibu sering membagikan nasinya untuk saya. Sambil memindahkan nasi ke mangkuk saya, ibu berkata : “”Makanlah nak ibu tak lapar.”
Kami sering kelaparan. Adakalanya, selama beberapa hari kami terpaksa makan ikan asin satu keluarga.. Sebagai anak yang masih kecil, saya sering merengut. Saya menangis, ingin nasi dan lauk yang banyak. Tapi ibu pintar berbohong. Ketika makan, ibu sering membagikan nasinya untuk saya. Sambil memindahkan nasi ke mangkuk saya, ibu berkata : “”Makanlah nak ibu tak lapar.”
PEMBOHONGAN
IBU YANG KEDUA.
Ketika saya mulai besar, ibu yang gigih sering meluangkan watu senggangnya untuk pergi memancing di sungai sebelah rumah. Ibu berharap dari ikan hasil pancingan itu dapat memberikan sedikit makanan untuk membesarkan kami.
Ketika saya mulai besar, ibu yang gigih sering meluangkan watu senggangnya untuk pergi memancing di sungai sebelah rumah. Ibu berharap dari ikan hasil pancingan itu dapat memberikan sedikit makanan untuk membesarkan kami.
Pulang
dari memancing, ibu memasak ikan segar yang mengundang selera. Sewaktu saya
memakan ikan itu, ibu duduk di samping kami dan memakan sisa daging ikan yang
masih menempel di tulang bekas sisa ikan yang saya makan tadi.
Saya sedih
melihat ibu seperti itu. Hati saya tersentuh lalu memberikan ikan yg belum saya
makan kepada ibu. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya. Ibu berkata : “Makanlah
nak, ibu tak suka makan ikan.”
PEMBOHONGAN
IBU YANG KETIGA.
Di awal remaja, saya masuk sekolah menengah. Ibu biasa membuat kue untuk dijual sebagai tambahan uang saku saya dan abang.
Di awal remaja, saya masuk sekolah menengah. Ibu biasa membuat kue untuk dijual sebagai tambahan uang saku saya dan abang.
Suatu saat, pada dinihari lebih
kurang pukul 1.30 pagi saya terjaga dari tidur.. Saya melihat ibu membuat kue
dengan ditemani lilin di hadapannya.
Beberapa kali saya melihat kepala ibu
terangguk karena ngantuk. Saya berkata : “Ibu, tidurlah, esok pagi ibu kan
pergi ke kebun pula.” Ibu tersenyum dan berkata : “Cepatlah tidur nak, ibu
belum ngantuk.”
PEMBOHONGAN
IBU YANG KEEMPAT.
Di akhir masa ujian sekolah saya, ibu tidak pergi berjualan kue seperti biasa supaya dapat menemani saya pergi ke sekolah untuk turut menyemangati.
Di akhir masa ujian sekolah saya, ibu tidak pergi berjualan kue seperti biasa supaya dapat menemani saya pergi ke sekolah untuk turut menyemangati.
Ketika
hari sudah siang, terik panas matahari mulai menyinari, ibu terus sabar
menunggusaya di luar. Ibu seringkali saja tersenyum dan mulutnya komat-kamit
berdoa kepada allah agar saya lulus ujian dengan cemerlang.
Ketika lonceng
berbunyi menandakan ujian sudah selesai, ibu dengan segera menyambut saya dan
menuangkan kopi yang sudah disiapkan dalam botol yang dibawanya.
Kopi yang
kental itu tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang ibu yang jauh lebih
kental. Melihat tubuh ibu yang dibasahi peluh, saya segera memberikan cawan
saya itu kepada ibu dan menyuruhnya minum.
Tapi ibu cepat-cepatmenolaknya dan
berkata : “Minumlah nak, ibu tak haus!!”
PEMBOHONGAN
IBU YANG KELIMA.
Setelah ayah meninggal karena sakit, selepas saya baru beberapa bulan dilahirkan, ibulah yang mengambil tugas sebagai ayah kepada kami sekeluarga.
Setelah ayah meninggal karena sakit, selepas saya baru beberapa bulan dilahirkan, ibulah yang mengambil tugas sebagai ayah kepada kami sekeluarga.
Ibu bekerja memetik cengkeh di kebun, membuat sapu lidi dan menjual kue-kue
agar kami tidak kelaparan. Tapi apalah daya seorang ibu. Kehidupan keluarga
kami semakin susah dan susah.
Melihat keadaan keluarga yang semakin parah,
seorang tetangga yang baik hati dan tinggal bersebelahan dengan kami, datang
untuk membantu ibu. Anehnya, ibu menolak bantuan itu…
Para tetangga sering kali
menasihati ibu supaya menikah lagi agar ada seorang lelaki yang menjaga dan
mencarikan nafkah untuk kami sekeluarga..
Tetapi ibu yang keras hatinya tidak
mengindahkan nasihat mereka. Ibu berkata : “Saya tidak perlu cinta dan saya
tidak perlu laki-laki.”
PEMBOHONGAN
IBU YANG KEENAM
Setelah kakak-kakak saya tamat sekolah dan mulai bekerja, ibu pun sudah tua. Kakak-kakak saya menyuruh ibu supaya istirahat saja di rumah.
Setelah kakak-kakak saya tamat sekolah dan mulai bekerja, ibu pun sudah tua. Kakak-kakak saya menyuruh ibu supaya istirahat saja di rumah.
Tidak lagi
bersusah payah untuk mencari uang. Tetapi ibu tidak mau. Ibu rela pergi ke
pasar setiap pagi menjual sedikit sayur untuk memenuhi keperluan hidupnya.
Kakak dan abangyang bekerja jauh di kota besar sering mengirimkan uang untuk
membantu memenuhi keperluan ibu, pun begitu ibu tetap berkeras tidak mau
menerima uang tersebut.
Malah ibu mengirim balik uang itu, dan ibu berkata :
“Jangan susah-susah, ibu ada uang.”
PEMBOHONGAN
IBU YANG KETUJUH.
Setelah lulus kuliah, saya melanjutkan lagi untuk mengejar gelar sarjana di luar negeri. Kebutuhan saya di sana dibiayai sepenuhnya oleh sebuah perusahaan besar.
Setelah lulus kuliah, saya melanjutkan lagi untuk mengejar gelar sarjana di luar negeri. Kebutuhan saya di sana dibiayai sepenuhnya oleh sebuah perusahaan besar.
Gelar sarjana itu saya sudahi dengan cemerlang, kemudian saya pun
bekerja dengan perusahaan yang telah membiayai sekolah saya di luar negeri.
Dengan gaji yang agak lumayan, saya berniat membawa ibu untuk menikmati
penghujung hidupnya bersama saya di luar negeri. Menurut hemat saya, ibu sudah
puas bersusah payah untuk kami.
Hampir seluruh hidupnya habis dengan
penderitaan, pantaslah kalau hari-hari tuanya ibu habiskan dengan keceriaan dan
keindahan pula.
Tetapi ibuyang baik hati, menolak ajakan saya. Ibu tidak mau
menyusahkan anaknya ini dengan berkata ; “Tak usahlah nak, ibu tak bisa tinggal
di negara orang.”-
PEMBOHONGAN
IBU YANG KEDELAPAN.
Beberapa tahun berlalu, ibu semakin tua. Suatu malam saya menerima berita ibu diserang penyakit kanker di leher, yang akarnya telah menjalar kemana-mana. Ibu mesti dioperasi secepat mungkin.
Beberapa tahun berlalu, ibu semakin tua. Suatu malam saya menerima berita ibu diserang penyakit kanker di leher, yang akarnya telah menjalar kemana-mana. Ibu mesti dioperasi secepat mungkin.
Saya yang ketika itu berada jauh diseberang
samudera segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Saya melihat ibu
terbaring lemah di rumah sakit, setelah menjalani pembedahan. Ibu yang
kelihatan sangat tua, menatap wajah saya dengan penuh kerinduan.
Ibu
menghadiahkan saya sebuah senyuman biarpun agak kaku karena terpaksa menahan
sakit yang menjalari setiap inci tubuhnya.
Saya
dapat melihat dengan jelas betapa kejamnya penyakit itu telah menggerogoti
tubuh ibu, sehingga ibu menjadi terlalu lemah dan kurus..
Saya menatap wajah ibu
sambil berlinangan air mata. Saya cium tangan ibu kemudian saya kecup pula pipi
dan dahinya. Di saat itu hati saya terlalu pedih, sakit sekali melihat ibu
dalam keadaan seperti ini.
Tetapi ibu tetap tersenyum dan berkata : “Jangan
menangis nak, ibu tak sakit.”
Setelah
mengucapkan pembohongan yang kedelapan itu, ibunda tercinta menutup matanya
untuk terakhir kali.
Dibalik kebohongannya, tersimpan cintanya yang begitu
besar bagi anak2nya.
Anda
beruntung karena masih mempunyai orangtua… Anda boleh memeluk dan menciumnya.
Kalau
orangtua anda jauh dari mata, anda boleh menelponnya sekarang, dan berkata,
“Ibu/Ayah, saya sayang ibu/ayah.”
Ibu, maafkan saya. Saya sayang ibu…….
"
Allohumagfirli wali walidayya warhamhuma kama rabbayani shogiro.." Aamiin
ya Robbal Alamiin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar