Selasa, 25 Juli 2017

KUALITAS IKHLAS

Assalaamu’alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuh.
Bismillaahirrahmaanirrahiim.



Wahai saudaraku seperti yang dikemukakan oleh Sayidina Ali,
“ Ya Allah aku mengabdi kepadaMu bukan karena aku takut kepada neraka- Mu, bukan pula aku rakus terhadap surga-Mu, melainkan aku mengabdi kepadaMu, karena memang Engkau pantas untuk kuabdi”.

Selanjutnya sebagai contoh, ketika Rasulullah SAW mengadakan sayembara, siapa yang paling dulu selesai khotmil Qur’an, 

ternyata Sayidina Ali ra yang terlebih dahulu menyelesaikan sesingkat- singkatnya, sementara yang lainnya masih tadarus membaca Al Qur’an dengan khusuk. 

Lalu Ali mengacungkan jari telunjuknya, “Ya Rasulullah aku telah selesai mengkhatamkan Al Qur’an ini” 

Rasulullah SAW pun bertanya, “Wahai Ali bagaimana mungkin kau menyelesaikannya hanya dalam waktu sesaat?”, 

Ali pun menjawab, “Bukankah engkau pernah bersabda ya Rasulullah, “Barangsiapa yang membaca Surat Al Ikhlas tiga kali maka sama dengan nilainya khatam Qur’an”, 

“Ya” jawab Rasulullah SAW membenarkan.

Apabila kita perhatikan hadits di atas, maka begitu berartinya Surat Al Ikhlas, yang notabene terdapat kalimat Al Ikhlas, sehingga pada ayat terakhir surat ini dapat diambil kesimpulan, bahwa

Allah SWT tidak ingin dibagi-bagi cintanya kepada hambaNya, Allah akan merasa cemburu manakala ciptaanNya dicintai secara berlebihan.

Pada penghujung Surat Al Ikhlas terdapat suatu kesimpulan, “Walam Yakullahu Kufuan Ahad”, ayat ini identik dengan sabda Rasulullah SAW, “Laisa Kamitslihi Syaaiiun” yang mengandung pengertian “tidak ada sesuatu yang menyerupai Allah”.

Jadi jangan coba-coba melakukan pengabdian- pengabdian kepadaNya dengan cara membagi kepada makhlukNya.

Beberapa contoh menurut akhli tauhid,

a. Apabila seseorang sedang melakukan tawaf lalu terbesit dihatinya ingat kepada orang lain, yaitu anak isteri, harta benda, perusahaan, sawah dan ladang, maka tawafnya dianggap gugur, karena sesungguhnya Allah tidak ingin diduakan (disekutukan) dalam pengabdian atau peribadahan tadi;

b. Apabila seseorang yang mengamalkan hartanya karena ingin mendapat pujian, maka amalannya gugur seperti debu terbang ditiup angin;

c. Imam dalam salat terbesit dihatinya ingin dianggap jamaahnya sebagai sebagai akhli Al Qur’an dengan membaca surat dengan ayat-ayat yang panjang, maka inipun salatnya dianggap gugur;

d. Seseorang yang berdzikir secara masal, kemudian menangis secara bersama-sama agar dianggap orang yang khusuk beribadah atau dianggap akhli dzikir, maka ini bukan saja gugur tetapi sudah mengarah ke riya, sedangkan riya adalah semi syirik dan syirik berlawanan dengan ikhlas.

Apabila kita telusuri dari berbagai uraian dan contoh di atas, bahwa ikhlas adalah merupakan sesuatu yang pada hakikatnya kembali kepada Allah bersandar kepada Allah,

sehingga Iblis takut kepada hamba-hamba yang muklis yang senantiasa berserah diri dengan bersandar kepada Allah dan Iblis tahu bahwa Allah adalah zat yang Maha Tinggi tiada tara.

Sangat sukar bagi Iblis untuk menyesatkan (menggoda) hamba-hamba Allah yang ikhlas, karena ciri-ciri orang yang ikhlas meliputi, bahwa :

– Ia tidak pernah berharap selain kepada Allah;
– Ia beribadah dan beramal hanya untuk Allah semata;
– Ia tidak mengenal yang namanya pamrih atau upah;
– Ia tidak berharap populer atas amal ibadahnya;
– Ia tidak pernah ingin merasa dipuji orang;
– Ia tidak pernah merasa kecewa terhadap apa-apa yang sekiranya pernah menyakitkan bagi dirinya; dan juga
– Ia tidak mudah bangga apabila disanjung atau dipuji.

Rasul dan Nabi yang amalannya selalu ikhlas, dan tidak pernah berharap sedikitpun terhadap apa yang dirisalahkannya,

sebagai contoh Nabi Ibrahim a.s misalnya, ia yang begitu tegar dalam menghadapi musuh- musuhnya walaupun dibakar api sekalipun, diperintahkan menyembelih putranya yang tercinta (Ismail),

Nabi Ibrahim a.s dengan ikhlas patuh terhadap apa yang telah diperintahkan Allah SWT kepadanya, walaupun Iblis sempat menggoda tapi akhirnya Iblis menyerah kalah, dalam percontohan ini jelas 

bahwa Iblis tidak akan pernah bisa menyesatkan (menggoda) hamba-hamba Allah yang Ikhlas.


Dari pengalaman-pengalaman para pembawa risalah yang antara lain telah diuraikan di atas, marilah kita belajar ikhlas dimana saja, kapan saja serta kepada dan bersama siapa saja.  Insya Allah …. Aaaaamiin  … Semoga bermanfaat   ….  

Subhanakalloohumma wa bihamdika asyhadu an laa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubuu ilaik …….  

Walloohu a’lam bish showab…..
Barakalloohu  fiikum ……  
Wassalaamu’alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar