Assalaamu’alaikum wa rahmatullaahi wa
barakaatuh.
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Wahai
saudaraku seperti yang dikemukakan oleh Sayidina Ali,
“
Ya Allah aku mengabdi kepadaMu bukan karena aku takut kepada neraka- Mu, bukan
pula aku rakus terhadap surga-Mu, melainkan aku mengabdi kepadaMu, karena
memang Engkau pantas untuk kuabdi”.
Selanjutnya
sebagai contoh, ketika Rasulullah SAW mengadakan sayembara, siapa yang paling
dulu selesai khotmil Qur’an,
ternyata Sayidina Ali ra yang terlebih dahulu
menyelesaikan sesingkat- singkatnya, sementara yang lainnya masih tadarus
membaca Al Qur’an dengan khusuk.
Lalu Ali mengacungkan jari telunjuknya, “Ya Rasulullah
aku telah selesai mengkhatamkan Al Qur’an ini”
Rasulullah SAW pun bertanya,
“Wahai Ali bagaimana mungkin kau menyelesaikannya hanya dalam waktu sesaat?”,
Ali pun menjawab, “Bukankah engkau pernah bersabda ya Rasulullah, “Barangsiapa
yang membaca Surat Al Ikhlas tiga kali maka sama dengan nilainya khatam
Qur’an”,
“Ya” jawab Rasulullah SAW membenarkan.
Apabila
kita perhatikan hadits di atas, maka begitu berartinya Surat Al Ikhlas, yang
notabene terdapat kalimat Al Ikhlas, sehingga pada ayat terakhir surat ini
dapat diambil kesimpulan, bahwa
Allah
SWT tidak ingin dibagi-bagi cintanya kepada hambaNya, Allah akan merasa cemburu
manakala ciptaanNya dicintai secara berlebihan.
Pada
penghujung Surat Al Ikhlas terdapat suatu kesimpulan, “Walam Yakullahu Kufuan
Ahad”, ayat ini identik dengan sabda Rasulullah SAW, “Laisa Kamitslihi
Syaaiiun” yang mengandung pengertian “tidak ada sesuatu yang menyerupai Allah”.
Jadi
jangan coba-coba melakukan pengabdian- pengabdian kepadaNya dengan cara membagi
kepada makhlukNya.
Beberapa
contoh menurut akhli tauhid,
a.
Apabila seseorang sedang melakukan tawaf lalu terbesit dihatinya ingat kepada
orang lain, yaitu anak isteri, harta benda, perusahaan, sawah dan ladang, maka
tawafnya dianggap gugur, karena sesungguhnya Allah tidak ingin diduakan
(disekutukan) dalam pengabdian atau peribadahan tadi;
b.
Apabila seseorang yang mengamalkan hartanya karena ingin mendapat pujian, maka
amalannya gugur seperti debu terbang ditiup angin;
c.
Imam dalam salat terbesit dihatinya ingin dianggap jamaahnya sebagai sebagai
akhli Al Qur’an dengan membaca surat dengan ayat-ayat yang panjang, maka inipun
salatnya dianggap gugur;
d.
Seseorang yang berdzikir secara masal, kemudian menangis secara bersama-sama
agar dianggap orang yang khusuk beribadah atau dianggap akhli dzikir, maka ini
bukan saja gugur tetapi sudah mengarah ke riya, sedangkan riya adalah semi
syirik dan syirik berlawanan dengan ikhlas.
Apabila
kita telusuri dari berbagai uraian dan contoh di atas, bahwa ikhlas adalah
merupakan sesuatu yang pada hakikatnya kembali kepada Allah bersandar kepada
Allah,
sehingga
Iblis takut kepada hamba-hamba yang muklis yang senantiasa berserah diri dengan
bersandar kepada Allah dan Iblis tahu bahwa Allah adalah zat yang Maha Tinggi
tiada tara.
Sangat
sukar bagi Iblis untuk menyesatkan (menggoda) hamba-hamba Allah yang ikhlas,
karena ciri-ciri orang yang ikhlas meliputi, bahwa :
–
Ia tidak pernah berharap selain kepada Allah;
–
Ia beribadah dan beramal hanya untuk Allah semata;
–
Ia tidak mengenal yang namanya pamrih atau upah;
–
Ia tidak berharap populer atas amal ibadahnya;
–
Ia tidak pernah ingin merasa dipuji orang;
–
Ia tidak pernah merasa kecewa terhadap apa-apa yang sekiranya pernah
menyakitkan bagi dirinya; dan juga
–
Ia tidak mudah bangga apabila disanjung atau dipuji.
Rasul
dan Nabi yang amalannya selalu ikhlas, dan tidak pernah berharap sedikitpun
terhadap apa yang dirisalahkannya,
sebagai
contoh Nabi Ibrahim a.s misalnya, ia yang begitu tegar dalam menghadapi musuh-
musuhnya walaupun dibakar api sekalipun, diperintahkan menyembelih putranya
yang tercinta (Ismail),
Nabi
Ibrahim a.s dengan ikhlas patuh terhadap apa yang telah diperintahkan Allah SWT
kepadanya, walaupun Iblis sempat menggoda tapi akhirnya Iblis menyerah kalah,
dalam percontohan ini jelas
bahwa Iblis tidak akan pernah bisa menyesatkan
(menggoda) hamba-hamba Allah yang Ikhlas.
Dari
pengalaman-pengalaman para pembawa risalah yang antara lain telah diuraikan di
atas, marilah kita belajar ikhlas dimana saja, kapan saja serta kepada dan
bersama siapa saja. Insya Allah ….
Aaaaamiin … Semoga bermanfaat ….
Subhanakalloohumma wa bihamdika
asyhadu an laa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubuu ilaik …….
Walloohu a’lam bish showab…..
Barakalloohu fiikum ……
Wassalaamu’alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar