Rabu, 09 Mei 2018

QIYAM RAMADHAN [ SHALAT TARAWIH ]


Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh .
Bismillaahirrahmaanirrahiim .

Dalam melaksanakan qiyam Ramadhan (shalat tarawih) disyariatkan berjamaah. 

Bahkan berjamaah itu lebih utama dibandingkan mengerjakannya sendirian, karena Rasulullah SAW telah melakukan hal tersebut dan menjelaskan keutamaannya.

Rasulullah saw  bersabda 

صُمْنَا مَعَ رَسُولِ الهِd صَلَّى الهُa عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَمَضَانَ فَلَمْ يُصَلِّ بِنَا حَتَّى بَقِيَ سَبْعٌ مِنْ الشَّهْرِ فَقَامَ بِنَا حَتَّى ذَهَبَ ثُلُثُ اللَّيْلِ ثُمَّ لَمْ يَقُمْ بِنَا فِي السَّادِسَةِ وَقَامَ بِنَا فِي الْخَامِسَةِ حَتَّى ذَهَبَ شَطْرُ اللَّيْلِ فَقُلْنَا لَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَوْ نَفَّلْتَنَا بَقِيَّةَ لَيْلَتِنَا هَذِهِ فَقَالَ إِنَّهُ مَنْ قَامَ مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ ثُمَّ لَمْ يُصَلِّ بِنَا حَتَّى بَقِيَ ثَلَاثٌ مِنْ الشَّهْرِ وَصَلَّى بِنَا فِي الثَّالِثَةِ وَدَعَا أَهْلَهُ وَنِسَاءَهُ فَقَامَ بِنَا حَتَّى تَخَوَّفْنَا الْفَلَاحَ قُلْتُ لَهُ وَمَا الْفَلَاحُ قَالَ السُّحُورُ


“Kami berpuasa Ramadhan bersama Rasulullah. Beliau tidak mengimami shalat tarawih kami selama bulan itu, kecuali sampai tinggal tujuh hari.
Saat itu, Beliau mengimami kami (shalat tarawih) sampai berlalu sepertiga malam.
Pada hari keenam (tinggal 6 hari), Beliau tidak shalat bersama kami. Baru kemudian pada hari kelima (tinggal 5 hari), Beliau mengimami kami (shalat tarawih) sampai berlalu separoh malam.
Saat itu kami berkata kepada Beliau: ‘Wahai Rasulullah. Sudikah engkau menambah shalat pada malam ini’.
Beliau menjawab,’Sesungguhnya jika seseorang shalat bersama imamnya sampai selesai, niscaya ditulis baginya pahala shalat satu malam’.
Lalu pada malam keempat (tinggal 4 hari), kembali Beliau tidak mengimami shalat kami.
Dan pada malam ketiga (tinggal 3 hari), Beliau kumpulkan keluarga dan istri-istrinya serta orang-orang, lalu mengimami kami (pada malam tersebut) sampai kami takut kehilangan kemenangan.
Aku (perawi dari Abu Dzar) berkata: Aku bertanya, Apa kemenangan itu?. Beliau (Abu Dzar) menjawab, Sahur.” 

[HR At Tirmidzi].

Demikianlah shalat tarawih atau qiyamu ramadhan tidak dilaksanakan dengan berjamaah pada masa Rasulullah saw dan masa Abu Bakar, sampai pada masa kekhalifahan Umar bin Khaththab. 

Rasulullah tidak melakukannya secara berjamaah terus-menerus, sebab Beliau khawatir hal itu akan diwajibkan atas kaum Muslimin, sehingga ummatnya tidak mampu mengerjakannya.

Disebutkan dalam hadits Aisyah (dalam Shahihain): 

“Bahwasanya Rasulullah saw keluar pada suatu malam, lalu shalat di masjid, dan beberapa orang ikut shalat bersamanya. 
Pagi harinya, manusia membicarakan hal itu.
Maka berkumpullah orang lebih banyak dari mereka, lalu (Rasulullah) shalat dan orang-orang tersebut shalat bersamanya.
Pada keesokan harinya, manusia membicarakan hal itu. 
Maka pada malam ke tiga, jama’ah semakin banyak, lalu Rasulullah keluar dan shalat bersama mereka.
Ketika malam ke empat masjid tidak dapat menampung jama’ah (namun Beliau tidak keluar) sehingga Beliau keluar untuk shalat Subuh; ketika selesai shalat Subuh, Beliau menghadap jama’ah, lalu membaca syahadat dan bersabda:
Amma ba’du. Aku sudah mengetahui sikap kalian. Akan tetapi, aku khawatir shalat ini diwajibkan kepada kalian, lalu kalian tidak mampu melaksanakannya. Lalu (setelah beberapa waktu) Rasulullah meninggal, dan perkara tersebut tetap dalam keadaan tidak berjamaah”

[HR Al Bukhari dan Muslim].

Jadi, sebab shalat ini tidak dilaksanakan secara berjama’ah terus-menerus pada masa Rasulullah saw adalah kekhawatiran beliau saw kalau-kalau shalat ini diwajibkan atas umatnya.


Dan sebab ini telah hilang dengan wafatnya beliau saw. karena dengan wafatnya beliau berarti agama ini telah disempurnakan oleh Allah swt tidak mungkin lagi ada penambahan. 

Dengan demikian, tinggallah hukum disyariatkannya berjamaah dalam qiyam Ramadhan (baca tarawih) yang hal itu dihidupkan oleh Umar bin al-Khaththab pada kekhalifaannya.

Semoga ni bermanfaat .

Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar