Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh .
Bismillaahirrahmaanirrahiim .
Dalam melaksanakan qiyam Ramadhan (shalat tarawih)
disyariatkan berjamaah.
Bahkan berjamaah itu lebih utama dibandingkan
mengerjakannya sendirian, karena Rasulullah SAW telah melakukan hal tersebut
dan menjelaskan keutamaannya.
Rasulullah saw
bersabda ,
صُمْنَا مَعَ رَسُولِ الهِd صَلَّى الهُa عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَمَضَانَ
فَلَمْ يُصَلِّ بِنَا حَتَّى بَقِيَ سَبْعٌ مِنْ الشَّهْرِ فَقَامَ بِنَا حَتَّى ذَهَبَ
ثُلُثُ اللَّيْلِ ثُمَّ لَمْ يَقُمْ بِنَا فِي السَّادِسَةِ وَقَامَ بِنَا فِي الْخَامِسَةِ
حَتَّى ذَهَبَ شَطْرُ اللَّيْلِ فَقُلْنَا لَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَوْ نَفَّلْتَنَا
بَقِيَّةَ لَيْلَتِنَا هَذِهِ فَقَالَ إِنَّهُ مَنْ قَامَ مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ
كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ ثُمَّ لَمْ يُصَلِّ بِنَا حَتَّى بَقِيَ ثَلَاثٌ مِنْ
الشَّهْرِ وَصَلَّى بِنَا فِي الثَّالِثَةِ وَدَعَا أَهْلَهُ وَنِسَاءَهُ فَقَامَ بِنَا
حَتَّى تَخَوَّفْنَا الْفَلَاحَ قُلْتُ لَهُ وَمَا الْفَلَاحُ قَالَ السُّحُورُ
“Kami berpuasa Ramadhan bersama Rasulullah. Beliau tidak
mengimami shalat tarawih kami selama bulan itu, kecuali sampai tinggal tujuh
hari.
Saat itu, Beliau mengimami kami (shalat tarawih) sampai
berlalu sepertiga malam.
Pada hari keenam (tinggal 6 hari), Beliau tidak shalat
bersama kami. Baru kemudian pada hari kelima (tinggal 5 hari), Beliau mengimami
kami (shalat tarawih) sampai berlalu separoh malam.
Saat itu kami berkata kepada Beliau: ‘Wahai Rasulullah.
Sudikah engkau menambah shalat pada malam ini’.
Beliau menjawab,’Sesungguhnya jika seseorang shalat bersama
imamnya sampai selesai, niscaya ditulis baginya pahala shalat satu malam’.
Lalu pada malam keempat (tinggal 4 hari), kembali Beliau
tidak mengimami shalat kami.
Dan pada malam ketiga (tinggal 3 hari), Beliau kumpulkan
keluarga dan istri-istrinya serta orang-orang, lalu mengimami kami (pada malam
tersebut) sampai kami takut kehilangan kemenangan.
Aku (perawi dari Abu Dzar) berkata: Aku bertanya, Apa
kemenangan itu?. Beliau (Abu Dzar) menjawab, Sahur.”
[HR At Tirmidzi].
Demikianlah shalat tarawih atau qiyamu ramadhan tidak dilaksanakan dengan berjamaah pada masa Rasulullah saw dan masa Abu Bakar, sampai pada masa kekhalifahan Umar bin Khaththab.
Rasulullah tidak
melakukannya secara berjamaah terus-menerus, sebab Beliau khawatir hal itu akan
diwajibkan atas kaum Muslimin, sehingga ummatnya tidak mampu mengerjakannya.
Disebutkan dalam hadits Aisyah (dalam Shahihain):
“Bahwasanya
Rasulullah saw keluar pada suatu malam, lalu shalat di masjid, dan beberapa
orang ikut shalat bersamanya.
Pagi harinya, manusia membicarakan hal itu.
Maka berkumpullah orang lebih banyak dari mereka, lalu
(Rasulullah) shalat dan orang-orang tersebut shalat bersamanya.
Pada keesokan harinya, manusia membicarakan hal itu.
Maka
pada malam ke tiga, jama’ah semakin banyak, lalu Rasulullah keluar dan shalat
bersama mereka.
Ketika malam ke empat masjid tidak dapat menampung jama’ah
(namun Beliau tidak keluar) sehingga Beliau keluar untuk shalat Subuh; ketika
selesai shalat Subuh, Beliau menghadap jama’ah, lalu membaca syahadat dan
bersabda:
Amma ba’du. Aku sudah mengetahui sikap kalian. Akan tetapi,
aku khawatir shalat ini diwajibkan kepada kalian, lalu kalian tidak mampu melaksanakannya.
Lalu (setelah beberapa waktu) Rasulullah meninggal, dan perkara tersebut tetap
dalam keadaan tidak berjamaah”.
[HR Al Bukhari dan
Muslim].
Jadi, sebab shalat ini tidak dilaksanakan secara
berjama’ah terus-menerus pada masa Rasulullah saw adalah kekhawatiran beliau
saw kalau-kalau shalat ini diwajibkan atas umatnya.
Dan sebab ini telah hilang dengan wafatnya beliau saw. karena
dengan wafatnya beliau berarti agama ini telah disempurnakan oleh Allah swt tidak mungkin lagi ada penambahan.
Dengan demikian, tinggallah hukum
disyariatkannya berjamaah dalam qiyam Ramadhan (baca tarawih) yang hal itu
dihidupkan oleh Umar bin al-Khaththab pada kekhalifaannya.
Semoga ni bermanfaat .
Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar