Minggu, 13 Mei 2018

SEBAIKNYA SHALAT ITU MEMAHAMI MAKNA YANG DIBACANYA .

Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh .
BIsmillaahirrahmaanirrahiim .

Dan apabila kita shalat tunaikanlah apa yang Allah perintahkan kepada kita dengan ayat-ayat-Nya, karena yang demikian itu Allah menguji iman kita.

Dan apabila kita hendak melakukan shalat, kemudian kita telah berdiri untuk shalat, maka janganlah kita tergesah-gesah bicara, sehingga kita mengetahui mau kepada siapa kita bicara dalam melakukan shalat.

Dan jika kita jika kita telah mengetahui serta jelas bahwa kita akan bicara kepada Allah dengan rasa hati dan ingatan kita lurus tercurah kepada-Nya.

Dan janganlah kita lengah dari memperhatikan pembicaraan kita kepada Allah, karena jika kita lengah niscaya kita tersesat dari jalan petunjuk Allah yang lurus kepada-Nya.

Adapun yang demikian itu karena itu apa yang Allah ajarkan kepada kita untuk bahan pembicaraan kita kepada Allah,  maka itu sebagai jalan penghubung rasa hati dan ingatan kita kepada Allah, supaya rasa hati dan ingatan kita lurus tercurah kepada Allah, dengan mengikuti jalan pembicaraan kita yang kita bicarakan kepada Allah.

Begitu juga halnya dengan masyarakat, kita dituntut untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan masyarakat lingkungan kita.

Karena ibadah yang kuat tidak cukup jika pergaulan kita sesama maanusia belum maksimal atau bisa dikatakan kurang peduli dengan lingkungannya. .

Pernah ada anggapan sementara orang bahwa kaum sufi dan kaum tarekat terlalu sibuk dengan ibadah serta zikir mereka, sehingga meninggalkan kewajiban sosial mereka.

Sejarah membuktikan bahwa anggapan itu tidaka benar. Sufi-sufi besar yang menjadi perintis tasawuf bukan hanya menjalankan ajaran pri kemanusiaan, tetapi juga perikemakhlukan yang terdapat dalam al-Quran dan Hadits.

Banyak orang menduga bahwa khusyu. dalam shalat menjadikan seseorang larut dalam rasa dan ingatan kepada Allah SWT, tidak mengingat selain-Nya, dan tidak merasakan sesuatu yang tidak berhubungan dngan-Nya.

Dalam konteks ini, sering kali contoh yang dikemukakan adalah kasus Sayyidina Ali Zainal Abidin, yang digelari dengan as-sajjad (tokoh yang banyak sujud), cucu sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Fatimah az-Zahra. RA. (putri Rasul SAW.)

Semoga ni bermanfaat .

Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar