Senin, 07 Mei 2018

TIDAKLAH SAMA YANG MENCIPTAKAN DENGAN CIPTAANNYA .

Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh .
Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Siapapun oragnya dilarangan Menyamakan Allah dengan Makhluk – Nya .

Allah swt berfirman yaitu

“ Tabarakal ladizii biyiadihil mulku , wa huwa ‘alaa kulli sai in qodiir “ 

Yang artinya

Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya-lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu“. 

(QS. Al Mulk:1).

Kata Tabarak : Begitu banyak kebaikan dari Allah swt kepada seluruh makhlukNya, ayat ini merupakan isbat bahwa 

Allah memiliki tangan namun tangan Allah tidak seperti dengan makhluknya sebagaimana firmannya:  


Allah  swt  berfirman  ,

Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat”. 

(QS. Asy Syu’ara : 11).

Tidak boleh menyamakan Allah dengan sesuatu, oleh karenanya sikap kita tatkala membaca ayat –ayat dalam Al-Qur’an yang menunjukkan nama dan sifat – sifat Allah harus diterima dengan apa adanya. 

Para ulama sepakat dengan mengatakan:  Terimalah nash yang sampai kepadamu”.

Salah satu Qaidah yang disebutkan oleh Imam Malik Rahimahullah.Suatu saat ada yang mendatangi Imam Malik, ia berkata: “Wahai Abu ‘Abdillah (Imam Malik), 

Allah swt  berfirman  ,

الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى

Allah menetap tinggi di atas “Arsy”.

Lalu bagaimana Allah beristiwa’ (menetap tinggi)?”Dikatakan:“Aku tidak pernah melihat Imam Malik melakukan sesuatu (artinya beliau marah) sebagaimana yang ditemui pada orang tersebut. Urat beliau pun naik dan orang tersebut pun terdiam.” 

Kecemasan beliau pun pudar, lalu beliau berkata:

الكَيْفُ غَيْرُ مَعْقُوْلٍ وَالإِسْتِوَاءُ مِنْهُ غَيْرُ مَجْهُوْلٍ وَالإِيْمَانُ بِهِ وَاجِبٌ وَالسُّؤَالُ عَنْهُ بِدْعَةٌ وَإِنِّي أَخَافُ أَنْ تَكُوْنَ ضَالاًّ

Hakekat dari istiwa’ tidak mungkin digambarkan, namun istiwa’ Allah diketahui maknanya.Beriman terhadap sifat istiwa’ adalah suatu kewajiban.Bertanya mengenai (hakekat) istiwa’ adalah bid’ah.Aku khawatir engkau termasuk orang sesat.”Kemudian orang tersebut diperintah untuk keluar”. 

(Lihat Al ‘Uluw lil ‘Aliyyil Ghofar, hal. 378).

Diantara surah – surah dalam Al-Qur’an ada yang dikhususkan Rasulullah saw sebagai pemberi syafaat seperti surah Al-Mulk hal tersebut menunjukkan keistimewaan dan keutamaannya.

Semoga ini bermanfaat .

Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar