Jumat, 02 November 2018

CARA MENGENDALIKAN AMARAH


Assalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.
Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Pertama, andaipun harus marah, maka marahlah dengan cara sebagaimana
yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw.. 
Yaitu, marah yang benar,
tegas dan santun. Insya Allah, marah dengan cara yang demikian akan memberikan
jalan keluar terhadap permasalahan yang tengah dihadapi.

Kedua, bersikaplah tawadlu dan jangan banyak keinginan. 
Karena di saat kita banyak keinginan, maka akan banyak sekali kemungkinan-kemungkinan kita akan merasakan kekecewaan yang berlanjut kepada kemarahan. Yaitu, saat keinginan-keinginan kita itu tidak terpenuhi.
Bukan berarti tidak boleh memiliki keinginan. Melainkan maksudnya adalah bahwa kita harus selalu siap menghadapi segala kemungkinan. Karena tidak setiap keinginan kita akan terwujud. Semakin ingin dihargai, dihormati, dipuji, dikagumi, diberi balas budi, akan semakin sering sakit hati dan ngambek.

Ketiga, ucapkanlah, “`A’udzubillahi minasy syaithaanirrahjiim” (Aku berlindung
kepada Allah, dari godaan syaitan yang terkutuk.).
Karena kemarahan itu adalah bentuk hasutan syaitan.  Sulaiman Ibnu Sard RA. meriwayatkan, “Pernah dua orang yang saling mencerca satu sama lain di hadapan Rasulullah Saw.. Sementara itu, kami sedang duduk di sisi beliau. Salah seorang dari mereka menghina yang lainnya dengan diiringi kemarahan, hingga merah mukanya. Maka,  Rasulullah Saw. bersabda,
“Aku mengetahui suatu kalimat yang jika diucapkan olehnya (orang yang sedang marah), maka akan hilang kemarahannya. Hendaklah dia berkata, “A’udzubillahi minasy syaithanir rajim (Aku berlindung kepada Allah dari syaitan yang terkutuk).” 
(HR. Bukhari Muslim)

Keempat, diamlah sejenak. 
Jangan bereaksi dahulu ketika amarah terasa bergejolak. Karena akhlaq itu adalah respon spontan. Sebagai contoh, saat kita keluar dari masjid dan kita mendapati sandal kita raib dari tempatnya, ada orang yang secara spontan langsung mengungkapkan kejengkelan dan kemarahannya bahkan dengan kata-kata yang tidak baik.
Lebih baik diam sejenak sembari berpikir, ah barangkali sandalnya tertukar. Atau, oh barangkali sandalnya sedang dipinjam sebentar oleh seseorang yang tidak
sempat memohon izin karena mendesak dan tidak tahu siapa pemiliki sandal itu.
Atau,  oh barangkali sandalnya memang hilang ber­arti tanda akan punya sandal baru.
Toh, tidak mungkin jika hal kehilangan itu menyebabkan dirinya jadi tidak punya sandal seumur hidupnya.
Rasulullah Saw. bersabda, 
“Apabila di antara kalian marah maka diamlah.”
Baginda Saw. ucapkan sebanyak tiga kali.” 
(HR. Ahmad)

Kelima, sesuai dengan sunnah Rasulullah Saw., 
apabila kita sedang dalam keadaan marah yang tidak juga bisa reda dengan sikap diam, maka apabila keadaan kita sedang berdiri, duduklah. 
Jika dengan duduk masih juga belum bisa reda, maka berbaringlah. Tentu saja bukan berarti harus berbaring di sembarang tempat. 
Maksudnya adalah, ketika amarah ma­sih belum juga reda, carilah situasi yang lebih bisa me­nenangkan dan menentramkan hati.
Rasulullah Saw. bersabda, 
“Jika salah seorang kalian marah dan dia dalam keadaan berdiri, maka hendaklah duduk. Jika masih belum reda marahnya, maka hendaklah berbaring.” 
(HR. Ahmad).

Hal ini karena marah dalam keadaan berdiri lebih besar kemungkinannya untuk melakukan keburukan dan kerusakan daripada dalam keadaan duduk. Sedangkan berbaring lebih jauh aman daripada duduk dan berdiri.

Keenam, ambillah wudhu. 
Air wudhu insya Allah akan menentramkan hati yang panas dibakar amarah.
Rasulullah Saw. bersabda,  
“Sesungguhnya, kemarahan itu berasal dari syaitan. Dan syaitan  tercipta dari api.
Dan sesungguhnya, api itu dapat dipadamkan dengan air. Jika salah seorang diantara
kalian marah, maka berwudhulah.”  
(HR. Ahmad dan Abu Daud).

Semoga uraian ini  bermanfaat untuk kita semua. Insya Allah . Aaaaamiin.
Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar