Assalamu’alaikum
Warahmatullaahi Wabarakaatuh.
Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
ALLAH
PUN TAKJUB DENGAN AMAL HAMBA-NYA INI
Di
Kota Madinah yang penuh keberkahan itu datanglah seorang tamu kepada Rasulullah
Saw yang mulia.
Rupanya, sang tamu belum mengonsumsi apa pun. Maka, mereka
meminta makanan kepada sang Nabi.
Beliau yang terkenal dengan akhlaknya dalam
memuliakan tamu pun bertanya kepada salah seorang istrinya, “Apakah ada makanan
untuk tamu kita?”
Rupanya,
istri yang pertama ditanya tak memiliki apa pun untuk dihidangkan. Maka, Nabi
Saw bertanya kepada istri beliau yang lain. Ternyata nihil, hasilnya sama.
Keluarga Rabbani itu tak memiliki stok makanan untuk menjamu tamunya.
Maka
sang Nabi pun menuju masjid dan berkata kepada sahabat-sahabatnya. Beliau
menginformasikan adanya tamu yang butuh jamuan kemudian menawarkan siapakah
yang mau menjamu mereka.
Bersemangat
menyambut tawaran sang Nabi untuk menjamu tamu, ada seorang sahabat yang ajukan
dirinya.
Ia menyatakan kesanggupannya. Lantas, pulanglah ia ke rumah untuk
bertanya kepada sang istri. Sang istri menjawab, “Ada makanan, Suamiku. Tapi,
itu jatah untuk anak-anak kita.”
Sang
sahabat pun memutar otaknya. Mencari cara bagaimana supaya bisa tetap menjamu
tamu-tamu Rasulullah Saw. Berkesempatan menjamu tamu Nabi adalah keberkahan
yang berlimpah.
Maka
disepakatilah dengan sang istri. Anak-anaknya harus ditidurkan terlebih dahulu.
Setelah nyenyak, barulah mereka persilakan tamunya untuk menikmati sajian yang
telah disediakan.
Sebagai
sebuah strategi juga, jamuan makan yang diberikan di malam hari itu, oleh
sahabat tersebut disiasati dengan mematikan lampu.
Jadi, suami istri itu tetap
menemani makan meski hanya berpura-pura makan sebab jumlah makanannya tidak
mencukupi.
Maka
malam itu, puaslah sang tamu dengan jamuan makan seorang sahabat Anshar ini.
Padahal, ia, istri dan anak-anaknya harus menahan lapar demi memuliakan tamu.
Sahabat Anshar ini menyadari bahwa memuliakan tamu adalah bagian dari ajaran
Islam yang mulia dan menjadi salah satu parameter keimanan seorang hamba kepada
Allah Ta’ala dan Hari Akhir.
Keesokan
harinya, Nabi menghampiri sahabat tersebut sambil tersenyum. Beliau berkata,
“Allah Ta’ala pun takjub karena perbuatan kalian berdua.” .
Duhai
bahagianya, amal sang sahabat langsung mendapatkan penilaian Allah Ta’ala
melalui lisan Nabi-Nya yang mulia.
KLesimpulan darui uraian di atas adalah barangsiapa yang mau mengorbankan dirinya dan bila perlu kelarganya demi rasa cintanya terhadap Allah dan rasul-Nya, maka Allah akan mengangkat derajatnya di sisiNya , dan memberikan imbalan atau balasan sesuai dengan apa yang telah dijanjikanNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar