Selasa, 29 Januari 2019

KISAH FATIMAH AZ ZAHRA 1 ( UJIAN DARI SUAMI )


Assalamu'alaikum warahmatulaahi w abarakaatuh .
Bismillaahirrahmaanirrahiim . 

Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa Fatimah Az Zahra itu adalah putrinya Rasulullah saw. Beliau telah dinikahkan dengan salah seorang sahabat termuda dari Rasulullah saw yaitu Sayyidina Ali bin Abi Thalib.

Rumah tangga mereka sangat bahagia banget, karena Sayyidina Ali sudah sangat jatuh cinta pada Fatimah sejak Fatimah masih kecil, namun ia tidak berani mengungkapkannya karena memandang kepada dirinya itu siapa dan Rasulullah saw  itu siapa.

Fatimahpun berbahagia bersuamikan Sayyidina Ali karena beliau memang sudah sangat menyukai Sayyidina Ali sejak kecil , tapi tidak berani mengungkapkannya kepada ayahnya.

Rasulullah saw sesungguhnya sudah tahu bahwa keduanya itu telah saling jatuh cinta , namun beliau tidak gegabah. Beliau tetap  meneliti  gerak gerik sikap dan prilaku Sayyidina Ali, sambil menunggu Fatimah sudah bisa dinikahkan dengannya.

Setelah Fatimah sudah dianggap cukup, maka atas kehendak Allah Sayyidina Ali dijodohkan oleh Rasulullah saw dengan putrinya yaitu Fatimah Az Zahra.

Kegiatan sehari hari Sayyidina Ali saat itu selain berperang, menuntut ilmu dari Rasulullah saw , beliau berjualan sapi. 

Beliau mengambil sapi dari  orang lain lalu dijualkannya kepada yang membutuhkan . Kemudian beliau hanya mengambil keuntungannya saja dari hasil penjualan itu . 

Dan anehnya setiap sapi yang dijual oleh Sayyidina Ali itu lakunya mahal , sehingga beiau selalu mendapat hasil atau keuntungan yang lumayan .

Pada suatu hari sapi –sapi yang terjual oleh Sayyidina Ali itu laku lebih banyak dari sebelumnya , sehingga ia memperoleh keuntungan 500 dirham . 

Dengan uang tersebut Sayyidina Ali ingin memberikan semua uang itu kepada strinya , skaligus juga ingin menguji kejujuran kemuliaan  hatiistrinya .
 
Beliau pulang dengan hati senang dan memberikan uang tersebut kepada istrinya dan berkata bahwa uang yang sekarang bukan untuk berbelanja kebutuhan sehari – hari, tapi khusus untuk membahagiakan Fatimah. 

Terserah Fatimah mau dimanfaatkan untuk apa saja bagaimana Fatimah suka. Aapun yang diendaki oeh hati Fatimah , Sayyidina Ali tidak akan bertanya apapun tentang uang tersebut .

Fatimah tidak ada rasa curiga sedikitpun karena tahu bahwa suaminya itu dalah orang senantiasa jujur. Antara hati an ucapannya itu selalu sama .

Itulah mengapa Rasulullah saw sangat mencintai Sayyidina Ali, walaupun ketiga sahabat Nabi saw yang lain juga cintanya tidk di beda  bedakan .

Memang ketiga sahabat beliau itu telah mendahuui untuk melamar Fatimah , namun Nabi saw tidak bisa memutuskannya sendiri, terserah kepada Fatimah yang berhak menentukan piihan calon pendamping hidupnya .

Sayyidian Ali juga awalnya merasa khawair Fatimah akan direbut oleh meeka bertiga. Namun diam sajakarena merasa dirinya adalah orang yang miskin. Yang kerjaan sehai harinya hanya memperbaiki dan mengasah pdang yang usak sehabis dipakai peperangan .

Syiidina Ali sangat mencintai Fatimah, namun ia tidakberani mengungkapkan cintanya kepada Fatimah , karena merasa keadaan  kehidupannya itu seperti apa.

Namun jodoh itu memang Allah yang menentukan setelah lamaran ketiga sahabatnya itu ditolak oleh Fatimah . Akhirnya dengan memberanikan diri Sayidina Ali mengajukan lamaran kepada Fatimah, dan alhamdulillah Fatimah menerima lamaran Sayyidina Ali .

Setelah rumah tangga berjalan lama pada keesokan harinya Sayyidina Ali pergi dari rumah biasa akan berjualan sapi , tapi di jalan beliau berjumpa dengan seorang nenek – nenek yang wajahnya murung . 

Maka beliau bertanya kepadanya ada apa dengan nenek itu . Nenek itu menjawab bahwa ia dipusingkan dengan cucunya karena ia ingin dikhitan namun tidak punya uang untuk selamatannya. 

Sedangan kedua orang tua anak itu telah meninggal dunia .  Sayyidina Ali memberitahu nenek itu agar pergi ke rumah itu sambil menunjukkan tangannya ke rumah yang dituju. 

Ternyata yang dituju adalah rumahnya sendiri. Beliau berkata kepada nenek itu silahkan nenek datang ke rumah itu dan sampaikan keinginan nenek . 

Mudah – mudahan nenek bisa ditolong oleh mereka karena istri di rumah itu sangat dermawan sekali .
 
Maka sang nenek pergi ke rumah tersebut dan disambut langsung oleh Fatimah sambil mempersilahkan masuk dan bertanya ada maksud apa datang ke rumah ini . Sang nenek mengutarakan maksudnya . 

Fatimah berfikir sejenak dan ingat ia diberi oleh suaminya 500 dirham . Fatimah ingin menolong nenek tersebut tapi suami tidak ada, lalu bagaimana ia berbuat tanpa seizin suami, takutnya ia berdosa. Berdosa pada diri sendiri, berdosa pada Allah dan berdosa pada suami .

Tapi waktu Sayyidina Ali memberikan uang tersebut kepada dirinya, beliau berkata terserah kamu uang tu akan diperntukkan itu apa, sayyidina Ai tidak akan bertanya .

Lalu Fatimah bertanya berapa kebutuhan untuk mengkhitankan cucu nenek. Sang nenek menjawab 200 dirham. 

Dan Fatimah masuk ke dalam kamarnya . Tak lama kemudian ia keluar dari kamar dan memberi uang 200 dirham kepada nenek itu. Sang nenekpun berterima kasih atas pemberian itu. Lalu ia pulang .

Dalam perjalanan ia berjumpa lai dengan Sayyidina Ali dan ditanya apakah ia sudah dapat yang diinginkan. Sudah jawab sang nenek. 

Tapi itu kan baru untuk biaya khitanan, masa nenek tidak ingin mengundang saudara dan teman – teman, kata Sayyidna Ali. 

Nenek menjawab ia sih pengennya begitu tapi kan uangnya hanya 200 dirham . 

SiIlahkan nenek datang lagi kesana dan beritahukan keinginan nenek itu apa, siapa tahu dia masih mau membantu nenek.

Sayyidina Ali berbuat begitu itu adalah sedang menguji istrinya itu seperti apa , apakah ia akan marah atau bagaimana .

Sang nenekpun kembali kerumah Fatimah Az Zahra dan memberitahukan bahwa uang 200 dirham itu baru untuk biaya khitanan saja tapi utnuk menjamu tamunya tidak ada, jadi masih kurang 300 dirham lagi , barangkali eneng bisa menolong saya.

Fatimahpun masuk ke kamar dan keluar sambil menggenggam uang dan berkata ini ada uang 300 dirham lagi untuk kebutuhan nenek.

Sang nenekpun pulang dan saat pulang dipanggil lagi oleh Sayyidina Ali. Kemudian beiau berkata nenek untuk biaya khitan sudah ada, untuk jamuan sudah ada biayanya  . 

Kemudian masa cucu nenek tidak dibelikan pakaian yang bagus. Kan khitanan itu hanya sekali seumur hidup. 

Jadi saat inilah nenek harus bisa membelikan pakaian yang bagus untuk cucu nenek. Balik lagi ke rumah itu dan beritahukan apa yang diinginkan oleh nenek itu.

Sang nenekpun pergi agi ke rumah Fatimah dan sambil malu dan menangis menyampaikan apa yang dinginkannya . 

Fatimahpun segera masuk ke kamar anaknya Hasan dan Husein karena umur cucu nenek itu seusia dengan putra-putranya .

Namun setelah melihat – lihat baju2nya , hampir semuanya penuh dengan tambal – tambalan . 

Begitu melihat ada selimut anaknya yang nampak masih bagus, lalu diambilnya dan dilipat, dibungkus , kemudian diberikanlah bungkusan itu ke nenek tersebut sambil berkata sudah nenek jangan bersedih , baju kami sudah jelek – jelek .

Tapi ini ada sebuah selimut yang bisa dibikin baju untuk cucu nenek, mudah-mudahan cucu nenek dan nenek menjadi senang . Sang nenekpun langsung pulang . 

Bayangkan oleh kita cucu Rasulullah Hasan dan Husen saja pakaiannya penuh dengan tambal – tambalan . Kita sudah tahu betapa zuhudnya keluarga Sayyidina Ali . 

Dan sayyidina Ali sangat senang setelah bertanya kepada nenek bahwa apa yang diinginkannya itu diberinya  dengan senang hati, tidak ada rasa marah sedikipun.

Sayyidina Ali sekarang lebih yakin lagi kepada pribadi istrinya. Rasulullah saw saja orangnya dermawan, mana mungkin putrinya yang sekarang telah menjadi istrinya pasti tidak jauh sifatnya dengan Rasulullah saw.

Sayyidina Ali juga pernah mendengar Rasulullah saw saat menasehati anak-anaknya saat setelah selesai dinikahkan yaitu agar senantiasa mentaati suaminya. 

Jadi tidak mungkin anak Rasulullah saw itu akan mengingkari nasehat ayahnya. Dan Sayyidna Ali merasa puas dengan ujian yang telah diberikan ke istrinya yaitu Fatmah Az Zahra .

Kemudian ia pulang ke rumah . setelah duduk dan minum minuman yang disediakan oleh istrinya. Lalu istrinya yaitu Fatimah bercerita tentang peristiwa yang dialaminya di hari itu , bahwa ia telah kedatangan seorang nenek yang betul – betul sangat membutuhkan pertolongan. 

Maka mohon maaf aku telah memberikan uang yang telah diterima dari suami yaitu 500 dirham dan sebuah selimut aku kasihkan kepadanya , kata Fatimah .

Sayyidina Ali mendengarkan dengan khidmat kata – kata Fatimah . Kemudian Sayyidina Ali memberitahukan bahwa semua itu adalah atas perintahnya karena ia ingin tahu sikap dan prilaku istrinya itu seperti apa. 

Sambil berkata tangannya masuk ke saku bajunya lalu mengeluarkan uang dan berkata, ini uang yang 500 dirhamnya aku ganti sebanyak 1500 dirham, karena hari ini Alhamdulillah jualanku lakunya banyak.

Lalu keduanya berdoa kepada Allah dan mengucapkan syukur karena  keduanya telah memperoleh apa yang dinginkannya itu. Walloohua’lam .

Semoga kisah ini bisa menginspirasi kita semua yaitu manakala kita menyerahkan segala sesuatu kepada Allah , maka Allah akan mempermudahjan kehdupan kita .

Sebaliknya bila kita masih mentargetkan kepada rezeki , berarti bergantung kepada rezeki.bila rezeki kecil itu taku susah maandan mejadi miskin . Maka selamanya akan dibuat miskin oleh Allah karena telah bersandar kepada rezeki bukan kepada Allah swt.

Allah akan memeutuskan hubungan siapapun yang hidunya masih bergantung kepada selain  diriNya .

Wallaahua'lam .

Wassalamu'alaikum warahmatulaahi wabarakaatuh .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar