Minggu, 21 Juli 2019

JIWA YANG SUNYI .


Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Alhamdulillaahirrahmaanirrahiim.  Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad.

Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin  . Laa ilaaha illa anta subhanaka inni kuntu minadz dzoolimiin.

Ya ayyuhal adziina aamanut taqullooha , haqqo tuqootihi wala tamutuuna illa wa antum muslimuun
Amma ba’du ;

Diriwayatkan ada seorang laki-laki yang mengeluh kepada seorang arif tentang kesunyian jiwanya.

Seorang arif  berpesan, 

“Jika kegersangan hatimu akibat dosa-dosa, maka tinggalkanlah perbuatan dosa itu.  Dalam hati kita, tak ada perkara yang lebih pahit daripada kegersangan dosa di atas dosa.”


Sungguh berbahagialah bagi siapapun yang senantiasa mendekatkan diri kepada Allah swt , sehingga untuk berbuat keburukan dapat dihindari .

Namun alangkah menyedihkannya bila selama hidup di dunia itu senantiasa menjauhi Allah swt , sehingga untuk menemukan jalan yang benar itu amat susah sekali .

Berbahagialan bagi siapa saja bila akan berbuat dosa merasa takut akan dijauhi oleh Allah dan ada rasa khawatir Allah akan marah dan murka kepadanya, artinya ia masih mendapatkan hidayah Allah swt .

Namun celakalah bila kita berbuat dosa, justru merasakan kenikmatan tersendiri, bisa terawa – tawa puas, seperti  tidak merasa berdosa.

Walupun jelas orang lain banyak yang menjadi korbannya.  Ini adalah tanda orang yang sudah jauh dengan Allah swt , walaupun ia bertitel sarjana agama.

Walaupun ia memiliki jabatan tinggi . Walupun ia memiliki pengaruh yang besar di dunia, walaupun kekayaannya banyak. Semuanya akan sia sia belaka.

Bahkan justru akan menjadi beban yang berat yang akan ditanggungnya sendiri kelak di akhirat .

Wallaahua’lam .
Subhanakalloohuma wa bihamdika asyhadu an laa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaik .

Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar