Senin, 28 Oktober 2019

KELAHIRAN NABI MUHAMMAD ke 4



Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Alhamdulillaahirrahmaanirrahiim.  Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad .

Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin  .
Laa ilaaha illa anta subhanaka inni kuntu minadz dzoolimiin.

Ya ayyuhal adziina aamanut taqullooha , haqqo tuqootihi wa antum muslimuun
Amma ba’du ;

Sayyidah Aminah rha yang saat itu hatinya dipenuhi dengan berbagai pertanyaan karena banyak kejadian aneh yang tidak bisa dimengerti oleh dirinya  .  

Dalam keadaan yang dipenuhi oleh misteri dan keajaiban yang sedemikian rupa, seketika pula datang serombongan burung-burung bercahaya yang indah memenuhi ruanganku, datang silih berganti.

Paruh dan sayapnya adalah berupa mutiara zamrud dan yaqut yang indah sekali. Burung-burung tersebut menebarkan berbagai macam mutiara dan permata yang beraneka ragam indahnya di raunganku.

Setelah itu mereka serentak memanjatkan puja-puji dan tasbih kepada Allah s.w.t.

Dan aku lihat pula para malaikat datang bergerombongan silih berganti sambil membawa mabkharah (tempat dupa) berupa emas merah dan emas putih yang berisikan dupa-dupa wewangian dari surga yang semerbak harumnya memenuhi seluruh jagad raya, sambil bergemuruh suara mereka mengucapkan shalawat dan salam kepada Nabi Agung Muammad s.a.w.

Seketika itu pula aku melihat bulan terbelah di atasku laksana qubah, dan bintang-bintang gemerlapan berjajar rapi di atas kepalaku laksana rantai emas intan permata.

   Dan tiba-tiba telah ada di sisiku secangkir minuman putih bening melebihi susu. Seketika aku meminumnya, dan terasa ni‘mat sekali, kelezatan manisnya melebihi gula dan madu, dan kesejukannya melebihi salju (es), lepaslah segala dahagaku.

Sangat terasa ni‘mat, segar dan lezat sekali yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Tiba-tiba cahaya yang luar biasa meliputi diriku.

Kemudian, datanglah burung putih berkilauan cahaya mendekati dan mengusapkan sayapnya pada diriku.

Dan saat itulah tanda-tanda kelahiran mulai aku rasakan dan aku bersandar pada para wanita yang ada di sekelilingku.

Seketika lahirlah Nabi Agung akhir zaman, Kekasih Allah s.w.t. yang sempurna, Rasūlullāh Muammad s.a.w., dan aku tidak melihat kecuali hanya sinar cahaya yang sangat agung.
Tidak lama kemudian, aku melihat putraku (Rasūlullāh Muammad s.a.w.) telah berada dalam keadaan sujud mengiba kehadirat Allah s.w.t. dengan mengangkat jari telunjuknya. Dan aku mendengar beliau Rasūlullās.a.w. seraya mengucapkan:

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَ الْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَ سُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَ أَصِيْلًا.
Allah Maha Besar dengan segala Keagungan-Nya, Segala Puji bagi Allah atas segala Anugerah-Nya, Maha Suci Allah Kekal Abadi selama-lamanya.”

Pada saat itulah semakin memuncak kegembiraan seluruh penghuni alam semesta.

Para malaikat, para nabi, para wali, para bidadari surga, dan seluruh makhluk-makhluk Allah s.w.t. yang ada di daratan, lautan, angkasa dan bahkan bumi, laut, udara, bintang-bintang, bulan, matahari, langit, kursiy dan ‘arsy, seluruhnya benar-benar meluapkan kegembiraan dan memuncakkan shalawat ta‘zhīm kepada Kekasih Allah, Baginda Rasūlullāh Muammad s.a.w .

Dan bahkan, Ka‘bah ikut bergetar selama 3 hari berturut-turut karena bahagia dan bangga menyambut kelahiran Nabi Muammad s.a.w.

Sebagaimana yang telah disebutkan di dalam “Maulid ad-Dībā‘iy” sebagai berikut:

فَاهْتَزَّ الْعَرْشُ طَرَبًا وَ اسْتِبْشَارًا، وَ ازْدَاد الْكُرْسِيُّ هَيْبَةً وَ وَقَارًا، وَ امْتَلَأَتِ السَّموَاتُ أَنْوَارًا، وَ ضَجَّتِ الْمَلَائِكَةُ تَهْلِيْلًا وَ تَمْهِيْدًا وَ اسْتِكْبَارًا – سُبْحَانَ اللهِ وَ الْحَمْدُ اللهِ وَ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَ اللهُ أَكْبَرُ، أَسْتَغْفِرُ اللهَ.
Sesungguhnya (pada saat kelahiran Nabi Muammad s.a.w.) ‘arsy begetar hebat luar biasa meluapkan kebahagiaan dan kegembiraannya, dan kursiy bertambah kewibawaan dan keagungannya, dan seluruh langit dipenuhi cahaya yang bersinar terang dan para malaikat seluruhnya serentak bergemuruh memanjatkan tahlil, tahmid, dan istighfar kepada Allah s.w.t. dengan mengucapkan:

SUBĀNALLĀH WAL-AMDULILLĀH WA LĀ ILĀHA ILLALLĀHU WALLĀHU AKBAR, ASTAGHFIRULLĀH

(Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada tuhan kecuali Allah, Allah Maha Besar, aku beristighfar (memohon ampun) kepada Allah).”

Sesungguhnya dengan keagungan Baginda Rasūlullāh Muammad s.a.w. di sisi Allah, maka Allah telah memerintahkan kepada malaikat-Nya yang agung yakni Malaikat Jibrīl, Malaikat Muqarrabīn, Malaikat Karūbiyyīn, Malaikat yang selalu mengelilingi ‘arsy dan makhluk lainnya agar serentak berdiri pada saat detik-detik kelahiran Baginda Rasūlullāh Muammad s.a.w. dengan memanjatkan tasbī, tamīd, tahlīl, takbīr, dan istighfār kepada Allah s.w.t.

Para ‘ulamā’ ahli sejarah sepakat bahwa kelahiran Baginda Rasūlullāh Muammad s.a.w. jatuh pada tanggal 12 Rabī‘-ul-Awwal tahun gajah, di Syi‘ib (lembah) Abī Thālib kota Makkah.

Berkata sahabat Abū Qatādah al-Anshārī:
“Telah bertanya salah seorang A‘rabi (‘Arab Pegunungan) kepada Baginda Rasūlullāh Muammad s.a.w. sebagai berikut:

“Apa yang kau perbuat dengan berpuasa di hari Senin?”
Maka, Rasūlullās.a.w. pun menjawab: “Pada hari itu aku dilahirkan, dan pada hari itu juga aku mendapatkan wahyu dari Allah s.w.t.

Wallaahua’lam .
Subhanakalloohuma wa bihamdika asyhadu an laa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika

Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar