Assalamu’alaikum warahmatullaahi
wabarakaatuh.
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Alhamdulillaahirrahmaanirrahiim. Allahumma
sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad .
Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin .
Laa ilaaha illa anta subhanaka inni kuntu
minadz dzoolimiin.
Ya ayyuhal adziina
aamanut taqullooha , haqqo tuqootihi wa antum muslimuun
Amma ba’du ;
Sayyidah Aminah rha
yang saat itu hatinya dipenuhi dengan berbagai pertanyaan karena banyak
kejadian aneh yang tidak bisa dimengerti oleh dirinya .
Dalam keadaan yang
dipenuhi oleh misteri dan keajaiban yang sedemikian rupa, seketika pula datang
serombongan burung-burung bercahaya yang indah memenuhi ruanganku, datang silih
berganti.
Paruh dan sayapnya
adalah berupa mutiara zamrud dan yaqut yang indah sekali. Burung-burung
tersebut menebarkan berbagai macam mutiara dan permata yang beraneka ragam
indahnya di raunganku.
Setelah itu mereka
serentak memanjatkan puja-puji dan tasbih kepada Allah s.w.t.
Dan aku lihat pula
para malaikat datang bergerombongan silih berganti sambil membawa mabkharah (tempat
dupa) berupa emas merah dan emas putih yang berisikan dupa-dupa wewangian dari
surga yang semerbak harumnya memenuhi seluruh jagad raya, sambil bergemuruh
suara mereka mengucapkan shalawat dan salam kepada Nabi Agung Muḥammad s.a.w.
Seketika itu pula aku
melihat bulan terbelah di atasku laksana qubah, dan bintang-bintang gemerlapan
berjajar rapi di atas kepalaku laksana rantai emas intan permata.
Dan tiba-tiba telah ada di sisiku secangkir
minuman putih bening melebihi susu. Seketika aku meminumnya, dan terasa ni‘mat
sekali, kelezatan manisnya melebihi gula dan madu, dan kesejukannya melebihi
salju (es), lepaslah segala dahagaku.
Sangat terasa ni‘mat,
segar dan lezat sekali yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Tiba-tiba
cahaya yang luar biasa meliputi diriku.
Kemudian, datanglah
burung putih berkilauan cahaya mendekati dan mengusapkan sayapnya pada diriku.
Dan saat itulah
tanda-tanda kelahiran mulai aku rasakan dan aku bersandar pada para wanita yang
ada di sekelilingku.
Seketika lahirlah
Nabi Agung akhir zaman, Kekasih Allah s.w.t. yang sempurna, Rasūlullāh Muḥammad s.a.w., dan aku
tidak melihat kecuali hanya sinar cahaya yang sangat agung.
Tidak lama kemudian,
aku melihat putraku (Rasūlullāh Muḥammad s.a.w.) telah
berada dalam keadaan sujud mengiba kehadirat Allah s.w.t. dengan
mengangkat jari telunjuknya. Dan aku mendengar beliau Rasūlullāh s.a.w. seraya
mengucapkan:
اللهُ
أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَ الْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَ سُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَ
أَصِيْلًا.
“Allah Maha Besar dengan
segala Keagungan-Nya, Segala Puji bagi Allah atas segala Anugerah-Nya, Maha
Suci Allah Kekal Abadi selama-lamanya.”
Pada saat itulah
semakin memuncak kegembiraan seluruh penghuni alam semesta.
Para malaikat, para
nabi, para wali, para bidadari surga, dan seluruh makhluk-makhluk Allah s.w.t. yang
ada di daratan, lautan, angkasa dan bahkan bumi, laut, udara, bintang-bintang,
bulan, matahari, langit, kursiy dan ‘arsy, seluruhnya benar-benar
meluapkan kegembiraan dan memuncakkan shalawat ta‘zhīm kepada Kekasih
Allah, Baginda Rasūlullāh Muḥammad s.a.w .
Dan bahkan, Ka‘bah
ikut bergetar selama 3 hari berturut-turut karena bahagia dan bangga menyambut
kelahiran Nabi Muḥammad s.a.w.
Sebagaimana yang
telah disebutkan di dalam “Maulid ad-Dībā‘iy” sebagai berikut:
فَاهْتَزَّ
الْعَرْشُ طَرَبًا وَ اسْتِبْشَارًا، وَ ازْدَاد الْكُرْسِيُّ هَيْبَةً وَ
وَقَارًا، وَ امْتَلَأَتِ السَّموَاتُ أَنْوَارًا، وَ ضَجَّتِ الْمَلَائِكَةُ
تَهْلِيْلًا وَ تَمْهِيْدًا وَ اسْتِكْبَارًا – سُبْحَانَ اللهِ وَ الْحَمْدُ
اللهِ وَ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَ اللهُ أَكْبَرُ، أَسْتَغْفِرُ اللهَ.
“Sesungguhnya (pada saat
kelahiran Nabi Muḥammad s.a.w.)
‘arsy begetar hebat luar biasa meluapkan kebahagiaan dan kegembiraannya, dan
kursiy bertambah kewibawaan dan keagungannya, dan seluruh langit dipenuhi
cahaya yang bersinar terang dan para malaikat seluruhnya serentak bergemuruh
memanjatkan tahlil, tahmid, dan istighfar kepada Allah s.w.t. dengan
mengucapkan:
SUBḤĀNALLĀH WAL-ḤAMDULILLĀH WA LĀ ILĀHA ILLALLĀHU WALLĀHU AKBAR,
ASTAGHFIRULLĀH
(Maha Suci
Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada tuhan kecuali Allah, Allah Maha Besar,
aku beristighfar (memohon ampun) kepada Allah).”
Sesungguhnya dengan
keagungan Baginda Rasūlullāh Muḥammad s.a.w. di
sisi Allah, maka Allah telah memerintahkan kepada malaikat-Nya yang agung yakni
Malaikat Jibrīl, Malaikat Muqarrabīn, Malaikat Karūbiyyīn, Malaikat yang selalu mengelilingi ‘arsy dan
makhluk lainnya agar serentak berdiri pada saat detik-detik kelahiran Baginda
Rasūlullāh Muḥammad s.a.w. dengan
memanjatkan tasbīḥ, taḥmīd, tahlīl, takbīr, dan istighfār kepada Allah
s.w.t.
Para ‘ulamā’ ahli sejarah sepakat bahwa kelahiran Baginda Rasūlullāh Muḥammad s.a.w. jatuh
pada tanggal 12 Rabī‘-ul-Awwal tahun
gajah, di Syi‘ib (lembah) Abī Thālib kota Makkah.
Berkata sahabat Abū Qatādah al-Anshārī:
“Telah bertanya salah
seorang A‘rabi (‘Arab Pegunungan) kepada Baginda Rasūlullāh Muḥammad s.a.w. sebagai
berikut:
“Apa yang kau perbuat
dengan berpuasa di hari Senin?”
Maka, Rasūlullāh s.a.w. pun
menjawab: “Pada hari itu
aku dilahirkan, dan pada hari itu juga aku mendapatkan wahyu dari Allah s.w.t.”
Wallaahua’lam
.
Subhanakalloohuma
wa bihamdika asyhadu an laa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar