Kamis, 31 Oktober 2019

MASA MUDA NABI MUHAMMAD SAW KE 2



Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Alhamdulillaahirrahmaanirrahiim.  Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad .

Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin  .
Laa ilaaha illa anta subhanaka inni kuntu minadz dzoolimiin.

Ya ayyuhal adziina aamanut taqullooha , haqqo tuqootihi wa antum muslimuun
Amma ba’du ;

NABI  MUHAMMAD SAW  BERSAMA  PAMANNYA  ABU  THALIB.

Dan ketika di Makkah, beliau s.a.w. walaupun berada dalam kasih-sayang yang besar dari pamannya, namun hal itu tidak membuat Nabi s.a.w. menjadi manja dan malas.

 Bahkan segera menggunakan seluruh kemampuannya untuk mencari kerja demi membantu pamannya dalam mencukupi keperluan hidupnya dan keluarga pamannya.

Hal ini menunjukkan pribadi dan tabiat yang luhur yang melekat pada Baginda Nabi s.a.w. dalam bergaul dan membantu orang lain.

Demikianlah, kita lihat betapa Rasūlullās.a.w. bersusah-payah membantu perekonomian pamannya, Abū Thālib, yang memang dikategorikan bukanlah orang kaya, dengan memelihara dan menggembalakan kambing, sebagaimana beliau sampaikan sendiri dalam sabdanya berikut:

مَا بَعَثَ اللهُ نَبِيًّا إِلَّا رَعَى الْغَنَمَ، فَقَالَ أَصْحَابُهُ: وَ أَنْتَ يَا رَسُوْلَ اللهِ، قَالَ: نَعَمْ، كُنْتُ أَرْعَاهَا عَلَى قَرَارِيْطَ لِأَهْلِ مَكَّةَ.

Tidaklah Allah mengutus seorang nabi kecuali telah menggembalakan kambing.” Lalu para sahabat beliau bertanya: “Demikian juga engkau Ya Rasūlullāh?”
Beliau s.a.w. menjawab: “Ya, aku dahulu menggembalakan kambing milik penduduk Makkah dengan imbalan beberapa qirāth (qarārīth).
(HR. Bukhārī dan Muslim).

Terdapat perbedaan pendapat ‘ulamā’ mengenai arti kata qarārīth dalam sabda beliau s.a.w. di atas, sebagian mengartikannya sebagai

مَا بَعَثَ اللهُ نَبِيًّا إِلَّا رَعَى الْغَنَمَ.

“Tidaklah Allah mengutus seorang nabi kecuali telah menggembalakan kambing.
(HR. Bukhārī dan Muslim).

alat  tukar (mata uang) dan sebagian lainnya mengartikan sebagai nama tempat di pinggir kota Makkah.

Dari sini kami simpulkan bahwa seandainya arti kata qarārīth adalah nama tempat ataupun mata uang yang dijadikan sebagai upah untuk Rasūlullās.a.w., maka hal itu bukanlah suatu aib terhadap Baginda Nabi s.a.w.

Wallaahua’lam .
Subhanakalloohuma wa bihamdika asyhadu an laa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika

Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar