Assalamu’alaikum warahmatullaahi
wabarakaatuh.
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Alhamdulillaahirrahmaanirrahiim. Allahumma
sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad .
Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin .
Laa ilaaha illa anta subhanaka inni kuntu
minadz dzoolimiin.
Ya ayyuhal adziina
aamanut taqullooha , haqqo tuqootihi wa antum muslimuun
Amma ba’du ;
NABI MUHAMMAD
SAW DIBELAH DADANYA .
Ḥalīmah pun bercerita:
“Ketika aku bersama
Muḥammad s.a.w. tidaklah dari rumah
yang kami masuki melainkan tercium dari padanya aroma wangi misk dan aku sangat
mencintainya, serta banyak orang yang meyakini barakahnya, ketika ada seseorang
dari kami yang sakit salah satu anggota tubuhnya, maka kami meletakkan
tangannya di atas tempat yang diderita, seketika itu juga Allah s.w.t. akan menyembuhkannya.”
Ketika Muḥammad s.a.w. berusia lima tahun,
dia berlari-lari lepas bersama saudaranya ‘Abdullāh,
anak kandung Ḥalīmah, menggembala domba-domba mereka agak jauh dari rumah.
Di siang hari yang
terik itu, tiba-tiba datanglah dua orang lelaki berpakaian putih.
Mereka membawa Muḥammad s.a.w. yang sedang sendirian
ke tempat yang agak jauh dari penggembala. ‘Abdullāh pada waktu itu sedang pulang, mengambil bekal untuk
dimakan bersama-sama Muḥammad s.a.w. di tempat menggembala
karena mereka lupa membawa bekal.
Ketika ‘Abdullāh kembali, Muḥammad s.a.w. sudah tidak ada.
Seketika itu juga ia
menangis dan berteriak-teriak meminta tolong sambil berlari ke rumahnya. Ḥalīmah dan suaminya pun segera keluar dari rumahnya.
Dengan tergopoh-gopoh
mereka mencari Muḥammad s.a.w. kesana-kemari.
Beberapa saat
kemudian, mereka mendapatinya sedang duduk termenung seorang diri dipinggir
dusun tersebut.
Ḥalīmah langsung bertanya kepada Muḥammad s.a.w. berikut:
“Mengapa engkau
berada di sini seorang diri?”
Muḥammad s.a.w. pun bercerita:
“Mula-mula ada dua orang lelaki berpakaian
serba putih datang mendekatiku, salah seorang berkata kepada kawannya: “Inilah
anaknya.”
Kawannya menyahut: “Ya, inilah
dia!”.
Sesudah itu mereka membawaku ke
sini.
Di sini aku dibaringkan, dan
salah seorang di antara mereka memegang tubuhku dengan kuat.
Dadaku dibedahnya dengan pisau.
Setelah itu, mereka mengambil
suatu benda dari dalam dadaku dan benda itu lalu dibuang.
Aku tidak tahu apakah benda itu
dan ke mana mereka membuangnya.
Setelah selesai, mereka pergi
dengan segera.
Aku pun tidak mengetahui ke
mana mereka pergi, dan aku ditinggalkan di sini seorang diri.”
Setelah kejadian itu,
timbul kecemasan pada diri Ḥalīmah dan suaminya, jikalau terjadi sesuatu terhadap Muḥammad s.a.w.
Karena itulah,
keduanya menyerahkan dia kembali kepada ibundanya Sayyidah Āminah rha. di
Makkah.
Wallaahua’lam
.
Subhanakalloohuma
wa bihamdika asyhadu an laa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar