Assalamu’alaikum warahmatullaahi
wabarakaatuh.
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Alhamdulillaahirrahmaanirrahiim. Allahumma
sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad .
Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin .
Laa ilaaha illa anta subhanaka inni kuntu
minadz dzoolimiin.
Ya ayyuhal adziina
aamanut taqullooha , haqqo tuqootihi wa antum muslimuun
Amma ba’du ;
MASA MUDA NABI MUHAMMAD
SAW KE 2 .
NABI MUHAMMAD SAW
PERGI KE NEGERI SYAM .
Suatu hari di usianya
yang ke-13, pamannya Abū Thālib mengajak Muhammad s.a.w. bepergian ke negari Syām.
Ketika rombongan tiba
di Bushra, di sana ada seseorang pendeta Nasrani bernama Buhaira yang memahami
benar ajaran Nasrani yang diwariskan turun-temurun mengenai wasiat-wasiat ‘Īsā a.s., sebelumnya kaum Quraisy
sering melalui kediaman pendeta Nasrani tersebut, akan tetapi dia tidak
menghiraukan mereka sampai tahun yang dia yakini bahwa dia akan bertemu dengan
calon Nabi Akhir Zaman s.a.w. Maka
dia pun melihat tanda-tanda kenabian pada diri Muḥammad s.a.w.
Dia memperhatikan
adanya sederetan awan yang senantiasa menaungi rombongan di mana Muḥammad s.a.w. berada kemanapun
mereka pergi.
Di dasari rasa
penasaran, ia pun mengundang rombongan agar singgah di kediamannya, ketika dia
bertemu dengan Muḥammad s.a.w., dia memperhatikan
seluruh anggota badannya, dan dia pun menemukan sifat-sifat kenabian yang ada
pada dirinya, maka dia pun berkata kepada Muḥammad s.a.w. berikut:
“Aku bertanya padamu
dengan sumpah Lāta dan ‘Uzzā, engkau akan memberitahuku apa yang akan aku tanyakan
kepadamu.”
Muḥammad s.a.w. pun menjawab: “Jangan tanyakan kepadaku sesuatu dengan
sumpah Lāta dan ‘Uzzā, sesungguhnya demi Allah aku tidak membenci apapun
seperti kebencianku terhadap mereka.”
Kemudian Buhaira
bertanya: “Demi Allah, engkau akan memberitahuku apa yang akan aku tanyakan
kepadamu.”
Maka Muḥammad s.a.w. menjawab: “Tanyalah apa yang akan engkau tanyakan”,
pendeta itu pun mengajukan berbagai pertanyaan seputar kehidupan Muḥammad s.a.w. muda,
setelah yakin semua
jawaban cocok dengan apa yang dikatakan kitabnya.
Muḥammad s.a.w. membuka
punggungnya dan dia pun melihat tanda kenabian, kemudian dia mencium tanda
kenabian yang ada di punggung Muḥammad s.a.w.
Hingga orang-orang
Quraisy takjub keheranan dan seraya berkata: “Sesungguhnya Muḥammad s.a.w. sangat dihormati
oleh pendeta ini.”
Setelah selesai dia
berujar kepada Abū Thālib: “Apa hubungan anak ini denganmu?”
Abū Thālib menjawab: “Bawalah
anak saudaramu itu pulang dan hati-hatilah terhadap orang Yahudi. Jikalau
mereka tahu dan mengenal siapa sebenarnya anak itu mereka pasti akan berbuat
jahat terhadap dirinya. Anak itu kelak akan menjadi orang besar, cepatlah ajak
dia pulang.”
Buhaira, Pendeta Nasrani dari Negeri Syām.
“Dia anakku.”
Buhaira berkata: “Dia bukanlah anakmu, tidaklah ayah anak ini adalah seseorang yang masih hidup.”
Maka Abū Thālib menjawab: “Dia anak saudaraku.”
Buhaira bertanya: “Apa yang terjadi pada ayahnya?”
Abū Thālib menjawab: “Wafat ketika Ibunya hamil.”
Buhaira membenarkan perkataan Abū Thālib tersebut dan Buhaira bertanya kembali: “Apa yang terjadi pada Ibunya?”
Abū Thālib menjawab: “Wafat beberapa waktu lalu.”
Buhaira berkata: “Dia bukanlah anakmu, tidaklah ayah anak ini adalah seseorang yang masih hidup.”
Maka Abū Thālib menjawab: “Dia anak saudaraku.”
Buhaira bertanya: “Apa yang terjadi pada ayahnya?”
Abū Thālib menjawab: “Wafat ketika Ibunya hamil.”
Buhaira membenarkan perkataan Abū Thālib tersebut dan Buhaira bertanya kembali: “Apa yang terjadi pada Ibunya?”
Abū Thālib menjawab: “Wafat beberapa waktu lalu.”
Dan Buhaira kembali
membenarkan jawabannya, lalu dia berpesan Abū Thālib:
“Bawalah anak saudaramu itu pulang dan hati-hatilah terhadap orang Yahudi. Jikalau mereka tahu dan mengenal siapa sebenarnya anak itu mereka pasti akan berbuat jahat terhadap dirinya. Anak itu kelak akan menjadi orang besar, cepatlah ajak dia pulang.”
Bahwasanya
Allah s.w.t. telah
menceritakan pengetahuan ahl-ul-kitāb mengenai Nabi s.a.w. dalam ayatnya,
sebagai berikut:
الَّذِيْنَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ
يَعْرِفُوْنَهُ كَمَا يَعْرِفُوْنَ أَبْنَاءَهُمْ وَ إِنَّ فَرِيْقًا مِّنْهُمْ
لَيَكْتُمُوْنَ الْحَقَّ وَ هُمْ يَعْلَمُوْنَ.
“Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah
Kami beri al-Kitāb (Taurāt dan Injīl) mengenal Muḥammad seperti mereka mengenal
anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian di antara mereka
menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.”
(QS. al-Baqarah [2]:
146).
Menurut Imām Qādhī ‘Iyādh rhm. bahwa pertanyaan
Buhaira dengan sumpah Lāta dan ‘Uzzā adalah untuk menguji sifat kenabian yang ada pada diri
Muḥammad s.a.w.
Hal ini merupakan
penjagaan dari Allah s.w.t. yang
sangat besar kepada Nabi s.a.w. yang
meliputi ideologi serta penjagaan fisik dari kejahatan yang akan dilakukan oleh
sebagian orang yang ingin menentang sunnah (ketetapan)
Allah.
Sangat jelas bahwa
kebencian Nabi s.a.w. terhadap
berhala timbul bukan karena Nabi s.a.w. tumbuh
besar dalam keadaan yatim sehingga beliau tidak mendapati anggota keluarganya
menyembah dan beribadah terhadap patung-patung yang ada di kota Makkah, akan
tetapi kebencian yang timbul pada diri Rasūlullāh s.a.w. adalah
murni penjagaan dari Allah serta keinginan Allah s.w.t. untuk mengagungkan
kekasih-Nya s.a.w. dari
perbuatan-perbuatan jāhiliyyah.
Wallaahua’lam
.
Subhanakalloohuma
wa bihamdika asyhadu an laa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar