Assalamu’alaikum warahmatullaahi
wabarakaatuh.
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Alhamdulillaahirrahmaanirrahiim. Allahumma
sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad .
Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin .
Laa ilaaha illa anta subhanaka inni kuntu
minadz dzoolimiin.
Ya ayyuhal adziina aamanut taqullooha ,
haqqo tuqootihi wa antum muslimuun
Amma ba’du ;
Tobalik, seorang pemuda yang berasal dari keluarga miskin.
Sejak kepindahannya ke kota,
ia memulai kehidupannya dari nol, bekerja sebagai tukang
angkat telor di sebuah pasar tradisional.
Kemudian berpindah kerja ke sebuah perusahaan konstruksi,
sebagai office boy.
Beberapa tahun kemudian, Tobalik berkenalan dengan Mira,
seorang gadis manis yang berpenampilan menawan, bekerja sebagai marketing di
anak perusahaan tempatnya bekerja.
Setelah menjalin hubungan asmara selama beberapa bulan,
akhirnya mereka mengikrarkan janji sehidup semati, walaupun dengan kehidupan
ekonomi yang belum membaik.
Mereka menyewa sebuah rumah sederhana, dekat dengan stasiun
kereta. Kehidupan sederhana yang mereka jalani terlihat begitu bahagia.
Empat tahun kemudian, lahirlah seorang bayi mungil berjenis
kelamin laki-laki. Namun, sayangnya anak tersebut mengalami cacat, kedua
kakinya lumpuh.
Walaupun sudah mengupayakan dengan semaksimal mungkin, namun
Panji, putera semata wayang mereka tidak dapat berjalan normal.
Mira memutuskan untuk berhenti bekerja. Dia ingin
berkonsentrasi mengurus Panji.
Tidak ingin menyia-nyiakan anugerah Tuhan, walaupun terlahir
dalam kondisi tidak sempurna,
Karena hanya dia sendiri yang menjadi tulang punggung
keluarga, Tobalik berusaha bekerja dengan tekun dan bersemangat.
Dia berharap semoga karirnya dapat meningkat dan mendapat
penghasilan yang lumayan.
Lima tahun kemudian, Tobalik berhasil menduduki posisi
sebagai kepala bagian.
Loyalitas dan kecerdasannya dalam mengambil keputusan,
beberapa kali telah menyelamatkan perusahaan dari kerugian.
Hanya dalam waktu tiga tahun, Tobalik sudah mencapai level
direktur, dengan gaji hingga puluhan juta perbulan. Belum lagi bonus tahunan
yang mencapai angka ratusan juta.
Kehidupan Tobalik mulai membaik. Sebuah rumah mewah telah
dimilikinya. Mobil sedan berkelas juga menjadi kendaraannya sehari-harinya.
Banyak wanita muda berusaha mendekati dan mencuri hatinya.
Tobalik tidak menampik, namun tidak berani bermain api terlalu jauh. Sekadar
have fun belaka.
Sementara itu, Mira semakin hari terlihat semakin menua.
Kegiatannya mengurus Panji, membuatnya terlihat lebih tua dari umurnya yang
sekarang.
Kulitnya menjadi kasar dan tidak cerah. Tidak lagi halus.
Energi Mira banyak terkuras untuk melayani Panji. Urusan penampilan menjadi
nomor dua.
Dibandingkan dengan para wanita cantik di luar sana, yang
berada di sekeliling Tobalik, Mira tampak terlalu sederhana.
Sekilas orang yang belum mengenalnya akan mengira dirinya
adalah seorang pembantu atau baby sitter.
Perangainya yang kalem dan pendiam menambah kebenaran akan
penampilannya yang begitu bersahaja.
Beda jauh saat dirinya masih bekerja, Mira adalah gadis muda
yang senantiasa memakai make up dan mengenakan busana yang up to date.
Suatu hari, Tobalik mendengar rekan bisnisnya membicarakan
penampilan isterinya. Mereka membandingkan Mira dengan isteri-isteri mereka.
Bagaikan langit dan bumi. Bahkan ada yang menyelutuk :
"Kalau Pak Tobalik berkenan, tuh si Murni, si Angel
atau si Susi yang aduhai akan bersedia menjadi isteri simpanannya. Mereka lebih
pantas daripada si Mira yang kolot dan kampungan..."
Kalimat demi kalimat di atas amat mengganggu batinnya. Dia
merasa apa yang digosipkan teman-temannya tidak ada salahnya.
Isterinya yang dahulu sempat menjadi bunga di kantornya
sekarang berubah menjadi layu, tidak menarik dan layak untuk digantikan dengan
yang baru, yang lebih segar dan menarik dipandang mata.
Setelah dua tahun bergelut dengan pertempuran di batinnya,
ditambah dengan semakin masifnya godaan wanita di lingkaran kehidupannya,
akhirnya Tobalik merasa inilah saat terbaik baginya untuk
mengakhiri pernikahannya yang sudah berjalan empat belas tahun.
Tobalik menyiapkan tabungan sebesar 500 juta dan membelikan
sebuah rumah di pinggiran kota untuk isteri dan putera tunggalnya yang saat ini
sudah berusia delapan tahun.
Tobalik merasa dirinya adalah suami yang bertanggung jawab
karena telah menyediakan tempat tinggal
dan uang tabungan dalam jumlah besar untuk kelanjutan
kehidupan Mira bersama Panji.
Hatinya merasa tenang dan plong karena sudah menunaikan
kewajibannya.
Akhirnya Tobalik mengajukan gugatan cerai kepada isterinya.
Mira mendengarkan dengan seksama semua penjelasan Tobalik.
Seperti biasanya, Mira tidak banyak mengeluarkan kata-kata.
Dia lebih sering mengangguk dan menunduk.
Tidak terlihat amarah di matanya, pandangannya tenang dan
teduh.
Sepertinya Mira menerima semua ulasan Tobalik dengan hati
tegar. Tidak tampak air mata menetes dari pelupuk matanya.
Hingga hari yang dimaksud telah tiba. Hari ini Mira akan
meninggalkan rumah yang telah dihuninya selama belasan tahun, meninggalkan pria
yang telah menjadi belahan hidupnya selama ini.
Yang memulai kehidupan suka duka bersama dari tidak punya
apa-apa hingga menjadi orang sukses.
Tobalik membantu Mira mengemas barang-barangnya. Sedikit
rasa kasihan terbersit di hatinya tatkala dia melihat sang isteri menggendong
Panji dan menenteng kopernya yang besar.
Tobalik : "Sini saya bantu..."
Mira : " Tidak apa-apa... Saya masih sanggup kok. Mulai
sekarang kamu sudah tidak memiliki tanggungjawab kepada kami. Semoga kamu
baik-baik saja... Jangan terlalu larut tidur. Jaga kesehatan..."
Hanya dengan anggukan lemah, Tobalik melepas kepergian kedua
orang yang pernah mengisi warna kehidupannya.
Pernikahan yang telah dijalani selama empat belas tahun pun
berakhir dengan begitu saja.
Sepanjang hari, hati Tobalik merasa tidak tenang, uring-uringan
dan senewen.
Sepiring nasi goreng yang disiapkan sang isteri tidak
sanggup ditelannya dengan sempurna.
Pikirannya mengawang-awang. Ada rasa sepi sepeninggal
isterinya. Sebuah panggilan telepon dari Susi, teman dekatnya, tidak mampu
mengusir gundah gulana hatinya.
Dia mencoba menelepon Angel untuk mengusir rasa suntuknya.
Sejenak sirna, namun hatinya kembali merasa melompong.
Walaupun hari ini adalah hari libur, namun keinginannya
untuk clubbing atau dating tidak muncul, beda sekali seperti hari-hari
sebelumnya.
Tiada hari libur tanpa clubbing. Saat ini pikirannya hanya
tertuju ke rumah baru yang dibelikan untuk Mira dan anaknya Panji.
Tobalik berusaha menahan laju keinginannya. Semakin ditahan,
dadanya terasa semakin sesak.
Rasanya seperti air bah yang akan meluber keluar. Sepanjang
malam tidurnya tidak nyenyak.
Keesokan harinya, Tobalik membulatkan tekad untuk menuju ke
rumah yang dihuni Mira.
Dia berusaha menekan egonya sedalam mungkin, karena niatnya
untuk bertemu dengan Mira sudah tidak dapat terbendung.
Sesampainya di rumah tersebut, tidak terlihat tanda-tanda
kehidupan.
Buru-buru Tobalik mengambil kunci serap yang tersimpan di
dashboard mobilnya, membuka pintu dengan perlahan, melangkahkan kakinya dengan
hati-hati.
Dengan suara perlahan memanggil nama Mira dan Panji. Tidak
ada sahutan.
Mata Tobalik tertuju ke deretan mie instan yang tersusun
rapi di atas lemari gantung. Ingatannya kembali ke masa awal-awal pernikahan,
saat masih miskin.
Sang isteri dengan setia memasakkan mie instan sebagai lauk
pengganti ayam dan ikan, menemani sepiring nasi. Mereka berdua makan dengan
lahapnya, tanpa mengeluh sedikitpun.
Tidak terasa air mata Tobalik mulai mengalir. Dia merasa
bersalah dengan niat buruknya menceraikan isterinya.
Sebuah buku tabungan terletak rapi dan sepucuk surat
terletak rapi di atas meja.
Tobalik mengambil buku tabungan tersebut, membuka isinya dan
angka yang di dalamnya masih utuh, lima ratus juta.
Dengan nada tergetar, Tobalik meraih surat beramplop dan
bergambar dora emon, salah satu animasi karton kegemaran Mira. Tulisannya rapi
seperti tulisan hasil print out.
"Tobalik, suamiku yang paling aku sayangi seumur
hidupku... Aku tahu kamu pasti akan mencari diriku.
Selama ini kita memulai kehidupan dari titik nol dan akhirnya sukses seperti sekarang ini.
Selama ini kita memulai kehidupan dari titik nol dan akhirnya sukses seperti sekarang ini.
Aku amat menikmati kebersamaan bersamamu, di saat suka maupun duka.
Namun, sayangnya, kamu terlalu cepat mencapai puncak kesuksesan, sehingga kamu mudah goyah oleh omongan dan godaan.
Saya tahu apa yang terjadi di luar sana. Aku biarkan dan bahkan aku relakan untuk kamu ceraikan.
Tidak ada gunanya menahan keinginanmu karena hanya akan menyakiti hati kita berdua dengan pertengkaran dan dendam. Aku rela diusir dari kehidupanmu. Aku ikhlas kok. Yang penting kamu bahagia dengan apa yang kamu lakukan. Teriring salam rindu untukmu.... (Mira)"
Setelah membaca surat ini, air mata Tobalik tidak dapat
terbendung lagi.
Dia menyadari telah melakukan kekhilafan fatal, kesalahan
terbesar dalam hidupnya.
Tobalik menggumam :
"Belum terlambat... Saya harus mencari, menemukan dan
mengembalikan Mira ke dalam kehidupanku. Aku tidak dapat hidup
tanpanya...."
Tobalik bergegas meninggalkan rumah tersebut, pikirannya
mengarahkan mobilnya menuju rumah ibunda Mira di kampung.
Setelah menempuh perjalanan seratusan kilometer, akhirnya
Tobalik sampai juga ke kampung halaman Mira.
Tobalik menerobos pintu depan dan menjumpai Mira sedang
bersama ibundanya.
Dengan nada marah, Tobalik berkata : "Kamu kemana saja?
Setengah mati saya mencari dirimu, rupanya kamu bersembunyi di rumah ibumu.
Kamu tidak tahu kalau saya kelaparan setengah mati karena
kamu tidak menyiapkan makanan di rumah. Kamu sungguh kelewatan.
Cepat kemas bajumu, segera ikut saya pulang sekarang
juga..."
Ibunda Mira terkejut mendengar suara Tobalik : "Iya...
iya... Mira, cepat kamu bereskan barang-barang kamu.
Kan sudah ibu bilang, kalau bertengkar, jangan sampai
meninggalkan rumah. Itu pamali loh...
Tuh lihat... suamimu begitu sayang kepadamu hingga mencarimu
sampai ke sini...
Cepat minta maaf kepada suami dan berjanji tidak akan
mengulangi perbuatanmu ini..."
Mata Mira terlihat berkaca-kaca. Walaupun sedikit mewek,
namun batinnya merasa lega.
Untunglah dia tidak membocorkan masalah perceraiannya. Dia
tidak ingin ibunya bersedih.
Terlebih lagi, Mira yakin, suatu saat Tobalik pasti akan
mencari dirinya.
Saat membereskan bajunya, beberapa kali Mira tersenyum
kegirangan :
"Memang kamu seperti anak remaja yang sedang
bandel-bandelnya.
Mulai sekarang kamu sudah insaf dan saatnya bagiku untuk
beraksi menjadi wanita idamanmu, wanita kebanggaanmu. Kamu pasti akan semakin
jatuh cinta lagi kepadaku..."
RENUNGAN HKMAH DIBALIK KISAH INI ADALAH :
Kebahagiaan yang sesungguhnya bukanlah dilihat dari
banyaknya angka di dalam buku tabungan, bukan karena kilauan emas permata yang
melekat di badan dan bukan pula karena balutan make up super mentereng, melainkan
dipandang dari banyaknya senyuman bahagia yang terpancar dari wajah kita.
Wahai engkau yang bergelar suami......!!
Sering-seringlah menatap bola mata istrimu,maka kamu akan menemukan telaga kasih sayang yang tak pernah mengering di hantam jaman.
Sering-seringlah menatap bola mata istrimu,maka kamu akan menemukan telaga kasih sayang yang tak pernah mengering di hantam jaman.
Sering-seringlah meninjau hati istrimu,hatinya satu dan
hanya di isi oleh cinta yang tumpah ruah pada keluarga. yang tak pernah lapuk
di terjang waktu.
Karna istri, rezekimu bertambah.
Karna istri, maka lahirlah zuriatmu
Karna istri, makan,pakaian mu terjaga.
Karna istri, tenang hatimu
Karna istri, lembut pandangan mata mu.
Karna istri, adalah salah satunya manusia yang boleh melihat cacat celamu.
Karna istri, maka lahirlah zuriatmu
Karna istri, makan,pakaian mu terjaga.
Karna istri, tenang hatimu
Karna istri, lembut pandangan mata mu.
Karna istri, adalah salah satunya manusia yang boleh melihat cacat celamu.
Janganlah sakiti hati mereka,ingatlah pengorbanan mereka.
Walaupun kecil di matamu tapi besar bagi dirinya setiap peluh yang menitik karna berkerja untuk keluarganya.
Walaupun kecil di matamu tapi besar bagi dirinya setiap peluh yang menitik karna berkerja untuk keluarganya.
Terkadang seseorang membuang sesuatu yang telah bersamanya
karena menganggap ada sesuatu yang lebih bernilai sebagai penggantinya.
Padahal, sesuatu yang dibuangnya adalah bagian terpenting
dari hidupnya dan jauh lebih berharga dari yang akan digantikannya....
Semoga Allah merahmati pasangan suami istri dan seluruh
keluarga yang saling menyayangi dan mencintai karena Allah
Wallaahua’lam
.
Subhanakalloohuma
wa bihamdika asyhadu an laa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar