Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh .
Bagaimanapun
sejarah kewalian di Indonesia ini harus diketahu untuk pembelajaran generasi
saat ini dan yang akan datang.
Karena
merdekanya Indoneia dari tangan penjajahan Belanda itu peran waliyullah dan
para santrinya itu sangatlah besar.
Di
Indonesia memang wali itu banyak, khususnya yang tersebar di tanah Jawa.
Namun
para wali yang dikenal oleh masyarakat luas di tanah Jawa ini ada Sembilan
orang Siapa saja yang Sembilan orang itu ?
1.
Sunan Gunung Jati ; 2. Sunan Kalijaga ; 3 . Sunan Kudus ; 4 . Sunan Muria ; 5.
Sunan Giri ; 6. Sunan Drajat ; 7. Sunan Ampel dan 9 . Sunan Gresik .
Para
wali itu ada para wali golongan muda dan golongan tua atau sepuh . Wali muda
yang tingkat keilmuannya adalah tingkatan ma’rifat dan para wali golongan tua
yang tingkatan keilmuannya sudah tingkatan hakekat .
Sebagaimana
golongan masyarakat biasa , golongan para walipun tetap saja ada benturannya,
ada konfliknya. Untuk itu bila ada yang berpendapat untuk memihak wali ini,
membenarkan wali itu, menyalahkan wali ini. Tidak usah turut campur.
Karena
tingkat keilmuan kita jauh berbeda dengan tingkat keilmuan mereka.Tapi jadilah
manusia yang cerdas ambil sisi baiknya dari mereka yang sedang berbenturan
tersebut.
Termasuk
dalam hal politik, bila kita tidak tahu permasalahan dengan jelas, jangan
sekali kali menghakimi para partai politik yang sedang berperang. Biarkan
mereka melakukan apa adanya, tapi ambilah hikmah kebaikan dari mereka itu dan
buang sisi yang buruknya.
Sekali
lagi kita tidak usah ikut – ikutan atau turut campur yang bukan lahan kita ,
yang bukan tempat kita agar kita tidak terjerumus kepada hal – hal yang buruk.
Contoh
Hasan Bisri berbentuan dengan Ibnu Sirrin . Imam Ghazali berbenturan dengan
Ibnu Rusdi . Syekh Siti Jenar berbenturan dengan Sunan Kalijaga dll.
Raden
Panggung juga pernah bebentuan dengan para wali . menurut para wali sebagai
orang Islam itu harus selalu menjaga dan meningkatkan kualitas iman dan tauhid
.
Kemudian
Raden Panggung memanggil khewan peliharaannya yaitu dua ekor anjing yang
namanya Iman dan Tauhid .
Bila
dikaji segala yang terjadi pada golongan tingkat wali dan Kyai besar itu banyak
diluar daya nalar kita sebagai manusia biasa. Di dalam memperoleh
keilmuannyapun berbeda beda tidak seperti kita menuntut ilmu di sekolah fomal .
Apa
yang kami sampaikan melalui cerita ini jadikanlah sebagai tambahan ilmu
pengetahuan dan wawasan kita semuanya. Ambillah sisi baiknya dan buang jauh –
jauh yang sekiranya tidak sesuai dengan selera hati kita .
Selesai
masalah Syekh Siti Jenar yang berbenturan dengan para wali Sembilan maka untuk
tugas selanjutnya para wali menyerahkan kepada Mbah Panggung agar senantiasa
menjaga dan meperhatikan mereka yang sudah masuk Islam jangan sampai mereka itu
menyimpang dari aturan Islam .
Sekarang
muncul masalah baru yang dipimpin oleh ki Ageng Pengging atau Ki Ageng Kenanga
. Ki Ageng Kenanga in adalah putranya Raden Fatah , Raja kerajaan Islam di
Demak . Sedangkan Radeh Patah adalah
putra dari selir istri Raja Majapahit .
Ki
Ageng Pengging ini sebagai bawahan dari kerajaan Demak tidak pernah sowan atau
silaturahmi atau menghadap kekerajaan Demak.
Selain
itu mereka tidak pernah menyetorkan pajak yang sudah mereka pungut ke kerajaan
Demak , juga nampaknya mereka banyak melatih rakyat seperti akan berperang.
Dengan
hal tersebut mereka dicuriagi akan memberonak terhadap kerajaan Demak .
Walaupun Siti Jenar sudah tidak ada tapi masih banyak yang meneruskan ajarannya
.
Dengan
situasi yang seperti ini pemerintah kerajaan Demak tidak tinggal diam, segera
memanggil para waliyullah untuk membicarakan apa yang sedang terjadi itu .
Bila
didiamkan saja maka tidak menutup kemungkinan yang awalnya kecil akan membesar
dan akan membahayakan kerajaan .
Setelah
mengadakan pertemuan itu berdasarkan musyawarah , Sunan Kuduslah yang dipercaya
untuk menghadapi Ki Ageng Pengging .
Maka
berangkatlah Sunan Kudus ke rumah Ki Ageng Pengging . Sesampainya disana Sunan
Kudus bertanya kepada Ki Ageng Pengging tentang semua kegiatannya sampai saat
ini.
Awalnya
dialog biasa saja, tapi setelah menyangkut masalah pajak mengapa Ki Ageng tidak
setor pajak ke kerajaan Demak , sedangkan pajak tetap dipungut , Ki Ageng
Pengging marah. Merasa bahwa kehidupannya itu merasa dikendalikan oleh kerajaan
Demak.
Sunan
Kuduspun mulai marah ketika Ki Ageng Pengging tidak diterima disadarkan
olehnya. Lama kelamaan akhirnya berujung pada adu kesaktian . Mereka saling
mengeluarkan ilmunya untuk saling mengalahkan .
Karena
Sunan Kudus itu niatnya demi untuk keamanan kerajaan dan niatnya karena Allah,
karena kalau dibiarkan saja maka akan banyak orang yang mengikuti ajaran Ki
Ageng Pengging .
Bagi
Ki Ageng Penggingnya tidak mengapa. Tapi mereka yang belajarnya masih tanggung
, sudah mulai menyepelekan solat , tidak mau mengeluarkan zakat , karena zakat
itu sama dengan pajak. Ini sangatlah berbahaya.
Sedangkan
Ki Ageng Pengging dirinya merasa dihina oleh pihak kerajaan Demak, karena
merasa bahwa ia tidak mengganggu kerajaan .
Akibatnya
Ki Ageng Pengginglah yang kalah dan terbunuh oleh Sunan Kudus . Matinya Ki
Ageng pengging adalah akibat kesombongannya sendiri .
Wahai
saudaraku setelah membaca cerita ini setidaknya kita bisa mengambil pelajaran
yakni selama kita berjalan dan tinggal di muka bumi ini , kita dilarang berbuat
sombong.
Karena
bumi yang kita pijak ini beserta segala isinya yang kita nikmati itu semuanya
adalah milik Allah swt .
Allah
swt sudah menunaikan semua kewajibanNya terhadap makhlukNya, termasuk kta semua
. Namun Allah menuntut hakNya dari kita semua . Apakah hak Allah yang ada pada
diri kita ?
Tidak
lain adalah dengan melaksanakan segala perintahNya dan menjauhi segala
laranganNya .
Bila
perintahNya dilanggar dan aranganNya dikejakan, maka tentu Allah akan marah .
Dan yang menangung kemarahan Allah itu siapa ? Kita sendiri , bukan orang lain.
Tidak
bisa kesalahan diri kita itu dilimpahkan kepada orang lain . Semoga ini
bermanfaat. Wallaahua’lam .
Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar