Sabtu, 16 November 2013

SIAPAKAH HAMBA YANG ISTIMEWA DI SISI ALLAH ?

HAMBA ALLAH YANG ISTIMEWA

Syech Ahmad bin Muhammad Ataillah berkata , “ Idzaa ra aita abdan aqaa mahullaahu ta’aalaa biwujuudil awraadi wa adaa mahu ‘alayhaa ma’a thuulil amdaadi falaa tas tahqiran na maa muna’ha maulaahu li annaka lam tara ‘alayhi siimal ‘aarifiina walaa bah hatal muhibbiina falaulaa waa rida maa kaana wirdun “.

Yang artinya , “ Apabila engkau melihat seorang hamba yang senantiasa menyebut nama Alah dalam ketetapan waktu yang telah direncanakan secara tetap ( dalam dzikir dan wirid ), sedangkan dia lama tidak menerima pemberian Allah, maka ( dalam hal ini ) jangan engkau pandang enteng akan pemberian Allah kepadanya. Karena engkau tidak memahami karunia Allah yang sebenarnya yang telah diterimanya sebab dia tidak menunjukkan tanda-tanda orang arif pada dirinya dan kecintaannya kepada Allah. Sebab andaikata tidak ada karunia Allah yang besar ( warid ) kepadanya,maka tidak mungkin ada wirid (kontinyu dalam beberapa ibadah tertentu ) “

Mari kita kaji ucapan Syech Ahmad bin Muhammad Ataillah tersebut berikut ini.

Apabila engkau melihat seorang hamba yang senantiasa menyebut nama Alah dalam ketetapan waktu yang telah direncanakan secara tetap ( dalam dzikir dan wirid ). Maksudnya, apabila diantara kita ada yang tahu atau melihat seseorang yang selalu dzikir dengan menyebut nama Allah dalam waktu-waktu tertentu, dan itu dilakukan secara terus menerus ( secara istiqamah )

sedangkan dia lama tidak menerima pemberian Allah, maka ( dalam hal ini ) jangan engkau pandang enteng akan pemberian Allah kepadanya. Maksudnya orang tersebut melakukannya dengan istiqamah dengan tekun, akan tetapi nampaknya orang tersebut biasa-biasa saja ( seolah-olah apa yang telah dilakukannya itu tidak menghasilkan apa-apa ) , maka janganlah kita menganggap atau menyepelekan apa yang Allah berikan kepadanya.

Karena engkau tidak memahami karunia Allah yang sebenarnya telah diterimanya sebab dia tidak menunjukkan tanda-tanda orang arif pada dirinya dan kecintaannya kepada Allah. Maksudnya kita tidak tahu persis apa yang telah Allah berikan kepada orang tersebut, karena orangnya kaya orang biasa saja  baik dalam berbicara maupun dalam berpakaian, seperti bukan orang yang ahli ibadah, atau orang yang alim .


Sebab andaikata tidak ada karunia Allah yang besar ( warid ) kepadanya,maka tidak mungkin ada wirid (kontinyu dalam beberapa ibadah tertentu ) “. Maksudnya kalau bukan karena taufiq dan hidayah Allah, tidaklah mungkin dia bisa melakukan hal tersebut secara istiqamah, waktunya tertentu, bacaannya tertentu dan jumlahnyapun tertentu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar