HAMBA ALLAH YANG
ISTIMEWA
Syech Ahmad bin Muhammad Ataillah berkata , “ Idzaa ra aita abdan aqaa
mahullaahu ta’aalaa biwujuudil awraadi wa adaa mahu ‘alayhaa ma’a thuulil amdaadi
falaa tas tahqiran na maa muna’ha maulaahu li annaka lam tara ‘alayhi siimal
‘aarifiina walaa bah hatal muhibbiina falaulaa waa rida maa kaana wirdun “.
Yang artinya , “ Apabila engkau melihat seorang hamba yang senantiasa
menyebut nama Alah dalam ketetapan waktu yang telah direncanakan secara tetap (
dalam dzikir dan wirid ), sedangkan dia lama tidak menerima pemberian Allah,
maka ( dalam hal ini ) jangan engkau pandang enteng akan pemberian Allah
kepadanya. Karena engkau tidak memahami karunia Allah yang sebenarnya yang telah
diterimanya sebab dia tidak menunjukkan tanda-tanda orang arif pada dirinya dan
kecintaannya kepada Allah. Sebab andaikata tidak ada karunia Allah yang besar (
warid ) kepadanya,maka tidak mungkin ada wirid (kontinyu dalam beberapa ibadah
tertentu ) “
Mari kita kaji ucapan Syech Ahmad bin Muhammad Ataillah tersebut berikut
ini.
Apabila engkau melihat seorang hamba yang senantiasa menyebut nama Alah
dalam ketetapan waktu yang telah direncanakan secara tetap ( dalam dzikir dan
wirid ). Maksudnya, apabila diantara kita ada yang tahu atau melihat seseorang
yang selalu dzikir dengan menyebut nama Allah dalam waktu-waktu tertentu, dan
itu dilakukan secara terus menerus ( secara istiqamah )
sedangkan dia lama tidak menerima pemberian Allah, maka ( dalam hal ini )
jangan engkau pandang enteng akan pemberian Allah kepadanya. Maksudnya orang tersebut melakukannya
dengan istiqamah dengan tekun, akan tetapi nampaknya orang tersebut biasa-biasa
saja ( seolah-olah apa yang telah dilakukannya itu tidak menghasilkan apa-apa )
, maka janganlah kita menganggap atau menyepelekan apa yang Allah berikan
kepadanya.
Karena engkau tidak memahami karunia Allah yang sebenarnya telah
diterimanya sebab dia tidak menunjukkan tanda-tanda orang arif pada dirinya dan
kecintaannya kepada Allah. Maksudnya kita tidak tahu persis apa yang telah Allah berikan kepada orang
tersebut, karena orangnya kaya orang biasa saja baik dalam berbicara maupun dalam berpakaian,
seperti bukan orang yang ahli ibadah, atau orang yang alim .
Sebab andaikata tidak ada karunia Allah yang besar ( warid ) kepadanya,maka
tidak mungkin ada wirid (kontinyu dalam beberapa ibadah tertentu ) “. Maksudnya kalau bukan karena taufiq dan
hidayah Allah, tidaklah mungkin dia bisa melakukan hal tersebut secara
istiqamah, waktunya tertentu, bacaannya tertentu dan jumlahnyapun tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar