Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh .
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Setelah kita semua menjalani hisab, lalu ditimbang di mizan maka banyak manusia yang sangat menyesal.
Terutama mereka yang tidak mendapatkan syafaat nabi Muhammad saw atas izin dan rido Allah swt
Rasulullah saw ada satu doa yang tidak beliau ungapkan, maka di akhirat inilah megungkapkannya yaitu untuk menolong para umatnya .
Namun sekali lagi walaupun yang berdoa itu Rasulullah saw sendiri, tetap keputusan berada di tangan Allah swt .
Syafaat Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi
Wasallam di akhirat :
ⅰ- Meringankan penderitaan
makhluk di Padang Mahsyar dengan mempercepatkan hisab.
ⅱ- Memasukkan manusia ke
dalam syurga tanpa hisab.
ⅲ- Mengeluarkan manusia
yang mempunyai iman sebesar zarah dari neraka.
(Semua syafaat ini
dikabulkan atas izin dan rido Allah swt .)
Para nabi dan rasul serta
golongan khawas juga diberikan izin oleh Allah untuk memberi syafaat kepada
para pengikut mereka.
Mereka ini berjumlah 70 000. Setiap seorang dari mereka
akan mensyafaatkan 70 000 orang yang lain.
Setelah berhasil dihisab,
manusia akan mula berjalan menuju syurga melintasi jambatan sirat.
Siratal
Mustaqim ialah jembatan (titian) yang terbentang dibawahnya neraka. Lebar
jembatan ini adalah seperti sehelai rambut yang dibelah tujuh dan ia lebih
tajam dari mata pedang.
Bagi orang mukmin ia akan dilebarkan dan dimudahkan
menyeberanginya.
Fudhail bin Iyadh berkata
perjalanan di Sirat memakan masa 15000 tahun. 5000 tahun menaik, 5000 tahun
mendatar dan 5000 tahun menurun.
Ada makhluk yang melintasinya seperti kilat,
seperti angin, menunggang binatang korban dan berjalan kaki.
Ada yang tidak
dapat melepasinya disebabkan api neraka senantiasa menarik kaki mereka, lalu
mereka jatuh ke dalamnya.
Para malaikat berdiri di
kanan dan kiri siratal mustaqim mengawasi setiap makhluk yang lalu.
Setiap 1000
orang yang meniti siratal mustaqim,
hanya seorang saja yang brrhasil melaluinya. 999 orang akan terjatuh ke
dalam neraka.
Rujukan:
Kitab Aqidatun Najin
karangan Syeikh Zainal Abidin Muhammad Al-
Fathani. Pustaka Nasional
Singapura 2004.
Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar