Assalamu’alaikum warahmatullaahi
wabarakaatuh.
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Alhamdulillaahirrahmaanirrahiim. Allahumma
sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad .
Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin .
Laa ilaaha illa anta subhanaka inni kuntu
minadz dzoolimiin.
Ya ayyuhal adziina
aamanut taqullooha , haqqo tuqootihi wa antum muslimuun
Amma ba’du ;
NABI MUHAMMAD SAW
BERTEMU KHADIJAH .
Hingga tiba suatu
saat ketika Muḥammad s.a.w. mencapai usia 25
tahun, seorang utusan datang menemuinya.
Utusan ini meminta
agar Muḥammad s.a.w. bersedia ikut
dalam kafilah dagang milik Khadījah rha. ke negeri Syām.
Sayyidah Khadijah
binti Khuwailid rha. adalah
seorang saudagar perempuan yang kaya raya lagi mulia dan terhormat.
Dia biasa
mempekerjakan sejumlah lelaki Quraisy untuk membawa barang dagangannya ke Syām dengan imbalan sebagian dari keuntungannya.
Dia mendengar kabar
bahwa Muḥammad s.a.w. berkeinginan untuk
ikut dalam rombongan dagangnya.
Sementara itu Khadījah juga pernah diberitahu bahwa Muḥammad s.a.w. adalah seorang
pemuda yang jujur, halus budi bahasanya serta berakhlak mulia.
Hal yang teramat
jarang dijumpai di kota Makkah ini. Itu sebabnya tanpa ragu dia menawarkan keuntungan
dua kali lipat dari orang lain apabila Muḥammad s.a.w. bersedia menerima
tawarannya.
Kebetulan Abū Thālib memang sedang
dalam kesulitan keuangan.
Sebagai anak yang
tahu diri Muḥammad s.a.w. segera meminta
idzin pamannya agar diperbolehkan menerima tawaran tersebut.
Walaupun dengan berat
hati akhirnya Abū Thālib menyetujui permintaan Muḥammad s.a.w.
Dia sebenarnya masih
khawatir akan keselamatan keponakannya itu sekalipun Muḥammad s.a.w. telah dewasa.
Maka dengan membawa
berbagai macam dagangan, berangkatlah Muḥammad s.a.w. bersama rombongan
kafilah dagang Khadījah rha. menuju negeri Syām.
Di situlah Muḥammad s.a.w. membuktikan
kepiawaian berdagangnya.
Beliau menjual barang
dagangan yang dibawanya dari Makkah dan membeli barang dagangan lainnya untuk
dibawa kembali ke Makkah, dengan kejujuran dan kesantunannya beliau bahkan
berhasil menarik keuntungan jauh lebih besar dari pada orang lain yang pernah
diutus Khadījah rha.
Semua ini tidak lepas
dari pengawasan dan pandangan kagum Maisarah, pembantu setia Khadījah rha. yang
ikut dalam rombongan tersebut.
Dia-lah yang dengan
semangat menceritakan apa yang dilihatnya dari budi pekerti yang luhur dan
berbagai macam keajaiban yang dimiliki Muḥammad s.a.w. kepada majikannya
begitu rombongan kembali.
Hingga membuat Khadījah rha. bertambah
kagum kepada Muḥammad s.a.w., pemuda yang tanpa
disadarinya ternyata telah ditaqdirkan Allah s.w.t. bakal menjadi
pendamping hidup terakhirnya.
Khadījah rha. kemudian
meminta salah seorang sahabatnya, Nufaysah (Nafisah) untuk mendekati Muḥammad s.a.w. dan menanyakan
apakah beliau ingin menikah.
Muḥammad s.a.w. belum menyanggupi.
Dan ketika Nufaysah menyebut nama Khadījah, yang telah
dikenal di kalangan kaumnya dari kecantikan, keturunan, kebangsawanan, dan
kekayaan .
Beliau menjawab bahwa
beliau berminat, namun karena keadaan dirinya beliau tidak membayangkan bisa
menikah dengannya.
Nufaysah tidak
mengatakan bahwa dirinya berbicara atas permintaan Khadījah rha.,
Muḥammad s.a.w. diminta
menyerahkan segala urusan kepadanya.
Nufaysah berjanji
akan mengatur perjodohan mereka.
Dialah Khadījah rha. orang yang telah
berjuang bersama Rasūlullāh s.a.w. menuju kebenaran, dan
orang pertama yang masuk Islam dari golongan wanita.
Nufaysah segera
mengabarkan kejernihan pikiran Muḥammad s.a.w. kepada temannya
Khadījah rha., dia pun mengundang Muḥammad s.a.w. ke rumahnya dan
memintanya untuk melamar yang kemudian Khadījah setujui.
Pernikahan Muḥammad s.a.w. dan Khadījah rha. berlangsung
selama 25 tahun, 10 tahun setelah kenabian dan 15 tahun sebelum kenabian.
Dialah Khadījah rha. orang
yang telah berjuang bersama Rasūlullāh s.a.w. menuju
kebenaran, dan orang pertama yang masuk Islam dari golongan wanita,
dan Khadījah rha. adalah
ibu dari seluruh anaknya Baginda s.a.w.:
Qāsim, ‘Abdullāh, Ruqayyah, Zainab, Ummu Kaltsūm, dan Fāthimah.
Kecuali Ibrāhīm, karena ibunya
adalah Sayyidah Mariah al-Qibthiyyah rha.
Wallaahua’lam
.
Subhanakalloohuma
wa bihamdika asyhadu an laa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh .