Assalamu’alaikum warahmatullaahi
wabarakaatuh.
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Alhamdulillaahirrahmaanirrahiim. Allahumma
sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad .
Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin .
Laa ilaaha illa anta subhanaka inni kuntu
minadz dzoolimiin.
Ya ayyuhal adziina aamanut taqullooha ,
haqqo tuqootihi wa antum muslimuun
Amma ba’du ;
NABI MUHAMMAD SAW
TIDAK BELAJAR DARI KITAB MAUNPUN DARI MANUSIA
MANAPUN .
Nabi Muhammad saw
sejak lahir sampai pertumbuhannya itu tidak belajar kepada siapapun dan tidak
mempelajari kitab apapun .
Beliau tumbuh dan
berkembang secara alami karena yang mendidik beliau adalah Allah sendiri .
Semenjak dipilih dan
disiapkan oleh Alah sejakdari alam kandungan, sampai proses kelahirannya,
sampai pemeliharaannya, sampai beliau menikah, sampai diangat menadi nabi,
kemudian diangkat menjadi Rasul , semua itu Allah sudah menetapkannya.
Sebagian dari musuh-musuh Islam menuduh bahwa
Nabi s.a.w. melakukan koneksi dan berteman dengan
rahib Yahudi dan pendeta Nasrani, serta belajar dari mereka,
ini adalah tuduhan
yang tidak benar dikarenakan tuduhan itu bertentangan dengan fakta dan bukti
bahwa Nabi s.a.w. dikenal tumbuh besar dalam keadaan ummiy (buta huruf) di antara
kalangan keluarga dan kaumnya.
Al-Imām
Qādhī ‘Iyādh rhm. berkata
dalam kitabnya “asy-Syifā’” berikut:
“Beliau s.a.w. adalah seorang lelaki
yang difirmankan Allah s.w.t. ummiy (tidak
membaca dan menulis), dan tidak diketahui bahwa beliau bersahabat dengan orang
yang bisa membaca dan menulis, juga tidak pula tumbuh besar di kalangan kaum
yang memiliki pengetahuan baca dan tulis serta tidak diketahui bahwa beliau
sebelumnya mengetahui tentang baca dan tulis tersebut.”
Allah s.w.t. berfirman:
وَ مَا كُنْتَ تَتْلُوْ مِنْ
قَبْلِهِ مِنْ كِتَابٍ وَ لَا تَخُطُّهُ بِيَمِيْنِكَ إِذًا لَّارْتَابَ
الْمُبْطِلُوْنَ.
“Dan engkau (Muḥammad) tidak pernah membaca sesuatu
Kitab sebelum (al-Qur’ān) dan engkau tidak (pernah) menulis
suatu kitab dengan tangan kananmu; sekiranya (engkau pernah membaca dan
menulis), niscaya ragu orang-orang yang mengingkarinya.”.
(QS. al-‘Ankabūt [29]: 48).
بَلْ هُوَ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ
فِيْ صُدُوْرِ الَّذِيْنَ أُوْتُوا الْعِلْمَ وَ مَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلَّا
الظَّالِمُوْنَ.
“Sebenarnya, (al-Qur’ān) itu adalah ayat-ayat yang jelas di
dalam dada orang-orang yang berilmu. Hanya orang-orang yang zhalim yang
mengingkari ayat-ayat Kami.”.
Wallaahu a’lam
Subhanakallaahumma wabihamdika
asyhadu anlaa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaika .
Wassalamu’alaikum
warahmatullaahi waarakaatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar