Kamis, 09 Januari 2020

KISAH KYAI FATHAH DAN SAYYID ALI AKBAR


Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Alhamdulillaahirrahmaanirrahiim.  Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad .

Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin  .
Laa ilaaha illa anta subhanaka inni kuntu minadz dzoolimiin.

Ya ayyuhal adziina aamanut taqullooha , haqqo tuqootihi wa antum muslimuun
Amma ba’du ;

Pada suatu hari Kyai Alil Arif memanggil putranya yaitu Kyai Fathah .

Setelah Kyai Fathah tiba lalu Kyai Arif berkata begini Fathah , keponakanku itu sudah lama tidak berkunjung dan bersilaturahmi  kesini .

Kabar berita darinya tidak ada. Aku berharap mudah – mudahan ia tetap dalam keadaan sehat. Tapi sesungguhnya aku sangat rindu dengannya.

Wallaupun ia tidak datang kemari , paling tidak memberitahukan keadaannya itu seperti apa saat ini .

Untuk itulah aku memanggilmu yaitu agar kamu bersilaturahmi ke rumah Sayyid Ali Akbar . Dan esok hari kamu harus berangkat , ya.

Oh iya aku bawakan oleh – oleh untuk Sayyid Ali Akbar , bila sudah sampai maka berikan itu kepadanya .

Lalu Kyai Arif mengajak Kyai Fathah dan menunjuk apa yang tadi telah dikatakannya. Apa oleh – olehnya ?

Ternyata sebuah pohon jati yang besar tapi ranting – rantingnya sudah dipotong, jadi tinggal batangnya saja .

Kyai Fathah kaget melihat sebatang pohon jadi yang besar itu, tapi ia tidak berani membantah.

Jangankan membantah , ingin berkata “ AH “ saja kepada orang tuanya tidak berani , karena itu sama saja telah menentangnya, mendurhakainya , membuat sedih orang tuanya .

Selain dari itu walaupun yang diperintahkan itu tidak masuk akal tapi yakin bahwa perintah itu sesungguhnya dari Allah , walaupun hati kecil bisa saja tidak sesuai dengan selera.

Namun Kyai Fathah tidak berpendapat atau berprasangka buruk , ia tetap berprasangka baik terhadap ayahnya , terlebih lagi kepada Allah swt .

Sehingga ia hanya berkata , baiklah romo tugas ini akan aku kerjakan esok hari.

Selain itu ingat pesan terakhir ini bila kayu itu sudah diterima , maka segera dimanfaatkan untuk membuat pondok disana . Untuk kekurangan lainnya ia harus menambahkannya sendiri kata Kyai Arif .

Keesokan harinya Kyai Fathah sudah siap berangkat membawa sebatang kayu jati besar yang telah diletakkan di gerobak kecil yang ditarik oleh seekor kuda , dan berangatlah ia menuju rumahnya Sayyid Ali Akbar .

Di tengah perjalanan dari kejauhan terlihat ada pos Belanda dan ada beberappa orang yang sedang berjaga disana.

Maka ia istirahat sebentar , dan berfikir bila kayu ini dibawa melintasi penjagaan itu pasti ia akan dimasukkan ke penjara dan kayunya akan diambilnya.

Sedangkan kayu ini untuk membuat pondok di tempatnya Sayyid Ali Akbar, artinya harus bisa diterima langsung olehnya, karena sudah menjadi amanat dari ayahnya yaitu Kyai Arif .

Seteleh ketemu dalam pikirannya lalu ia berdo’a kepada Allah , Ya Allah amanat yang kubawa ini harus sampai ke tangan Sayyd Ali Akbar. Untuk itu aku minta kecilkan kayu ini atas izin dan ridoMu agar aku tidak mengkhianati amanat orang tuaku .

Lalu ia pegang batang kayu jati yang besar itu. Dan Allah mengabulkan doanya , batang yang besar itu berubah menjadi batang kayu jati yang sangat kecil.

Saking kecilnya sebesar pentol korek api lebih besaran sedikit dan kayu itu lalu dimasukkan ke saku bajunya.

Gotrok ditinggalkan lalu ia pergi melingkar dengan naik kuda dari gotrok itu. Agar ia aman maka naik kudanya tidak melalui daratan, tapi berlari di atas laut .

Sebelum sampai di tempat Sayyid Ali Akbar , Kyai Fathah ingat ada saudara yang sudah lama tidak bertemu. Mumpung sekalian jalan maka alangkah baiknya ia singgah dulu untuk isturahat sebentar yaitu ke rumah sahabatnya Kyai Hasan Madina .

Alangkah gembiranya Kyai hasan Madina kedatangan sahabatnya yang sudah lama tidak ada beritanya tahu – tahu muncul dihapannya .

Lalu diajaknya masuk dan berbincang banyak hal , terutama membicarakan kegiatan mereka setelah mereka itu berpisah .

Dan Kyai Fathah juga memberitahukan bahwa ia tidak lama berada disini, karena harus melanjutkan tugas dari ayahnya untuk menyampaikan sebatang kayu jati ini kepada Sayyid Ali Akbar .

Mendengar hal tersebut Kyai Hasan Madina bukannya bersedih tapi ia tambah senang karena ia juga harus bertemu dengan sahabatnya yang lain yang lama tidak bertemu. Untuk itu harus ikut bersama Kyai Fathah.

Tapi sekalian jalan kita singgah dulu ke tempat Sayyid Ali Baqir agar kuda kakang bisa istirahat dulu, Karena perjalanan ke Sayyid Ali Akbar itu melewati daerahnya Sayyid Ali Baqir . Kyai Fathahpun setuju apa yang disarankan oleh Kai Hasan Mustafa .

Sayyid Ali Baqir ini memiliki kelebihan tersendiri, ia juga adalah seorang kekasih Allah, seorang waliyulah .

Kalau ia tidak senang makan maka ia tidak makan sampai beberapa puluh hari. Bahkan bisa sebuan dua bulan.

Tapi kalau lagi suka makan maka sehari – harinya masak nasi terus . Intipnya disimpan . Bila nasinya habis, masak lagi, intipnya disimpannya , ditumpuk kaya gudang intip di kamarnya .

Untuk apa intip itu ? Untuk dimakan bisa tapi bisa juga digunakan untuk berperang melawan Belanda bila penjajah itu datang menyerang ke wilayahnya. Senjata ampuhnya adalah ketepel , dan pelurunya adalah intip.

Jadi begitu ada mobil tank baja lewat kesitu juga mobil pasukan Belanda yang akan berperang. Maka mobil dan tank baja itu oleh Sayyid Ali Baqir ditepel dengan menggunakan peluru intip.

Anehnya begitu intip mengenai mobil dan tank baja itu , keduanya meledak seperti tertimpa bom, dan para penumpangnya mati berantakan . Itulah salah satu kelebihan yang dimiliki oleh Sayyid Ali Baqir.

Setelah bertamu beberapa saat di rumah Sayyid Ali Baqir , maka Kyai Fathah dan Kyai Hasan Madina melanjutkan perjalanan menuju ke tempat Sayyid Ali Akbar.

Baiklah kalau begitu kita naik kuda berdua saja dan agar aman kita tetap melintasi laut kata Kyai Fathah.

Kang Fathah silahkan naik kuda aku akan naik ini saja. Ia keluar sebentar dan masuk lagi membawa selembar daun jati . Saat berangkat mari kita berlomba siapa yang datangnya duluan di tempat Sayyid Ali Akbar .

Beberapa saat kemudian mereka berangkat sampailah di pantai . Kemudian Kyai Fathah tetap berada di atas kudanya, sedangkan Kyai Hasan Madina naik selembar daun jati . Mereka beradu cepat di atas laut .

Ternyata mereka sampainya sama , artinya kecepatan perjalanannya itu sama, tidak ada yang menang ataupun kalah.

Itulah gurauan para kekasih Allah atau para waiyullah di zaman dulu yang bisa dijadikan sebagai pembelajaran untuk kita semua.

Kita jangan mengambil yang di luar daya nalar kita . Bagi yang tidak tahu dianggapnya ini hanyalah dongengan orang gila .

Tapi bagi yang memahami akan kehebatan karomah Allah maka dongengan itu dianggapnya biasa saja dan bisa diambil hikmahnya sekaligus bisa dijadikan sebagai pembelajaran .

Ingat deh kisah dongengan seribu satu malam yang banyak menceritakan tentang kisah Ali Baba [ Abu Nawas ] .

 Sesungguhnya Ali baba itu orang pilihan Allah, seorang waliyullah juga . namun karena tingkat kesederhanaannya dan kesabarannya sudah tingkat tinggi, maka tidak Nampak kewaliannya , tapi kebanyaan manusia menilainya hanya dongengan dalam mimpi.
Oleh karena itu kita tidak perlu mempelajari dan mendalami bagaimana kita agar bisa mendapatkan karomah Allah .

Karomah itu milik Allah.  Allah hanya aan memberikannya kepada orang – orang pilihannya. Dan karomah itu Allah berikan disesuaikan dengan karakter orang tersebut . Mudah – mudahan ini bisa difami oleh kita semua .

Bila Allah berkehendak memberikan karomah kepada seseorang maka tidak ada seorangpun yang mampu menolakNya ,

Dan bila Allah mencabut karomah dari seseorang yang Allah berikan kepadanya maka tidak ada yang mampu menghalangiNya .

Bila kita memaksakan diri ini ingin mendapatkan karomah seperti mereka , cobalah kaji diri apakah keimanan kita sudah seperti mereka ?

Lalu apakah perjalanan kehidupan mereka ujian dan cobaan mereka sama dengan ujian dan cobaan yang kita alami ? Bila tidak maka tidak usah macam – macam .

Lebih baik jalani saja ibadah dengan ikhlas, takwa dengan baik dan benar serta ikhlas karena Allah, lalu sempurnakan keimanan kita. Urusan karomah , Allah akan memberikan kepada kita atau tidak bukan persoalan yang penting .

Yang paling penting adalah Allah bisa menyukai dan meridoi segala perbuatan kita. Ini saja sudah lebih dari cukup , agar kita tidak tersesat jalan .

Orang – orang zaman dulu itu semuanya lillaah [ karena Allah ] , bila mereka ingin kayapun dalam sekejap itu bisa.

Tapi mereka tidak seperti kita, bagi mereka dunialah yang sering dipermainkan oleh mereka demi kemaslahatan manusia.

Tapi kalau kita kebanyakan kitalah yang mau dipermainkan oleh dunia.  Semoga bermanfaat.

Wallaahu a’lam
Subhanakallaahumma wabihamdika asyhadu anlaa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaika .

Wassalamu’alaikum warahmatullaahi waarakaatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar