Assalamu’alaikum warahmatullaahi
wabarakaatuh.
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Alhamdulillaahirrahmaanirrahiim. Allahumma
sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad .
Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin .
Laa ilaaha illa anta subhanaka inni kuntu
minadz dzoolimiin.
Ya ayyuhal adziina aamanut taqullooha ,
haqqo tuqootihi wa antum muslimuun
Amma ba’du ;
Pada suatu hari Kyai
Alil Arif memanggil putranya yaitu Kyai Fathah .
Setelah Kyai Fathah
tiba lalu Kyai Arif berkata begini Fathah , keponakanku itu sudah lama tidak
berkunjung dan bersilaturahmi kesini .
Kabar berita darinya
tidak ada. Aku berharap mudah – mudahan ia tetap dalam keadaan sehat. Tapi
sesungguhnya aku sangat rindu dengannya.
Wallaupun ia tidak
datang kemari , paling tidak memberitahukan keadaannya itu seperti apa saat ini
.
Untuk itulah aku
memanggilmu yaitu agar kamu bersilaturahmi ke rumah Sayyid Ali Akbar . Dan esok
hari kamu harus berangkat , ya.
Oh iya aku bawakan
oleh – oleh untuk Sayyid Ali Akbar , bila sudah sampai maka berikan itu
kepadanya .
Lalu Kyai Arif
mengajak Kyai Fathah dan menunjuk apa yang tadi telah dikatakannya. Apa oleh –
olehnya ?
Ternyata sebuah pohon
jati yang besar tapi ranting – rantingnya sudah dipotong, jadi tinggal
batangnya saja .
Kyai Fathah kaget
melihat sebatang pohon jadi yang besar itu, tapi ia tidak berani membantah.
Jangankan membantah ,
ingin berkata “ AH “ saja kepada orang tuanya tidak berani , karena itu sama
saja telah menentangnya, mendurhakainya , membuat sedih orang tuanya .
Selain dari itu
walaupun yang diperintahkan itu tidak masuk akal tapi yakin bahwa perintah itu
sesungguhnya dari Allah , walaupun hati kecil bisa saja tidak sesuai dengan
selera.
Namun Kyai Fathah
tidak berpendapat atau berprasangka buruk , ia tetap berprasangka baik terhadap
ayahnya , terlebih lagi kepada Allah swt .
Sehingga ia hanya
berkata , baiklah romo tugas ini akan aku kerjakan esok hari.
Selain itu ingat
pesan terakhir ini bila kayu itu sudah diterima , maka segera dimanfaatkan
untuk membuat pondok disana . Untuk kekurangan lainnya ia harus menambahkannya
sendiri kata Kyai Arif .
Keesokan harinya Kyai
Fathah sudah siap berangkat membawa sebatang kayu jati besar yang telah
diletakkan di gerobak kecil yang ditarik oleh seekor kuda , dan berangatlah ia
menuju rumahnya Sayyid Ali Akbar .
Di tengah perjalanan
dari kejauhan terlihat ada pos Belanda dan ada beberappa orang yang sedang
berjaga disana.
Maka ia istirahat
sebentar , dan berfikir bila kayu ini dibawa melintasi penjagaan itu pasti ia
akan dimasukkan ke penjara dan kayunya akan diambilnya.
Sedangkan kayu ini
untuk membuat pondok di tempatnya Sayyid Ali Akbar, artinya harus bisa diterima
langsung olehnya, karena sudah menjadi amanat dari ayahnya yaitu Kyai Arif .
Seteleh ketemu dalam
pikirannya lalu ia berdo’a kepada Allah , Ya Allah amanat yang kubawa ini harus
sampai ke tangan Sayyd Ali Akbar. Untuk itu aku minta kecilkan kayu ini atas
izin dan ridoMu agar aku tidak mengkhianati amanat orang tuaku .
Lalu ia pegang batang
kayu jati yang besar itu. Dan Allah mengabulkan doanya , batang yang besar itu
berubah menjadi batang kayu jati yang sangat kecil.
Saking kecilnya
sebesar pentol korek api lebih besaran sedikit dan kayu itu lalu dimasukkan ke
saku bajunya.
Gotrok ditinggalkan
lalu ia pergi melingkar dengan naik kuda dari gotrok itu. Agar ia aman maka
naik kudanya tidak melalui daratan, tapi berlari di atas laut .
Sebelum sampai di
tempat Sayyid Ali Akbar , Kyai Fathah ingat ada saudara yang sudah lama tidak
bertemu. Mumpung sekalian jalan maka alangkah baiknya ia singgah dulu untuk
isturahat sebentar yaitu ke rumah sahabatnya Kyai Hasan Madina .
Alangkah gembiranya
Kyai hasan Madina kedatangan sahabatnya yang sudah lama tidak ada beritanya
tahu – tahu muncul dihapannya .
Lalu diajaknya masuk
dan berbincang banyak hal , terutama membicarakan kegiatan mereka setelah
mereka itu berpisah .
Dan Kyai Fathah juga
memberitahukan bahwa ia tidak lama berada disini, karena harus melanjutkan
tugas dari ayahnya untuk menyampaikan sebatang kayu jati ini kepada Sayyid Ali
Akbar .
Mendengar hal
tersebut Kyai Hasan Madina bukannya bersedih tapi ia tambah senang karena ia
juga harus bertemu dengan sahabatnya yang lain yang lama tidak bertemu. Untuk
itu harus ikut bersama Kyai Fathah.
Tapi sekalian jalan
kita singgah dulu ke tempat Sayyid Ali Baqir agar kuda kakang bisa istirahat
dulu, Karena perjalanan ke Sayyid Ali Akbar itu melewati daerahnya Sayyid Ali
Baqir . Kyai Fathahpun setuju apa yang disarankan oleh Kai Hasan Mustafa .
Sayyid Ali Baqir ini
memiliki kelebihan tersendiri, ia juga adalah seorang kekasih Allah, seorang
waliyulah .
Kalau ia tidak senang
makan maka ia tidak makan sampai beberapa puluh hari. Bahkan bisa sebuan dua
bulan.
Tapi kalau lagi suka
makan maka sehari – harinya masak nasi terus . Intipnya disimpan . Bila nasinya
habis, masak lagi, intipnya disimpannya , ditumpuk kaya gudang intip di
kamarnya .
Untuk apa intip itu ?
Untuk dimakan bisa tapi bisa juga digunakan untuk berperang melawan Belanda
bila penjajah itu datang menyerang ke wilayahnya. Senjata ampuhnya adalah
ketepel , dan pelurunya adalah intip.
Jadi begitu ada mobil
tank baja lewat kesitu juga mobil pasukan Belanda yang akan berperang. Maka
mobil dan tank baja itu oleh Sayyid Ali Baqir ditepel dengan menggunakan peluru
intip.
Anehnya begitu intip
mengenai mobil dan tank baja itu , keduanya meledak seperti tertimpa bom, dan
para penumpangnya mati berantakan . Itulah salah satu kelebihan yang dimiliki
oleh Sayyid Ali Baqir.
Setelah bertamu
beberapa saat di rumah Sayyid Ali Baqir , maka Kyai Fathah dan Kyai Hasan
Madina melanjutkan perjalanan menuju ke tempat Sayyid Ali Akbar.
Baiklah kalau begitu
kita naik kuda berdua saja dan agar aman kita tetap melintasi laut kata Kyai
Fathah.
Kang Fathah silahkan
naik kuda aku akan naik ini saja. Ia keluar sebentar dan masuk lagi membawa
selembar daun jati . Saat berangkat mari kita berlomba siapa yang datangnya
duluan di tempat Sayyid Ali Akbar .
Beberapa saat
kemudian mereka berangkat sampailah di pantai . Kemudian Kyai Fathah tetap
berada di atas kudanya, sedangkan Kyai Hasan Madina naik selembar daun jati .
Mereka beradu cepat di atas laut .
Ternyata mereka
sampainya sama , artinya kecepatan perjalanannya itu sama, tidak ada yang
menang ataupun kalah.
Itulah gurauan para
kekasih Allah atau para waiyullah di zaman dulu yang bisa dijadikan sebagai
pembelajaran untuk kita semua.
Kita jangan mengambil
yang di luar daya nalar kita . Bagi yang tidak tahu dianggapnya ini hanyalah
dongengan orang gila .
Tapi bagi yang
memahami akan kehebatan karomah Allah maka dongengan itu dianggapnya biasa saja
dan bisa diambil hikmahnya sekaligus bisa dijadikan sebagai pembelajaran .
Ingat deh kisah
dongengan seribu satu malam yang banyak menceritakan tentang kisah Ali Baba [
Abu Nawas ] .
Sesungguhnya Ali baba itu orang pilihan Allah,
seorang waliyullah juga . namun karena tingkat kesederhanaannya dan
kesabarannya sudah tingkat tinggi, maka tidak Nampak kewaliannya , tapi
kebanyaan manusia menilainya hanya dongengan dalam mimpi.
Oleh karena itu kita
tidak perlu mempelajari dan mendalami bagaimana kita agar bisa mendapatkan
karomah Allah .
Karomah itu milik
Allah. Allah hanya aan memberikannya
kepada orang – orang pilihannya. Dan karomah itu Allah berikan disesuaikan
dengan karakter orang tersebut . Mudah – mudahan ini bisa difami oleh kita
semua .
Bila Allah
berkehendak memberikan karomah kepada seseorang maka tidak ada seorangpun yang
mampu menolakNya ,
Dan bila Allah
mencabut karomah dari seseorang yang Allah berikan kepadanya maka tidak ada
yang mampu menghalangiNya .
Bila kita memaksakan
diri ini ingin mendapatkan karomah seperti mereka , cobalah kaji diri apakah
keimanan kita sudah seperti mereka ?
Lalu apakah
perjalanan kehidupan mereka ujian dan cobaan mereka sama dengan ujian dan
cobaan yang kita alami ? Bila tidak maka tidak usah macam – macam .
Lebih baik jalani
saja ibadah dengan ikhlas, takwa dengan baik dan benar serta ikhlas karena
Allah, lalu sempurnakan keimanan kita. Urusan karomah , Allah akan memberikan
kepada kita atau tidak bukan persoalan yang penting .
Yang paling penting
adalah Allah bisa menyukai dan meridoi segala perbuatan kita. Ini saja sudah
lebih dari cukup , agar kita tidak tersesat jalan .
Orang – orang zaman dulu
itu semuanya lillaah [ karena Allah ] , bila mereka ingin kayapun dalam sekejap
itu bisa.
Tapi mereka tidak
seperti kita, bagi mereka dunialah yang sering dipermainkan oleh mereka demi
kemaslahatan manusia.
Tapi kalau kita
kebanyakan kitalah yang mau dipermainkan oleh dunia. Semoga bermanfaat.
Wallaahu a’lam
Subhanakallaahumma wabihamdika
asyhadu anlaa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaika .
Wassalamu’alaikum warahmatullaahi waarakaatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar