Jumat, 10 Januari 2020

KISAH PARA KYAI TANAH JAWA YANG SUDAH BERGELAH WALIYULLAH



Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Alhamdulillaahirrahmaanirrahiim.  Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad .

Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin  .
Laa ilaaha illa anta subhanaka inni kuntu minadz dzoolimiin.

Ya ayyuhal adziina aamanut taqullooha , haqqo tuqootihi wa antum muslimuun
Amma ba’du ;

KISAH KYAI SOLEH SEMENDI , KYAI FATHAH SEGOROPURO , KYAI HASAN MADINA DAN KYAI BAKIR GELURAN .

Keempat orang kyai ini adalah sudah menjadi kyai besar atau terkenal semua .

Mereka sangat besarengaruhnya di masyarakat dan mereka sangat terkenal dengan keilmuannya, baik dalam hal ilmu agama maupun ilmu kemasyarakatan .

Dalam ilmu agama mereka selalu mengajar murid – murid atau para santrinya ikhlas , tidak pernah membebani para santrinya dalam masalah kehidupan .

Tidak seperti di zaman sekarang orang yang tidak mampu membayar maka tidak akan mendapatkan ilmu orang yang diharapkan .

Akhirnya kebanyakan mereka [ orang zaman sekarang ] itu mulut bisa bicara bila ada duitnya, ilmu bisa diajarkan bila ada duitnya .

Tidak ada rasa peduli orang yang akan belajar itu kaya atau miskin , tapi semuanya dianggap kaya , punya duit.

Kalau para kyai zaman dulu banyak orang yang belajar ilmu membuat hatinya semakin senang , dan berusaha agar para santri itu semakin senang dengan ilmunya dan semakin betah belajar kepadanya.

Sehingga lama kelamaan batasan antara kyai dan santri itu sudah tidak ada. Yang ada adalah terjalinnya hubungan batin yang kuat antara kyai dan santri seperti hubungan orang tua dan anaknya sendiri .

Jadi para santri walupun sudah banyak yang meninggalkan pondokan pasti suatu saat akan merindukan kyainya dan ingin bertemu dengannya. Karena bila lama tidak berjumpa itu ada rasa kerinduan yang mendalam .

Rindu itu semakin ditahan justru semakin ingin bertemu . Dan begitu bertemu keduanya, rasa sakit yang terpendam di dada itu mendadak hilang semua .

Dan muncullah rasa kangen ingat saat dirinya masih belajar di pondok pesantren tersebut .

Itulah kehebatan para kyai zaman dulu dibandingkan para kyai zaman sekarang . Dan semua itu siapalagi yang menentukan hal ini, kalau bukan Allah. Mengapa Allah berbuat seperti itu ?

Tujuannya adalah untuk pengkajian kita bersama, sudah seberapa baik tingkat keikhlasan seseorang untuk memberikan sesuatu yang dimilikinya terhadap orang lain .

Apakah yang dilakukannya agar orang lain kehidupannya menjadi lebih baik dari sebelumnya, apakah agar orang lain memberikan balasan terhadapnya , atau apakah orang lain selalu memuji dan memujanya .

Wahai saudara sekalian empat kyai besar itu bila mereka bertemu rasa kangennya itu dengan melakukan canda.

Namun canda mereka itu tidak seperti canda kita di zaman sekarang ini tapi candanya itu dengan cara saling menjajagi keilmuannya masing – masing.

Dan anehnya canda mereka itu bukan berkelahi atau bertengkar hebat karena masing – masing merasa ingin menang tai sebaliknya hanya sekedar ingin tahu ilmunya itu sudah sebaik apa.

Karena kualitas ilmu tersebut bisa dijajagi dari kualitas amal perbuatan mereka baik hubungan antar sesama manusia maupun hbungan dirinya dengan Allah swt .

Hal ini silahkan Tanya pada hati kita masing – masing. Dan jawabannyapun juga ada di hati kita masing – masing . Bila menurut kita itu baik silahkan dilanjutkan dan ditingkatkan kualitasnya.

Dan bila buruk maka sgera buang jauh – jauh.
Kyai Soleh Semendi itu ada yang mengatakan bahwa ia adalah anak dari Syeh Syarif Hidayatullah yang dikenal dengnan nama Sunan Guning Jati , yang pemakamannya itu di kota Cirebon, Jawa Barat .


Tapi a da yang mengatakan bahwa Kyai Soleh Semendi itu adalah cucu dari Sunan Gunung jati.

Sunan Gunung Jati punya anak yang bernama Sultan Hasanudin , tinggalnya di Banten dan dikenal sebagai salah seorang pahlawan nasional saat melawan penjajah Belanda , sebeum zaman kemerdekaan .

Jadi Kyai Soleh Semendi itu anaknya Sutan Hasanudin, dan anak yang lainnya adalah Khodiriyah dan Syarifah Jeneh.
Ibu Khodiriyah Syarifah Jeneh ini unya anak yang bernama Kyai Sulaeman Mojo Agung .

Pada suatu hari Kyai Soleh Semendi bersilaturahmi ke rumah keponakannya yaitu Kyai Fathah Kyai Fathah ini adalah cicitnya Kyai Alil Arif Mojo Agung .

Sesampainya di rumah Kyai Fathah , Kyai Soleh disambut dengan sukacita oleh keponakannya yaitu Kyai Soleh.

Kemudian Kyai Soleh menjamu seadanya dan kebetulah makanan yang tersedia saat itu hanya buah semangka dan air putih saja .

Lalu Kai Soleh menyodorkan sebuah isah dan berkata , silahkan paman Kyai Soleh dinikmati semangkanya.

Kyai Soleh menerima pisau itu , tapi ia masih saja ngobrol karena kangen sudah lama tidak bertemu dengan keponakannya itu.

Agar semangka itu dimakan maka Kyai Fathah meninggalkan ruangan itu supaya Kyai Soleh segera menikmati buah semangkanya .

Sesampainya di dalam lalu ia segera mengintip apa yang akan dilakukan oleh Kyai Soleh .

Tenyata benar Kyai Soleh ambil semangkanya , kemudian semangka itu dibelah tapi kok nggak mempan , sampai ditekan dengan keras pisau itu tetap saja seperti menembus batu.

Dalam hati Kyai Soleh bergumam wah ponakanku ini mengajak gurau rupanya , maka beliau taruh lagi semangka dan pisau itu , lalu minum saja.

Kyai Fathahpun keluar sambil dalam hatinya tertawa, dan berkata, kenapa semangkanya nggak dibelah kyai, apakah nggak suka semangka. Nggak sih namun melihat kulit sebangka itu aku nggak ada selera untuk memakannya, kecuali bila kamu yang membeahnya maka terpaksa aku makan, jawab Kyai Soleh .

Maka semangka itupun dibelah oleh Kyai Fathah , setelah terbelah baru ia berikan pada Kai Soleh , dan dimakannya sampai habis . Waktu berkunjungpun habis, maka Kyai Soleh berpamitan.

Selang beberapa waktu kemudian Kyai Soleh bertamu lagi ke rumah Kyai Fthah sambil membawa oleh – oleh buah papaya . Beliau juga membawa pisau serta sebuah gergaji kayu barangkali butuh sesuatu di jalan maka pisau dan gergaji itu bisa digunakan .

Sambil bincang – bincang Kyai Soleh berkata maaf aku datang lagi tidak membawa oleh – oleh yang istimewa , kecuali hanya buah papaya ini.

Kamu kan suka papaya, maka sengaja aku bawakan makanan kesukaanmu . Silahkan dibelah dan dinikmai pepayanya. Oh iya membelah kan harus ada pisau , nih pisaunya untuk membelah pepayanya.

Kyai Fathah tidak adarasa curiga sedikitpun terhadap Kyai Soleh. Pisau diambilnya, lalu dibelahnya papaya itu.

Ternyata keras sekali nggak bisa dibelah. Kyai Fathah mau ambil pisau miliknya di dalam. Nggak usah , mungkin pisau saya itu tumpul , ini silahkan papaya itu belah saja pake gergaji ini .

Kyai Fathah ambil gergaji kayu itu lalu semangka dibegergaji. Ternyata tetap saja papaya tidak bisa terbelah . Kenapa nggak mampu tah dengan ilmumu ? Sini tak belah oleh aku sendiri .

Pepaya diambil oleh Kyai Soleh lalu memukul semangka itu dengan perlahan sambil membolak balikkannya. Setelah itu ia serahkan kembali ke Kya Fathah silahkan dibelah lagi dengan pisau itu .

Kyai Fathah patuh , diambilnya pisau itu lalu dibelahnya pepaya itu .
Dengan mudah papaya itu sudah terbelah tapi aneh, ternyata papaya itu sudah teriris iris kecil , jadi tinggal memakannya saja . Itulah gurauan mereka .

Itulah guruan orang2 yang memiliki tinggat kelebihan yang luar biasa. Mereka tidak saling menyalahkan tapi saling mengkaji diri dan koreksi diri
Semoga bermanfaat

Wallaahu a’lam
Subhanakallaahumma wabihamdika asyhadu anlaa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaika .

Wassalamu’alaikum warahmatullaahi waarakaatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar