Minggu, 26 Maret 2017

MEMUJI ORANG LAIN

Siapakah orangnya  yang tidak suka akan pujian dan sanjungan.
Namun terkadang sudah dipuji tetap masih kurang bila orang lain tidakmemujanya.
Terlebih-lebih lagi bila dia merasa ada darah keturunan ( nabi, auliya, pejabat, ulama dsb )
Rasulullah saw sendiri berpesan pada keluarganya bahwa jangan merasa kalian semua masih keturunanku, keluargaku. Semua itu tidak akan menjamin keselamatan dan kebahagiaan hidup kalian di dunia dan di akhirat.
Yang menjamin keselamatan dan kebahagiaan hidup kalian baik di dunia maupun di akhirat adalah amal perbuatan kalian sendiri.
Allah tidak melihat tampila rupa kalian , akan tetapi Dia hanya melihat hati kalian ( niat kalian ) di dalam berbuat atau beramal.


Biasakanlah memuji seseorang dengan cara memujinya dari belakang . Jangan memuji di depannya secara berlebihan .
Abu Musa berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar seorang pria berlebih-lebihan dalam memuji seorang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bersabda,
”Kalian telah membinasakan atau mematahkan punggung orang itu.”
[HR. Bukhari, Muslim]
Memuji orang boleh di hadapannya asalkan :
1. Hanya sebagai dorongan motivasi untuk memiliki sifat-sifat yang terpuji dan akhlak yang mulia.
2. untuk menyebarkan dan memuliakannya di hadapan manusia. 3. tidak berlebih-lebihan, padahal hal itu tidak dijumpai pada dirinya
4. yang diberikan tidak membuat orang tesebut menjadi sombong, dan merasa tinggi dibandingkan yang lainnya
Ibnu ‘Ajibah mengatakan, “Janganlah engkau tertipu dengan pujian orang lain yang menghampirimu. Sesungguhnya mereka yang memuji tidaklah mengetahui dirimu sendiri kecuali yang nampak saja bagi mereka. Sedangkan engkau sendiri yang mengetahui isi hatimu.
Ada ulama yang mengatakan, “Barangsiapa yang begitu girang dengan pujian manusia, syaithon pun akan merasuk dalam hatinya.”
(Iqozhul Himam Syarh Matn Al Hikam)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar