Sabtu, 18 Januari 2014

KERUKUNAN HIDUP BERTETANGGA BAGIAN KE II



Mari kita perhatikan sabda Rasulullah saw berikut ini yang artinya, " Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berlaku baik terhadap tetangganya, barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya memuliakan tamunya, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan kari akhir, hendaklah berbicara yang baik atau diam saja. ( HR Muslim )

Karena sangat pentingnya beriman kepada Allah dan hari akhir, Rasulullah saw sampai mengulanginya 3x, berarti sangatlah penting. 

Coba kita renungkan sejenak, apakah kita lebih banyak memikirkan tentang duniawi dengan segala kebutuhannya ( yang hanya bisa dinikmati sesaat ), atau urusan akhirat dengan segala kebutuhannya ( yang kekal selamanya ) ?

Kalau ternyata lebih condong kepada urusan dunia berarti kita masih dinyatakan belum beriman kepada hari akhir. Oleh karena itu mari sejak saat ini bagaimanakah caranya kita persiapkan yang lebih baik lagi untuk urusan akhirat kita. Akan tetapi jangan melupakan urusan dunianya, karena kita hidupnya di dunia.

Yang pertama kita harus baik dengan tetangga, karena mereka itu adalah saudara kita yang terdekat. Walaupun kita punya banyak sudara tapi tinggalnya jauh jauh. Suatu ketika kita sakit tidak bisa bangun, dan perlu penanganan segera karena sudah gawat, apakah akan menghubungi yang jauh atau minta bantuan tetangga ?.

Atau misalnya akan bepergian jauh, rumah ditinggalkan, mau titip ke siapa kalau dengan tetangga tidak akur. Apalagi misalnya meninggal, emangnya mau masuk ke liang lahat sendiri, tanpa bantuan orang lain ? Jadi berbaiklah rukun dan damai dengan tetangga di sekitar kita

Yang kedua memuliakan tamu. Memuliakan itu menghormati bukan memuja. Hormati tamu apa adanya, jangan dibeda-beda. Jangan sampai kalau tamunya pejabat wah segala yang ada dikeluarkan bahkan masih nyari lagi makanan yang lebih enak. Tapi kalau tamunya orang biasa saja, ya udah yang disuguhkan seadanya saja.

Allah saja tidak membeda-bedakan kok. Bahkan Allah dan RasulNya lebih menghormati orang-orang yang fakir miskin, ibnu sabil, yang berjuang di jalanNya untuk menegakkan agamaNya, dan anak2 yatim serta kaum dhuafa' ( golongan tidak mampu tapi tidak mau meminta sesuatu dari siapapun ).

Yang ketiga hendaknya kita berbicara yang baik. Jangan dianggap karena lidah tidak bertulang lalu bicara seenaknya, yang akan membuat sakit hati orang, atau berbicara yang tidak ada manfaatnya sama sekali, artinya berbicara yang bukan pada tempatnya.

Contoh sederhana haduuuh perutku sakit ! Kenapa ini kepalaku pusing ! Hujan lagi hujan lagi kapan berhentinya, acaraku berantakan hari ini ! Kenapa sih tugas yang ini saja belum selesai, ditambah lagi tugas yang baru, dasar si brengsek ! Inilah ucapan2 yang spontan, apalagi langsung di upload di Face book , kira2 gimana ya ? Padahal yang bisa membantu semua itu hanya Allah. Alangkah lebih baiknya langsung saja ke Allah, kalau FB jelas gak bisa bantu. Maaf nih yee, aku gak nyindir siapapun.


Daripada bicara seperti yang dicontohkan alangkah lebih baik lagi kalau memilih diam. Kalau ada yang tidak cocok dengan aturan agama ucapkan di hati astaghfirullah, walau wajah kita tetap ceria dengan memberikan senyuman, supaya dia tidak tersinggung. Kan dikiranya kita cocok dengan ucapannya. Biarin aja kan yang lebih tahu Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar