Selasa, 29 April 2014

SURAT AL MULK AYAT 15 LANJUTAN






Lanjutan .............yang lalu

QS Al Mulk ayat 15 yang artinya , “Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan “

Jadi Allah menciptakan alam semesta seiisinya ini untuk kebutuhan manusia dan dapat diperoleh dengan mudah. Diharapkan sambil berjalan mencari rezki itu Allah meminta kita untuk banyak-banyak memperhatikan keindahan alam, memperhatikan tanda-tanda kebesaran dan kekuasaanNya, lalu mengolah alam tersebut sesuai dengan keahlian di bidangnya masing-masing, apakah dengan cara bertani, berdagang, beternak, bekerja di kantor, jadi pegawai negeri atau sipil, yang kesemuanya itu harus dilakukan dengan cara yang halal, bukan dengan cara yang haram, demi keperluan hidupnya.

Dengan memahami dan menghayati ayat ini maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1.    Allah memerintahkan kita semua agar mau berusaha dan mengolah alam ini untuk kepentingannya kita sendiri. Adapun alat2nya sudah disiapkan oleh Allah yaitu seluruh anggota tubuh kita. Jadi bagi yang pemalas bukan salah Allah akan tetapi salah kita sendiri kenapa malas ;
2.    Orang yang mau berusaha mencari rezeki adalah termasuk ibadah, termasuk salah satu perintah Allah, Hal ini bisa untuk menambah atau memperbanyak lahan ibadah itu sendiri.

Salah satu Hadits yang diriwayatkan oleh imam Ahmad dari sayyidina Umar bin Khattab ra, dia pernah mendengar Rasulullah saw bersabda, “ Jika kalian benar-benar bertawakala kepada Allah, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana Allah memberikan rezekiNya kepada burung. Pergi mencari rezeki dengan perut yang kosong, dan petang hari ia kembali ke sarangnya dengan perut yang berisi penuh “ ( HR Tirmidzi, Ahmad, Baihaqi dan Abu Dawud )

Dari Hadits ini dapatlah kita fahami Allah tidak akan memberikan rezeki kepada siapapun tanpa melalui usaha terlebih dahulu.


Pada riwayat lain Umar bin Kattab ra lewat di salam satu perkampungan, dan menghampiri orang-orang yang sedang berkerumun, berbincang-bincang sambil bercanda ria, tertawa-tawa. Lalu Umar bertanya siapakah kalian ini semuanya ? Di siang hari begini masih bergerombol, di tempat ini seperti tidak merasa punya beban kewajiban . Merekapun menjawab bahwa mereka adalah penduduk kampung ini dan kesemuanya itu sedang bertawakal kepada Allah. Mendengar ucapan itu muka Umar bin Kahttab ra merah padam, lalu sambil menghunus pedangnya dia berkata “Kalian semua ini bukan sedang bertawakal kepada Allah, akan tetapi kalian adalah orang-orang yang telah dimakan karat kemalasan. Apakah kalian tahu apakah yang dimaksud dengan tawakal itu ? . Mereka terdiam sejenak penuh ketakutan, karena melihat pedang sayyidina Umar telah terhunus, cahayanya berkilat-kilat, bisa dibayangkan tajamnya pedang itu seperti apa ? Ternyata kalian belum tahu apakah tawakal itu ?. Sekarang aku terangkan yang dimaksud dengan tawakal kepada Allah itu orang yang menanam benih atau biji ke dalam tanah, lalu dia bertawakal kepada Allah dengan cara menyiraminya dengan air, memberinya pupuk, lalu berdoa agar apa yang ditanam itu bisa berbuah untuk dinikmati sebagai rezeki dariNya dan setelah itu sambil menunggu dengan sabar , berserah diri kepadaNya keputusan apa yang akan diberikan ki kepadanya yang menanam benih atau biji itu . Itulah yang dinamakan tawakal. Apabila kalian sekarang tidak membubarkan diri dari sini untuk mencari karunia Allah, maka kalian akan kupenggal batang leher kalian semua, tidak akan ada yang disisakan satu orangpun. Akhirnya mereka meminta maaf keda Umar ra dan menyadari akan kesalahannya, lalu mereka membubarkan diri untuk bekerja sesuai dengan keahliannya masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar