Menurut Imam al Gazali membagi zuhud itu menjadi tiga bagian atau
tingkatan yaitu:
1. Tidak terlalu bergembira apabila memperoleh keberuntungan dan
tidak terlalu bersedih dengan hilangnya sesuatu yang telah dimilikinya.
Sebagaimana firman Allah di dalam QS Al
Hadiid : 23 yang artinya, " Supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa
yang luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang
diberikanNya kepadamu .....
2. Bagi orang yang sedang berzuhud, dicela dan dibenci itu dianggapnya
itu biasa saja. Saat ada orang yang membencinya dia gak ada reaksi apapun,
bahkan untuk mengkaji diri, mungkin pada dirinya ada banyak kekurangan sehingga
menimbulkan reaksi ketidak puasan orang lain terhadap dirinya, lalu dia
berusaha untuk merobah dirinya ke arah yang lebih baik. Dan di saat dia menerima pujian dari orang
lain, dia tidak merasa bangga dan senang, dia biasa-biasa aja, apa yang diterimanya
barusan ( pujian dan sanjungan ) itu bukan miliknya, akan tetapi milik Allah.
Oleh karena itu dia langsung serahkan kepada pemiliknya yang asli yaitu Allah.
Dia merasa bahwa dirinya ya dirinya, lain tidak, dia hanya menyadari bahwa
dirinya itu ciptaan Allah, jadi dia harus mau menuruti apa yang diinginkan oleh
penciptaNya, dia tidak mau melukai apa yang menjadi harapan penciptaNya.
3. Dia merasa selalu berada dekat dengan Allah. Hatinya lebih
didominasi
Oleh lezatnya ketaatan kepada Allah. Dia selalu merasa senang
dengan dekatnya pada Allah. Yang dia paling cintai hanya Allah, cintanya dia
terhadap dunia juga berdasarkan cintanya kepada Allah.
Dari uraian tersebut di atas maka dengan berbuat zuhud tidak
berarti harus meninggalkan keduniaan, lalu hidup menyendiri, menyepi di gunung,
gua, atau di manapun untuk melakukan kontemplasi.
Zuhud juga janganlah diartikan dengan harus berdoa , beribadah,
berdzikir terus menerus, tanpa henti walaupun harus hidup miskin, dengan
pakaian compang camping, penampilan yang awut-awutan karena telah meninggalkan
keramaian duniawi. Ini salah besar, ini adalah jalan yang sesat.
Menurut Rasulullah saw ketika ditanya tentang zuhud, beliau
menjawab, “ Zuhud itu bukan berarti mengharamkan yang halal, bukan pula
membuang harta benda. Akan tetapi zuhud itu adalah kamu merasa lebih kaya dengan apa yang ada di tangan
Allah, daripada apa yang ada dalam genggamanmu “
Dengan demikian orang yang berzuhud bisa saja , direktur,
konglomerat, birokrat, penguasa, pengusaha, teknokrat dan sejenisnya. Jadi
bukan ulama saja, siapapun bisa melakukannya. Orang-orang seperti ini tidak
gila dengan apa yang telah dimilikinya, tidak lupa diri, lupa daratan, lupa
lautan, akan tetapi dengan apa yang telah dimilikinya itu untuk menambah
berbuat amal kebajikan sebagai bekalnya kelak di akhirat dan sebagai modal
hidupnya di dunia.
Yang mereka lakukan apakah dengan mendirikan yayasan sosial,
menyantuni anak yatim, menolong yang tidak mampu, untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat kecil dan sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar