Sabtu, 17 Mei 2014

ZUHUD ala IMAM al GAZALI

Menurut Imam al Gazali membagi zuhud itu menjadi tiga bagian atau tingkatan yaitu:

1. Tidak terlalu bergembira apabila memperoleh keberuntungan dan tidak terlalu bersedih dengan hilangnya sesuatu yang telah dimilikinya. Sebagaimana firman Allah di dalam  QS Al Hadiid : 23 yang artinya, " Supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikanNya kepadamu .....

2. Bagi orang yang sedang berzuhud, dicela dan dibenci itu dianggapnya itu biasa saja. Saat ada orang yang membencinya dia gak ada reaksi apapun, bahkan untuk mengkaji diri, mungkin pada dirinya ada banyak kekurangan sehingga menimbulkan reaksi ketidak puasan orang lain terhadap dirinya, lalu dia berusaha untuk merobah dirinya ke arah yang lebih baik.  Dan di saat dia menerima pujian dari orang lain, dia tidak merasa bangga dan senang, dia biasa-biasa aja, apa yang diterimanya barusan ( pujian dan sanjungan ) itu bukan miliknya, akan tetapi milik Allah. Oleh karena itu dia langsung serahkan kepada pemiliknya yang asli yaitu Allah. Dia merasa bahwa dirinya ya dirinya, lain tidak, dia hanya menyadari bahwa dirinya itu ciptaan Allah, jadi dia harus mau menuruti apa yang diinginkan oleh penciptaNya, dia tidak mau melukai apa yang menjadi harapan penciptaNya.

3. Dia merasa selalu berada dekat dengan Allah. Hatinya lebih didominasi
Oleh lezatnya ketaatan kepada Allah. Dia selalu merasa senang dengan dekatnya pada Allah. Yang dia paling cintai hanya Allah, cintanya dia terhadap dunia juga berdasarkan cintanya kepada Allah.

Dari uraian tersebut di atas maka dengan berbuat zuhud tidak berarti harus meninggalkan keduniaan, lalu hidup menyendiri, menyepi di gunung, gua, atau di manapun untuk melakukan kontemplasi.

Zuhud juga janganlah diartikan dengan harus berdoa , beribadah, berdzikir terus menerus, tanpa henti walaupun harus hidup miskin, dengan pakaian compang camping, penampilan yang awut-awutan karena telah meninggalkan keramaian duniawi. Ini salah besar, ini adalah jalan yang sesat.

Menurut Rasulullah saw ketika ditanya tentang zuhud, beliau menjawab, “ Zuhud itu bukan berarti mengharamkan yang halal, bukan pula membuang harta benda. Akan tetapi zuhud itu adalah kamu merasa  lebih kaya dengan apa yang ada di tangan Allah, daripada apa yang ada dalam genggamanmu “

Dengan demikian orang yang berzuhud bisa saja , direktur, konglomerat, birokrat, penguasa, pengusaha, teknokrat dan sejenisnya. Jadi bukan ulama saja, siapapun bisa melakukannya. Orang-orang seperti ini tidak gila dengan apa yang telah dimilikinya, tidak lupa diri, lupa daratan, lupa lautan, akan tetapi dengan apa yang telah dimilikinya itu untuk menambah berbuat amal kebajikan sebagai bekalnya kelak di akhirat dan sebagai modal hidupnya di dunia.


Yang mereka lakukan apakah dengan mendirikan yayasan sosial, menyantuni anak yatim, menolong yang tidak mampu, untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat kecil dan sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar