Minggu, 23 November 2014

SURAT AL BAQARAH AYAT 216




Allah swt befirman di dalam QS Al Baqarah ayat 216  yang artinya berbunyi

“ Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu .dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu ; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui “ .
Melalui ayat ini Allah memberitahukan kepada kita bahwa orang-orang zaman dulu itu amat benci apabila diperintahkan untuk berperang.
Menurut kami sampai zaman sekarangpun manusia itu amat benci kalau disuruh berperang. Sekarang lagi marak tawuran, demo, turun ke jalananan dengan modal keberanian yang tidak pakai perhitungan untung ruginya, dengan membawa batu, lalu melemparkan batu itu kepada para petugas atau apa saja yang bisa dijadikan sasaran. Jalan di blokir, sehingga menghambat arus lalu lintas, membakar ban di tengah jalan, seolah-olah jalan itu milik pribadinya. Mulutnya diumbar mentang-mentang pandai bicara, mentang-mentang lidah tak bertulang dsb yang mana kegiatan itu amat anakis, meresahkan bahkan menakutkan masyarakat.
Sekarang apakah mereka berani gak kalau disuruh berperang yang ssungguhnya ,melawan musuh dengan memanggul senjata dimana taruhannya nyawa. Ukurannya adalah dibunuh atau membunuh, berani gak mereka melakukan itu. Kami kira itu membutuhkan suatu keberanian yang luar biasa, dan keberanian itu tidak timbul begitu saja tanpa melalui proses pendidikan kemiliteran.
Lalu Allah memerintahkan untuk berperang di jalanNya dan Allah menjanjikan bila ada yang mau berperang untuk menegakkan agamaNya, syiar agamaNya. Dan andaikata orang itu meninggal, maka jaminannya adalah surga. Perang yang demikian ini masih dianggap kecil sudah mandapat jaminan surga, apalagi kalau perang itu lebih besar lagi yaitu memerangi hawa nafsu sendiri, pasti maninannya akan lebih dari itu .
Kemudian manusia itu suka mengambil keputusan singkat, tanpa melihat dari sisi yang lain,  misalnya dia menyukai sesuatu, tahu-tahu barang itu dijauhkan bahkan diambil oleh pemiliknya ( Allah ), apa yang terjadi ? Langsung marah-marah karena barang itu barang yang langka, harganya mahal, membelinya juga dapat menabung sekian tahun dst. Ini baru dari kaca mata dirinya sebagai manusia.
Sekarang menurut kaca mata Allah semahal apapun barang itu adalah milikNya. Walaupun dapat dibeli dangan harga mahal, juga uangnya adalah milikNya. Lalu mengapa aku ambil dengan caraKu ( apakah ketinggalan, jatuh, dicuri, dirampok ) orang lain. Itu kan hanya cara, yang jelas barang itu sudah tidak menjadi miliknya lagi. Karena barang itu lama kelamaan akan merusak dirinya. Aku pantau selama ini ibadahnya sudah bagus, dan gara-gara barang itu, seringkali lupa diri, dengan Aku sudah mulai menjauh, sudah banyak lalainya dst, makanya aku cabut, aku ambil, karena aku lebih mengetahui daripada dirinya, lebih sayang kepada dirinya. Karena barang itu aku ambil, maka akan aku gantikan dengan barang yang lain yang menurut Aku lebih baik buat dirinya. Hal yang seperti inilah yang jarang dimiliki olah hamba Allah, kecuali kalau dia memang benar-benar sudah mendapat hidayahNya, maka pasti hanya senyum simpul aja, karena pasti akan digantikan dengan yang lebih baik lagi.
Sebaliknya bisa saja terjadi sebaliknya sesuatu itu buruk dimata manusia. Seperti Sang Cowok ingin mencari pendamping sebagai calon istrinya. Tahu tahu keinginannya itu dipenuhi, lalu Allah mendatangkan seseorang buatnya, si cewek itu senang kepadanya. Padahal menurut Allah, si cewek itu amat baik hatinya, ibadahnya bagus, berbudi pekerti luhur, sangat sopan dan santun dengan siapapun, berjiwa penyabar, tampang sederhana dsb. Namun apa menurut penilaian sang cowok. Waow cewek begini sih cewek kampungan, tampangnya aja gak simpatik. Prilakunya juga kayanya kuno banget, ntar kalau dibawa gaul pasti deh akan mematikan derajat aku. Itulah hanya sekedar contoh, dan memang hal ini sering terjadi di kalangan masyarakat luas.
Perlu diingat bahwa Allah itu lebih mngetahui daripada apa yang diketahui manusia. Apakah manusia bisa melihat apa yang ada di hati manusia, apa yang ada di benak pikiran manusia. Tidak ada yang mampu, walaupun di tes dengan alat yang amat canggih , berupa test kebohongan / kejujuran. Akan tetapi Allah lebih mengetahui apa yang ada di lubuk hati manusia yang paling dalam, se kecil apapun tdk akan terlewatkan.
Ayat ini mengingatkan kita agar kita jangan takabur, jangan sombong dengan apa yang telah dimiliki. Walaupun anda merasa bahwa diri anda sudah menjadi seorang yang kaya raya, seorang milyader, apakah semuanya itu bisa menjamin keselamatan anda di hadapan Allah. Atau bisa juga di antara anda itu hidupnya selalu sengsara dan menderita, apakah anda akan celaka di mata Allah ? juga belum tentu.
Oleh karena itu marilah sejak saat ini kita jalani hidup ini, menikmati kehidupan ini , kita isi dengan hal hal yang disukai Allah, sehingga apa yang dimiliki kita itu akan membawa berkah dan selalu mendapat ridoNya.

Aaaamiin  Ya  Rabbal “aalamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar