Kamis, 31 Oktober 2019

MASA MUDA NABI MUHAMMAD SAW KE 6


Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Alhamdulillaahirrahmaanirrahiim.  Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad .

Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin  .
Laa ilaaha illa anta subhanaka inni kuntu minadz dzoolimiin.

Ya ayyuhal adziina aamanut taqullooha , haqqo tuqootihi wa antum muslimuun
Amma ba’du ;

MASA  MUDA  NABI  MUHAMMAD  SAW  KE 2 .
NABI  MUHAMMAD SAW  PERGI  KE NEGERI  SYAM .

Suatu hari di usianya yang ke-13, pamannya Abū Thālib mengajak Muhammad s.a.w. bepergian ke negari Syām.

Ketika rombongan tiba di Bushra, di sana ada seseorang pendeta Nasrani bernama Buhaira yang memahami benar ajaran Nasrani yang diwariskan turun-temurun mengenai wasiat-wasiat ‘Īsā a.s., sebelumnya kaum Quraisy sering melalui kediaman pendeta Nasrani tersebut, akan tetapi dia tidak menghiraukan mereka sampai tahun yang dia yakini bahwa dia akan bertemu dengan calon Nabi Akhir Zaman s.a.w. Maka dia pun melihat tanda-tanda kenabian pada diri Muammad s.a.w. 

Dia memperhatikan adanya sederetan awan yang senantiasa menaungi rombongan di mana Muammad s.a.w. berada kemanapun mereka pergi.

Di dasari rasa penasaran, ia pun mengundang rombongan agar singgah di kediamannya, ketika dia bertemu dengan Muammad s.a.w., dia memperhatikan seluruh anggota badannya, dan dia pun menemukan sifat-sifat kenabian yang ada pada dirinya, maka dia pun berkata kepada Muammad s.a.w. berikut:

“Aku bertanya padamu dengan sumpah Lāta dan ‘Uzzā, engkau akan memberitahuku apa yang akan aku tanyakan kepadamu.”

Muammad s.a.w. pun menjawab:  “Jangan tanyakan kepadaku sesuatu dengan sumpah Lāta dan ‘Uzzā, sesungguhnya demi Allah aku tidak membenci apapun seperti kebencianku terhadap mereka.”

Kemudian Buhaira bertanya: “Demi Allah, engkau akan memberitahuku apa yang akan aku tanyakan kepadamu.”
Maka Muammad s.a.w. menjawab:  “Tanyalah apa yang akan engkau tanyakan”, pendeta itu pun mengajukan berbagai pertanyaan seputar kehidupan Muammad s.a.w. muda,

setelah yakin semua jawaban cocok dengan apa yang dikatakan kitabnya.

Muammad s.a.w. membuka punggungnya dan dia pun melihat tanda kenabian, kemudian dia mencium tanda kenabian yang ada di punggung Muammad s.a.w.

Hingga orang-orang Quraisy takjub keheranan dan seraya berkata: “Sesungguhnya Muammad s.a.w. sangat dihormati oleh pendeta ini.”

Setelah selesai dia berujar kepada Abū Thālib: “Apa hubungan anak ini denganmu?”

Abū Thālib menjawab:  “Bawalah anak saudaramu itu pulang dan hati-hatilah terhadap orang Yahudi. Jikalau mereka tahu dan mengenal siapa sebenarnya anak itu mereka pasti akan berbuat jahat terhadap dirinya. Anak itu kelak akan menjadi orang besar, cepatlah ajak dia pulang.”
              Buhaira, Pendeta Nasrani dari Negeri Syām.            

“Dia anakku.”
Buhaira berkata: “Dia bukanlah anakmu, tidaklah ayah anak ini adalah seseorang yang masih hidup.”
Maka Ab
ū Thālib menjawab:  “Dia anak saudaraku.”
Buhaira bertanya:  “Apa yang terjadi pada ayahnya?”
Ab
ū Thālib menjawab:  “Wafat ketika Ibunya hamil.”
Buhaira membenarkan perkataan Ab
ū Thālib tersebut dan Buhaira bertanya kembali:  “Apa yang terjadi pada Ibunya?”
Ab
ū Thālib menjawab:  “Wafat beberapa waktu lalu.”
Dan Buhaira kembali membenarkan jawabannya, lalu dia berpesan Abū Thālib:

“Bawalah anak saudaramu itu pulang dan hati-hatilah terhadap orang Yahudi. Jikalau mereka tahu dan mengenal siapa sebenarnya anak itu mereka pasti akan berbuat jahat terhadap dirinya. Anak itu kelak akan menjadi orang besar, cepatlah ajak dia pulang.”

Bahwasanya Allah s.w.t. telah menceritakan pengetahuan ahl-ul-kitāb mengenai Nabi s.a.w. dalam ayatnya, sebagai berikut:

الَّذِيْنَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُوْنَهُ كَمَا يَعْرِفُوْنَ أَبْنَاءَهُمْ وَ إِنَّ فَرِيْقًا مِّنْهُمْ لَيَكْتُمُوْنَ الْحَقَّ وَ هُمْ يَعْلَمُوْنَ.

Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri al-Kitāb (Taurāt dan Injīl) mengenal Muammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.”
(QS. al-Baqarah [2]: 146).

Menurut Imām Qādhī ‘Iyādh rhm. bahwa pertanyaan Buhaira dengan sumpah Lāta dan ‘Uzzā adalah untuk menguji sifat kenabian yang ada pada diri Muammad s.a.w.
Hal ini merupakan penjagaan dari Allah s.w.t. yang sangat besar kepada Nabi s.a.w. yang meliputi ideologi serta penjagaan fisik dari kejahatan yang akan dilakukan oleh sebagian orang yang ingin menentang sunnah (ketetapan) Allah.

Sangat jelas bahwa kebencian Nabi s.a.w. terhadap berhala timbul bukan karena Nabi s.a.w. tumbuh besar dalam keadaan yatim sehingga beliau tidak mendapati anggota keluarganya menyembah dan beribadah terhadap patung-patung yang ada di kota Makkah, akan tetapi kebencian yang timbul pada diri Rasūlullās.a.w. adalah murni penjagaan dari Allah serta keinginan Allah s.w.t. untuk mengagungkan kekasih-Nya s.a.w. dari perbuatan-perbuatan jāhiliyyah.

Wallaahua’lam .
Subhanakalloohuma wa bihamdika asyhadu an laa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika

Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar