Rabu, 20 November 2019

KISAH SUNAN KUDUS DAN KI PENGGING [ Kisah Zaman Para Wali ]



Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh .

Bagaimanapun sejarah kewalian di Indonesia ini harus diketahu untuk pembelajaran generasi saat ini dan yang akan datang.

Karena merdekanya Indoneia dari tangan penjajahan Belanda itu peran waliyullah dan para santrinya itu sangatlah besar.

Di Indonesia memang wali itu banyak, khususnya yang tersebar di tanah Jawa.

Namun para wali yang dikenal oleh masyarakat luas di tanah Jawa ini ada Sembilan orang Siapa saja yang Sembilan orang itu ?

1. Sunan Gunung Jati ; 2. Sunan Kalijaga ; 3 . Sunan Kudus ; 4 . Sunan Muria ; 5. Sunan Giri ; 6. Sunan Drajat ; 7. Sunan Ampel dan 9 . Sunan Gresik .

Para wali itu ada para wali golongan muda dan golongan tua atau sepuh . Wali muda yang tingkat keilmuannya adalah tingkatan ma’rifat dan para wali golongan tua yang tingkatan keilmuannya sudah tingkatan hakekat .

Sebagaimana golongan masyarakat biasa , golongan para walipun tetap saja ada benturannya, ada konfliknya. Untuk itu bila ada yang berpendapat untuk memihak wali ini, membenarkan wali itu, menyalahkan wali ini. Tidak usah turut campur.

Karena tingkat keilmuan kita jauh berbeda dengan tingkat keilmuan mereka.Tapi jadilah manusia yang cerdas ambil sisi baiknya dari mereka yang sedang berbenturan tersebut.

Termasuk dalam hal politik, bila kita tidak tahu permasalahan dengan jelas, jangan sekali kali menghakimi para partai politik yang sedang berperang. Biarkan mereka melakukan apa adanya, tapi ambilah hikmah kebaikan dari mereka itu dan buang sisi yang buruknya.

Sekali lagi kita tidak usah ikut – ikutan atau turut campur yang bukan lahan kita , yang bukan tempat kita agar kita tidak terjerumus kepada hal – hal yang buruk.

Contoh Hasan Bisri berbentuan dengan Ibnu Sirrin . Imam Ghazali berbenturan dengan Ibnu Rusdi . Syekh Siti Jenar berbenturan dengan Sunan Kalijaga dll.

Raden Panggung juga pernah bebentuan dengan para wali . menurut para wali sebagai orang Islam itu harus selalu menjaga dan meningkatkan kualitas iman dan tauhid .

Kemudian Raden Panggung memanggil khewan peliharaannya yaitu dua ekor anjing yang namanya Iman dan Tauhid .

Bila dikaji segala yang terjadi pada golongan tingkat wali dan Kyai besar itu banyak diluar daya nalar kita sebagai manusia biasa. Di dalam memperoleh keilmuannyapun berbeda beda tidak seperti kita menuntut ilmu di sekolah fomal .

Apa yang kami sampaikan melalui cerita ini jadikanlah sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan kita semuanya. Ambillah sisi baiknya dan buang jauh – jauh yang sekiranya tidak sesuai dengan selera hati kita .

Selesai masalah Syekh Siti Jenar yang berbenturan dengan para wali Sembilan maka untuk tugas selanjutnya para wali menyerahkan kepada Mbah Panggung agar senantiasa menjaga dan meperhatikan mereka yang sudah masuk Islam jangan sampai mereka itu menyimpang dari aturan Islam .

Sekarang muncul masalah baru yang dipimpin oleh ki Ageng Pengging atau Ki Ageng Kenanga . Ki Ageng Kenanga in adalah putranya Raden Fatah , Raja kerajaan Islam di Demak .  Sedangkan Radeh Patah adalah putra dari selir istri Raja Majapahit .

Ki Ageng Pengging ini sebagai bawahan dari kerajaan Demak tidak pernah sowan atau silaturahmi atau menghadap kekerajaan Demak.

Selain itu mereka tidak pernah menyetorkan pajak yang sudah mereka pungut ke kerajaan Demak , juga nampaknya mereka banyak melatih rakyat seperti akan berperang.

Dengan hal tersebut mereka dicuriagi akan memberonak terhadap kerajaan Demak . Walaupun Siti Jenar sudah tidak ada tapi masih banyak yang meneruskan ajarannya .

Dengan situasi yang seperti ini pemerintah kerajaan Demak tidak tinggal diam, segera memanggil para waliyullah untuk membicarakan apa yang sedang terjadi itu .

Bila didiamkan saja maka tidak menutup kemungkinan yang awalnya kecil akan membesar dan akan membahayakan kerajaan .

Setelah mengadakan pertemuan itu berdasarkan musyawarah , Sunan Kuduslah yang dipercaya untuk menghadapi Ki Ageng Pengging .

Maka berangkatlah Sunan Kudus ke rumah Ki Ageng Pengging . Sesampainya disana Sunan Kudus bertanya kepada Ki Ageng Pengging tentang semua kegiatannya sampai saat ini.

Awalnya dialog biasa saja, tapi setelah menyangkut masalah pajak mengapa Ki Ageng tidak setor pajak ke kerajaan Demak , sedangkan pajak tetap dipungut , Ki Ageng Pengging marah. Merasa bahwa kehidupannya itu merasa dikendalikan oleh kerajaan Demak.

Sunan Kuduspun mulai marah ketika Ki Ageng Pengging tidak diterima disadarkan olehnya. Lama kelamaan akhirnya berujung pada adu kesaktian . Mereka saling mengeluarkan ilmunya untuk saling mengalahkan .

Karena Sunan Kudus itu niatnya demi untuk keamanan kerajaan dan niatnya karena Allah, karena kalau dibiarkan saja maka akan banyak orang yang mengikuti ajaran Ki Ageng Pengging .

Bagi Ki Ageng Penggingnya tidak mengapa. Tapi mereka yang belajarnya masih tanggung , sudah mulai menyepelekan solat , tidak mau mengeluarkan zakat , karena zakat itu sama dengan pajak. Ini sangatlah berbahaya.

Sedangkan Ki Ageng Pengging dirinya merasa dihina oleh pihak kerajaan Demak, karena merasa bahwa ia tidak mengganggu kerajaan .

Akibatnya Ki Ageng Pengginglah yang kalah dan terbunuh oleh Sunan Kudus . Matinya Ki Ageng pengging adalah akibat kesombongannya sendiri .

Wahai saudaraku setelah membaca cerita ini setidaknya kita bisa mengambil pelajaran yakni selama kita berjalan dan tinggal di muka bumi ini , kita dilarang berbuat sombong.

Karena bumi yang kita pijak ini beserta segala isinya yang kita nikmati itu semuanya adalah milik Allah swt .

Allah swt sudah menunaikan semua kewajibanNya terhadap makhlukNya, termasuk kta semua . Namun Allah menuntut hakNya dari kita semua . Apakah hak Allah yang ada pada diri kita ?

Tidak lain adalah dengan melaksanakan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya .

Bila perintahNya dilanggar dan aranganNya dikejakan, maka tentu Allah akan marah . Dan yang menangung kemarahan Allah itu siapa ? Kita sendiri , bukan orang lain.

Tidak bisa kesalahan diri kita itu dilimpahkan kepada orang lain . Semoga ini bermanfaat. Wallaahua’lam .

Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar