Kamis, 28 November 2013

HARI PENDIDIKAN NASIONAL TANPA KI HAJAR DEWANTARA ke 1



Mengapa tulisan ini kami berikan sekarang, yang seharusnya lebih tepat pada tanggal 2 Mei ?
Ada beberapa alasan yang mudah2an bisa membuka mata hati kita semua tentang masalah pendidikan:
1. Awal setelah kemerdekaan khusus untuk pendidikan itu jawatannya dikatakan Pendidikan dan Kebudayaan, terus diganti dengan Pendidikan Nasional. Apakah pendidikan dahulu yang dicanangkan oleh Ki Hajar Dewantara itu masih belum bersifat Nasional ? Apakah karena Ki Hajar Dewantara itu karena orang Jawa, lalu dianggapnya aliran Kejawen ? Karena awal pergerakkan itu dari kelompok Selasa Kliwonan dan pendidikan, dan mereka kebanyakan orang Jawa, sehingga bahasanyapun digunakan bahasa yang lebih merakyat yaitu pituah-pituahnya itu menggunakan bahasa Jawa seperti Tringa ( Ngerti, Ngroso Nglakoni ), Trisa ( Sabutuhe, Sakepenake, Sacukupe ), Trilogi Kepemimpinan ( Ing Ngaro Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani ) dsb.

2. Nama Kebudayaan dihilangkan karena kebudayaan dimasukkan ke dalam departemen kepariwisataan. Secara tulisan berarti di dalam lingkungan pendidikan karena kebudayaan ditiadakan berarti dianggapnya tidak perlu. Yang perlu sumua hal itu yang sifatnya nasional dan kalau bisa merebak ke internasional. Sedangkan manusia dialam hidup itu harus berbudaya, termasuk anak-anak ( siswa ). Budaya itu merupakan buah budi manusia yaitu adat sopan santun, tata titi, budi pekerti., akhlak . Kalau manusia tidak melaksanakan seperti ini berarti tidak memiliki rasa hormat terhadap siapapun apakah dalam berbicara atau dalam bersikap Padahal manusia di dalam melaksanakan hamblum minannaas itu perlu adanya aturan bagaimanakah manusia harus berbicara dan berprilaku terhadap orang lain yang lebih muda darinya, terhadap sesama usia yang sebaya, terhadap yang usianya lebih tua.. Dan  sekarang di akhir-akhir ini marak di kalangan pelajar sering terjadi tawuran, sampai kepada para mahasiswa sebagai calon intelektual memberikan contoh yang kurang baik terhadap adik-adiknya di tingkat SLTA dan SLTP. Sedangkan generasi muda itu merupakan calon penerus bangsa. Mau dibawa kemana negara Republik Indonesia tercinta ini ?

3. Awal adanya Ujian nasional mata pelajadan PPKN ada, namun entah karena pertimbangan apa PPKN ditiadakan. Apakah Pancasila sebagai ideologi negara dan sebagai dasar negara sudah tidak berlaku lagi bagi masyarakat luas, cukup hanya untuk instansi-instansi tertentu saja ? Padahal Ki Hajar Dewantara mendirikan Perguruan Nasional Tamansiswa berdasarkan Pancasila dan berasaskan Pancadarma.

Di akhir-akhir ini dilaksanakan pendidikan karakter di setiap jenjang pendidikan, apakah pendikan yang dahulu dianggap masih belum berkarakter ? Apakah para guru di dalam menyampaikan ilmunya itu tidak menanamkan rasa cinta tanah air, menanamkan jiwa kebangsaan dan menanamkan rasa memeiliki negaranya sendiri ?, yang akhirnya setiap guru mata pelajaran baru diinstriksikan agar menyampaikan pendidikan karakter di setiap tatap muka dengan para siswanya walau hanya beberapa menit, anggap saja dari setiap guru itu harus memberikan atau menanamkan karakter seperti kultum ( kuliah 7 menit ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar